Empat petenis tunggal putra yang berada di papan atas mendominasi semifinal Perancis Terbuka. Di final bakal terjadi pertarungan antara petenis senior ”big three” melawan petenis generasi baru.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
PARIS, RABU — Semakin tinggi tahap kompetisi, persaingan pun lazimnya semakin kompetitif. Logika itu akan terjadi pada semifinal tunggal putra Perancis Terbuka yang menyisakan para petenis mapan untuk menuju tangga juara.
Setelah Stefanos Tsitsipas dan Alexander Zverev, dua senior mereka, Novak Djokovic dan Rafael Nadal, menyusul lolos ke semifinal. Djokovic dan Nadal menjadi bagian dari tiga senior, ”Big Three”, yang masih konsisten bersaing pada level atas persaingan tenis profesional. Adapun Tsitsipas dan Zverev adalah alumni baru ”Next Gen” yang penampilannya konsisten di lapangan tanah liat, akhir-akhir ini.
Dari hasil semifinal yang akan berlangsung di Lapangan Philippe Chatrier, Roland Garros, Paris, Perancis, Jumat (11/6/2021), laga puncak pun akan menyajikan persaingan pendominasi Grand Slam dengan finalis baru Perancis Terbuka. Nadal telah mengumpulkan 20 gelar Grand Slam, 13 di antaranya dari Perancis Terbuka, sementara Djokovic dengan 18 gelar termasuk 1 gelar dari Perancis Terbuka 2016.
Tsitsipas mencapai semifinal di Roland Garros untuk kedua kali beruntun. Zverev pernah tampil pada final Grand Slam lain, AS Terbuka 2020, tetapi semifinal kali ini menjadi yang pertama di Roland Garros.
Keduanya datang ke Paris dengan bekal satu gelar juara dari turnamen tanah liat ATP Masters 1000, level tertinggi dalam struktur turnamen ATP. Tsitsipas juara di Monte Carlo, sementara Zverev menjuarai Madrid Masters. Tsitsipas unggul 5-2 dari Zverev dan memenangi satu-satunya pertemuan di tanah liat pada perempat final Madrid Masters 2019.
Sementara Djokovic dan Nadal memperpanjang catatan pertemuan mereka yang telah terjadi 57 kali (Djokovic unggul 29-28) sejak perempat final Perancis Terbuka 2006 yang dimenangi Nadal. Nadal juga memenangi pertemuan terakhir dalam final Roma Masters, Mei. Jumlah pertemuan itu menjadi yang terbanyak di antara rival dalam era Terbuka.
Semifinal kali ini akan menjadi yang ke-11 bagi Djokovic di Roland Garros dan ke-14 bagi Nadal. Nadal tak pernah kalah dari 13 semifinal sebelumnya, juga dalam final.
Djokovic melaju ke semifinal setelah mengalahkan Matteo Berrettini pada perempat final, Rabu sesi malam waktu setempat atau Kamis dini hari waktu Indonesia. Petenis nomor satu dunia itu menang, 6-3, 6-2, 6-7 (5), 7-5.
Salah satu kunci kemenangan Djokovic adalah keberhasilannya mendapat poin dari servis. Sebanyak 77 poin didapat dari 92 servis pertama (77 persen). Sementara servis kedua sebanyak 24 poin dari 40 servis (65 persen).
Faktor itu membuatnya tiga kali menggagalkan break point Berrettini pada set pertama. Dari lima pertandingan sejak babak pertama, Djokovic hanya kehilangan tiga servis dan 19 kali menggagalkan 22 kesempatan break point lawan.
”Saya puas dengan cara saya servis. Tidak kehilangan servis melawan petenis berkualitas seperti Matteo adalah hal yang baik,” kata Djokovic.
Saya puas dengan cara saya servis. Tidak kehilangan servis melawan petenis berkualitas seperti Matteo adalah hal yang baik.
Mempertahankan servis melawan petenis Italia itu, kata Djokovic, tidak mudah. Dia pun merasa berada di bawah tekanan ketika kehilangan set ketiga melalui tiebreak. ”Apalagi, servis Matteo sulit dipatahkan karena sangat keras dan akurat,” lanjutnya.
Namun, penonton yang diperbolehkan berada di lapangan hingga jam malam, pukul 23.00 waktu setempat, menambah semangat petenis Serbia itu. Dalam laga sesi malam lain yang pernah dijalaninya, jam malam diberlakukan pukul 21.00 hingga tak ada penonton stadion.
Penampilan selama di Roland Garros dan dalam turnamen pemanasan, terutama di Roma dan Belgrade, membuat Djokovic punya keyakinan memiliki peluang mengalahkan Nadal. Dia menjadi salah satu dari hanya dua petenis yang bisa mengalahkan petenis Spanyol itu di Roland Garros.
Djokovic menang saat bertemu pada perempat final 2015. Petenis lain yang mengalahkan Nadal ialah Robin Soderling, pada babak keempat 2009.
”Tahun lalu, Rafa mendominasi. Sekarang, saya pikir, saya punya peluang,” kata Djokovic yang dikalahkan Nadal, 0-6, 2-6, 5-7, pada final Perancis Terbuka 2020.
Tantangan berat
Seperti Djokovic, Nadal pun mendapat tiket semifinal setelah melewati tantangan berat dari petenis Argentina, Diego Schwartzman. Permainan agresif dan groundstroke keras, yang membuat Nadal bertahan di belakang baseline, membuat tiga set pertandingan cenderung imbang.
Namun, Nadal tidak tertahan pada set keempat, hingga menang 6-3, 4-6, 6-4, 6-0. Schwartzman pun hanya mendapat lima poin pada set keempat. Sementara Nadal meraih 25 poin.
”Dia adalah Rafa yang selalu menemukan jalan untuk keluar dari tekanan,” kata Schwartzman. ”Saya tidak ingin berada dalam paruh undian yang sama pada lain waktu. Saya sudah bermain dengan baik di lapangan tanah liat, termasuk di sini, tetapi selalu kalah melawan Rafa. Dua kali di perempat final dan sekali semifinal. Mungkin, lain kali, saya ingin melawan Nole (Novak Djokovic), tetapi bukan Rafa,” candanya.
Dengan hasil itu, Nadal pun memperpanjang kemenangan di Roland Garros menjadi 105-2. ”Jika melihat pada angka, luar biasa bukan? Namun, saya tidak fokus pada itu. Saya hanya senang bisa memenangi pertandingan penting yang saya butuhkan. Itu sangat penting karena menambah kepercayaan diri untuk laga berikutnya,” katanya.
Nadal juga tak peduli pada angka-angka lain, seperti keunggulan 19-7 atas Djokovic di tanah liat. ”Saat harus melawan petenis terbaik dunia dan kehilangan set, yang saya pikirkan adalah cara bangkit kembali dari kehilangan itu. Saya berusaha mengurangi kesalahan dan membuat lebih banyak winner. Untuk melawan Novak, semua orang tahu apa pun bisa terjadi,” katanya. (AFP/Reuters)