Ukraina menumbangkan Swedia, Rabu dini hari WIB, untuk menyegel tiket terakhir ke babak perempat final. Oleksandr Zincheko menjadi sosok penting bagi hadirnya sejarah baru bagi Ukraina dalam partisipasi di Piala Eropa.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
GLASGOW, RABU — Tiga musim bermain sebagai bagian skuad utama Manchester City memberikan dampak signifikan bagi Oleksandr Zinchenko. Perkembangan pemain kidal itu memberikan keuntungan besar bagi Ukraina untuk menghadirkan keajaiban dalam Piala Eropa 2020. Zinchenko membantu tanah kelahirannya untuk pertama kali merasakan tampil di babak perempat final turnamen antarnegara Eropa sejak tiga dekade merdeka dari Uni Soviet.
Sejak era Andriy Shevchenko awal 2000-an, Zinchenko merupakan pemain Ukraina kedua yang sukses di tanah perantauan. Memang, Zinchenko belum bisa menyamai prestasi Shevchenko yang mampu mempersembahkan satu gelar Liga Champions bersama AC Milan, tetapi Zinchenko telah menyamai sang legenda yang kini menjadi pelatihnya di Ukraina di level tim nasional.
Shevchenko mampu mengantarkan Ukraina menembus babak perempat final Piala Dunia 2006. Itu merupakan partisipasi pertama Ukraina di ajang turnamen mayor sepak bola sejak menjadi bangsa merdeka tahun 1991.
Setelah menanti 15 tahun, Ukraina akhirnya mampu kembali menembus fase 8 besar di turnamen mayor. Hal itu tercipta di Piala Eropa 2020 yang menjadi partisipasi ketiga di turnamen antarnegara Eropa itu. Dalam dua keikutsertaan sebelumnya, yakni edisi 2012 dan 2016, tim berjuluk ”Si Biru Kuning” itu harus puas angkat koper lebih dulu karena gugur pada babak penyisihan.
Pada edisi 2020, Ukraina juga nyaris mengulangi langkah terhenti di fase grup. Namun, Ukraina kali ini diselimuti keajaiban karena akhirnya bisa menyegel predikat salah satu peringkat ketiga terbaik untuk melaju ke 16 besar.
Melawan Swedia pada babak 16 besar yang berlangsung di Stadion Hamden Park, Skotlandia, Rabu (30/6/2021) dini hari WIB, Ukraina membuktikan berada di babak 16 besar bukan sekedar keberuntungan. Swedia, yang berpredikat sebagai juara Grup E, tak berdaya menghadapi dominasi Ukraina.
Zinchenko menjadi sosok protagonis bagi kemenangan Ukraina. Ia mencetak gol pembuka pada laga itu melalui sepakan keras kaki kiri ketika laga berjalan 38 menit. Tak hanya gol, Zinchenko juga memberikan asis untuk gol penentu kemenangan Ukraina yang dihasilkan oleh sundulan penyerang, Artem Dovbyk di pengujung perpanjangan waktu pada menit ke 120+1.
Berkat penampilannya itu, ia dianugerahi gelar pemain terbaik laga. Tak ayal, itu adalah penampilan terbaik Zinchenko selama 43 laga berseragam ”Si Biru Kuning” sejak Oktober 2015.
”Ia mencetak gol dan mengkreasikan sebuah umpan brilian untuk gol kemenangan,” ujar Packie Bonner, analis teknis UEFA.
Zinchenko menilai, semua skuad Ukraina bertekad menampilkan permainan terbaik di fase gugur. Meskipun lolos dari babak penyisihan, lanjut Zinchenko, tidak ada pemain Ukraina yang puas dengan penampilan di tiga laga fase grup.
Di laga melawan Swedia ini, kami membuktikan bahwa kami adalah sebuah tim yang baik dan bisa meraih target kami. Ini adalah capaian bersejarah bagi kami sehingga kami patut merayakan ini.
”Di laga melawan Swedia ini, kami membuktikan bahwa kami adalah sebuah tim yang baik dan bisa meraih target kami. Ini adalah capaian bersejarah bagi kami sehingga kami patut merayakan ini,” kata Zinchenko kepada UEFA.com.
Perubahan posisi
Dalam laga melawan Swedia, Pelatih Ukraina Andriy Shevchenko melakukan perubakan taktik. Shevchenko meninggalkan formasi 4-3-3 yang menjadi taktik di tiga laga fase grup. Di babak 16 besar, ia memilih memainkan taktik 3-5-2.
Perubahan peran siginifikan dialami oleh Zinchenko. Pada 4-3-3, Zinchenko menjadi salah satu gelandang, tetapi dalam 3-5-2, pemain kelahiran Radomyshl, Ukraina, itu ditempatkan di posisi bek sayap kiri seperti ketika tampil bersama Manchester City.
”Saya terbiasa bermain sebagai gelandang di timnas, tetapi saya siap tampil di posisi mana pun sesuai keinginan pelatih. Staf pelatih kami telah memilih taktik yang tepat,” ujar pemain berambut pirang itu.
Shevchenko mengatakan, perubahan taktik itu bertujuan memperkuat timnya di sisi sayap. Hal itu tidak lepas dari permainan Swedia yang sangat kuat di kedua sisi sayap.
”Kami meminta para gelandang untuk bekerja lebih keras untuk mengontrol pertandingan. Keinginan itu tidak berhasil di setiap menit, tetapi tim saya telah berhasil menjalankan rencana permainan kami,” kata Shevchenko.
Dalam 120 menit laga di Hamden Park, Ukraina mendominasi laga dibandingkan dengan Swedia. Ukraina mencatatkan 54 persen penguasaan bola dengan tingkat akurasi operan mencapai 89 persen. “Si Biru Kuning” juga menciptakan 15 peluang berbanding 13 peluang yang dihasilkan Swedia.
Tidak hanya dari sisi menyerang, keunggulan Ukraina terlihat pula dari statistik bertahan. Ukraina merebut bola 49 kali, sedangkan Swedia hanya 43 kali. Sapuan dilakukan lini pertahanan Ukraina sebanyak 39 kali. Adapun Swedia hanya melakukan sapuan sebanyak 16 kali.
Dengan kemenangan atas Swedia, Ukraina akan menantang Inggris pada babak perempat final. Laga itu akan berlangsung di Stadion Olimpico, Roma, Italia, Minggu (4/7) dini hari WIB.
Selain itu, Ukraina juga menjadi wakil tersisa dari Grup C di fase grup. Pasalnya, dua tim yang berada di posisi lebih baik dari Ukraina telah tersingkir. Belanda, sang juara grup, tumbang 0-2 dari Ceko. Sementara itu, Austria yang mengakhiri grup di peringkat kedua kalah 1-2 dari Italia.
Kejam
Swedia sempat menyamakan kedudukan lewat tembakan keras dari luar kotak penalti yang dicetak Emil Forsberg ketika dua menit jelang turun minum. Kemudian, Swedia juga harus main dengan 10 pemain ketika babak perpanjangan waktu memasuki menit ke-98. Marcus Danielson diganjar kartu merah.
Meski tampil dengan 10 orang, Forsberg menilai, timnya telah tampil maksimal untuk memenangi laga. Bahkan, dua tembakan Forsberg membentur tiang gawang.
”Kami bertarung sebagai sebuah tim dan berjanji untuk tidak menyerah meski bermain dengan 10 pemain. Lalu, dalam sebuah peluang terakhir, mereka mencetak gol, itu sangat kejam bagi kami,” kata Forsberg yang bermain untuk RB Leipzig.
Kekecewaan juga dirasakan Pelatih Swedia Janne Andersson. ”Semua orang di tim kami kecewa dan hanya diam di ruang ganti. Waktu memang akan menyembuhkan perasaan ini, tetapi ini tetaplah pengalaman yang brutal,” kata Andersson. (AFP)