Kejelian Hadris Baca Peluang Berbuah Tiket ke Olimpiade
Penundaan Olimpiade Tokyo 2020 akibat pandemi Covid-19 membuka pintu bagi Mutiara Rahma Putri dan Melani Putri untuk dipasangkan di rowing kelas ringan dua pedayung putri. Pelatih Hadris yang melihat potensi di LW2X ini.
Penundaan Olimpiade Tokyo 2020 akibat pandemi Covid-19 membuka pintu bagi Mutiara Rahma Putri dan Melani Putri untuk dipasangkan di rowing kelas ringan dua pedayung putri. Pelatih rowing Indonesia, Hadris, yang melihat potensi di kelas LW2X ini. Namun, memasangkan mereka bukan sesuatu yang mudah karena Melani tidak masuk pemusatan latihan nasional untuk Olimpiade.
Mereka sebenarnya pernah dipasangkan pada 2019 untuk persiapan SEA Games Filipina. Namun, tim pelatih melihat Melani dan Mutiara tidak cepat, maka Melani dipasangkan dengan Chelsea (Corputty). Mutiara tampil di kelas satu pedayung putri (LW1X) dan meraih medali perunggu di Filipina.
Baca juga: Rowing Ganda Putri Sumbang Tiket ke Olimpiade Tokyo
Setelah SEA Games 2019, dayung rowing mulai fokus menjalankan pelatnas untuk kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020. Pelatnas ini diisi oleh atlet-atlet yang minimal meraih emas SEA Games serta menempati minimal peringkat kelima di kejuaraan tingkat Asia. Syarat itu membuat Melani tidak masuk pelatnas. Sedangkan Mutiara masuk pelatnas setelah menempati peringkat kelima kejuaraan Asia rowing 2019.
”Namun, seiring dengan waktu, ada penundaan Olimpiade karena pandemi. Dengan penundaan itu, saya melihat ada peluang menambah kelas. Saya pun sarankan ke manajemen, khususnya ke Pak Budiman Setiawan selaku manajer dayung, ’Pak, ada baiknya kalau Melani kita panggil kembali ke pelatnas untuk lightweight women double sculls’. Tetapi itu tidak mudah karena Kemenpora maunya yang masuk pelatnas juara di SEA Games dan saat kejuaraan Asia rowing di posisi kelima, hitungannya begitu untuk Olimpiade,” ujar Hadris.
Baca juga: Dua Putri Rowing Merintis Tradisi Olimpiade
”Tetapi saya bilang, di single scull kan ada Julianti, nah kalau Mutiara itu ke depannya kalah saing dengan Julianti saat latihan, dia akan mubazir, paling menjadi cadangan, lebih baik kita panggil Melani untuk dipasangkan di lightweight women double sculls. Saya meminta Melani dipanggil agar kita bisa meloloskan satu nomor lagi, khususnya di lightweight women double sculls,” ujar Hadris.
”Pak Budiman bilang oke, bikin catatan prestasi Melani selama menjadi atlet. Saya bikin itu dan dia masuk pelatnas bulan Juli, dan kita pasangkan kembali Melani dan Mutiara. Kita pasangkan mulai Juli 2020, sekitar 9 bulan sampai kualifikasi, dan ini sejarah buat double sculls putri karena pada 2016 kita di final B saja tidak bisa, tetapi mereka ke final A dan berjuang maksimal hingga di posisi empat saat kualifikasi itu,” ujar Hadris.
Baca juga: Atlet Indonesia Fokus Tingkatkan Daya Tahan
Ini merupakan kejutan karena awalnya Mutiara/Melani tidak ditargetkan lolos ke Tokyo 2020. Rowing berharap bisa meloloskan Memo di M1X, Ihram/Mahendra Yanto di kelas dua pedayung putra LM2X yang meraih perunggu kejuaran Asia rowing 2019, serta Julianti di LW1X. ”Awalnya, memang mereka tidak kita prediksi lolos ke Olimpiade karena ada beberapa nomor yang diperkirakan lolos, seperti Memo dan juga double sculls putra,” ujar Hadris.
Namun, ternyata kerja keras Mutiara dan Melani membuahkan tiket ke Olimpiade. Mereka menjadi satu-satunya wakil rowing di Tokyo. Kini mereka menjalani persiapan akhir sebelum bersaing di Sea Forest Waterway Tokyo. Ini persaingana di level berbeda, karena lawan-lawan mereka adalah para atlet elite dunia, termasuk Ilse Paulis/Marieke Keijser (Belanda), pemilik rekor dunia LW2X dengan 06 menit 43,79 detik.
Rekor dunia yang dicetak dalam Piala Dunia Rowing III di Sabaudia, 6 Juni 2021 itu, sangat jauh dari catatan Mutiara/Melani saat kualifikasi 07 menit 35,71 detik. Namun, ini tantangan baru bagi Mutiara/Melani untuk menaikkan level permainan mereka.
”Fokus sekarang ini sudah menjurus latihan kompetisi, ada lomba setiap Minggu untuk mengambil catatan waktu, untuk melihat kecepatan perahu Melani/Mutiara paling tidak sama dengan kecepatan perahu waktu kualifikasi Olimpiade,” ujar Hadris.
Baca juga: Dayung Tinggal Berharap dari Rowing
”Catatan 07 menit 35,71 detik itu dengan sedikit angin belakang, di dayung rowing ini kan sangat terpengaruh oleh kondisi air dan angin, didorong angin atau melawan angin. Di sini kita coba seperti itu, kalau target kita di flat water Melani/Mutiara minimal di 7 menit 20 detik supaya bisa bersaing di Olimpiade,” kata Haris.
”Kalau di flat water kemampuan mereka sekarang 96-98 persen dari target itu. Mudah-mudahan di Olimpiade kondisi tempat lomba flat water dan mungkin dengan angin belakang. Kita lihat nanti kondisi lomba seperti apa, karena area luas dengan jarak dua kilometer, ada delapan jalur lebar 13 meter, kalau ada angin yang menahan perahu akan sulit mendapat 7:20 paling tidak mereka harus sama dengan 7:35 itu,” ujar Hadris.
Kita hanya mencoba memberikan yang terbaik, membangun bagaimana dayung bisa berkembang dan bersaing, seperti di Rio (Olimpiade Rio 2016) saat Memo masuk 16 besar. Mudah-mudahan mereka terpacu karena dua putri ini baru pertama tampil di Olimpiade.
”Kalau lihat kondisi lawan yang di Olimpiade, mayoritas yang lolos ini orang-orang Eropa, memang nomor rowing ini kan spesialisnya Eropa, yang juara di Rio 2016 juga Eropa. Kita hanya mencoba memberikan yang terbaik, membangun bagaimana dayung bisa berkembang dan bersaing, seperti di Rio saat Memo masuk 16 besar. Mudah-mudahan mereka terpacu, karena dua putri ini baru pertama tampil di Olimpiade,” pungkas Hadris.
Komitmen Melani dan Mutiara tidak perlu diragukan lagi. Mereka sejak awal berusaha keras membangun harmoni dan memperbaiki teknik serta catatan waktu sesuai instruksi pelatih. Mutiara yang belum lama menekuni dayung, mulai 2017, sudah meningkat pesat sejak masuk pelatnas pada 2019. Belum genap setahun ditempa di pelatnas atlet berusia 17 tahun itu sudah meraih medali perunggu LW1X di SEA Games 2019.
Baca juga: Pelatnas Tetap Digelar di Tengah Ketidakpastian
Bukti lain kegigihan mereka adalah perbaikan waktu yang pesat setelah pulang dari kualifikasi Olimpiade di Tokyo pada 5-7 Mei lalu. Catatan waktu mereka memang sempat turun karena sepulang dari Tokyo mereka tidak bisa latihan karena menjalani syarat karantina lima hari setelah bepergian ke luar negeri.
”Setelah pulang kualifikasi, mereka karantina lima hari, kemudian tes lomba, memang ada penurunan waktu sedikit. Setelah itu naik lagi, dan sekarang 96-98 persen dari target waktu 7:20,” ujar Hadris.
Pertandingan internal setiap hari Minggu itu, selain untuk mencatat waktu, juga menjadi hiburan bagi para atlet agar tidak bosan. Protokol kesehatan yang ketat membatasi para atlet, mereka tidak boleh meninggalkan lokasi pelatnas agar tidak terpapar virus korona.
Minggu pekan lalu, Mutiara/Melani kembali menjalani tes tanding dengan fokus mencari catatan waktu dalam 1.500 meter. Lomba rowing menempuh jarak 2.000 meter yang dibagi menjadi empat segmen tiap 500 meter. Atlet biasanya mengalami penurunan waktu pada 500 meter ketiga sehingga perlu mendapatkan perhatian ekstra dengan meningkatkan kebugaran fisik.
Baca juga: Cabang Dayung dan Panahan Fokus Menatap Kualifikasi Olimpiade
”Biasanya kendala atlet kita itu di 500 meter ketiga, ada penurunan sedikit waktu, dan kemudian di 500 meter keempat naik lagi. Strategi kita adalah di 250 meter terakhir harus benar-benar sprint seperti seorang pelari. Kita coba 1.500 meter dan di 500 meter ketiga harus all out dengan menahan irama sesuai startegi yang kita berikan,” ungkap Hadris.
Supaya atlet bisa menahan irama dayungan tidak menurun pada 500 meter ketiga, mereka rutin menjalani latihan aerobik guna meningkatkan kebugaran serta daya tahan. Latihan ini bukan main-main beratnya, dan memerlukan mental yang kuat.
”Atlet itu bosannya karena biasanya kalau persiapan untuk meningkatkan aerobik mereka, karena per hari, khususnya Selasa, dapatnya sekitar 50 kilometer. Pagi 24 kilometer dan sorenya sekitar 25 kilometer, jadi hampir 50 kilometer dalam latihan. Kejenuhan itu coba kita hilangkan dengan lomba pada Minggu, saat lomba mereka senang,” ujar Hadris.
”Kalau rowing latihan lumayan berat karena rowing salah satu olahraga yang terberat di dunia. Bayangkan mereka berjuang dari titik 0 bagaimana bisa sprint hingga finis di 2.000 meter untuk mengalahkan lawan-lawan mereka. Maka tak heran saat finis ada yang pingsan, sangat kelelahan, kadang tak bisa berdiri,” ungkap Hadris.
Latihan berat yang menjadi santapan sehari-hari Melani dan Mutiara itu kini mendekati akhir untuk diuji di Sea Forest Waterway Tokyo. Mereka bertekad memberikan yang terbaik bagi Merah Putih. Meskipun secara realistis medali sulit diraih, Melani/Mutiara akan tetap berjuang sekuat tenaga.
”Kita harus tampil maksimal di Olimpiade,” ujar Mutiara.
”Kalau target, ini kan persaingannya level dunia, kita hanya berusaha memberikan yang terbaik saja. Maksimal saja tanpa beban. Saat lomba, fokus saja,” pungkas Melani.