Tanpa sosok yang dominan di tunggal putri, Perancis Terbuka akan kembali menghasilkan juara baru Grand Slam setelah juara bertahan Iga Swiatek ditundukkan Maria Sakkari.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
PARIS, RABU — Untuk ke-12 kalinya sejak 2016, turnamen tenis Grand Slam melahirkan juara baru pada nomor tunggal putri. Bahkan, empat calon juara di Perancis Terbuka tersebut belum pernah merasakan semifinal di arena Grand Slam sebelumnya.
Keempat semifinalis yang mendapat kesempatan untuk menjadi juara pada panggung persaingan terbesar tenis itu adalah petenis Ceko, Barbora Krejcikova, yang akan berhadapan dengan Maria Sakkari (Yunani), serta semifinalis lainnya, Tamara Zidansek (Slovenia) dan petenis Rusia, Anastasia Pavlyuchenkova.
Pada perempat final yang berlangsung di Lapangan Philippe Chatrier, Roland Garros, Paris, Rabu (9/6/2021), Sakkari menyingkirkan satu-satunya juara Grand Slam tersisa, Iga Swiatek, 6-4, 6-4. Pada laga lainnya, Krejcikova menang atas petenis Amerika Serikat berusia 17 tahun, Cori ”Coco” Gauff, 7-6 (8/6), 6-3.
Sebanyak 12 juara baru tunggal putri yang lahir dari 21 Grand Slam terakhir itu jauh lebih banyak dari juara baru tunggal putra pada periode yang sama. Tunggal putra hanya melahirkan juara baru Dominic Thiem pada AS Terbuka 2020, di antara dominasi Novak Djokovic, Rafael Nadal, dan Roger Federer yang mengumpulkan 58 gelar.
Juara baru dari Roland Garros tahun ini bahkan diketahui lebih dini dibandingkan dengan dua Grand Slam terakhir yang juga memunculkan wajah baru dalam daftar juara, yaitu Perancis Terbuka dan Australia Terbuka 2020. Perancis Terbuka dijuarai Swiatek, sedangkan Sofia Kenin juara di Australia Terbuka.
Petenis lain yang muncul sebagai juara Grand Slam untuk pertama kalinya, dalam lima tahun terakhir, di antaranya Sloane Stephens, Caroline Wozniacki, Ashleigh Barty, dan Bianca Andreescu.
Fenomena tersebut terjadi ketika tak ada petenis dengan kemampuan menonjol setelah berakhirnya dominasi Serena Williams pada 2015. Naomi Osaka sebenarnya berpeluang meneruskan kejayaan Serena dengan empat gelar Grand Slam pada usia 23 tahun. Namun, dia baru bisa memperolehnya di lapangan keras, yaitu Australia Terbuka 2019 dan 2021, serta AS Terbuka 2018 dan 2020.
Khusus di ajang Perancis Terbuka, salah satu dari keempat semifinalis pada tahun ini, juga akan meneruskan daftar juara baru yang selalu berganti sejak petenis Spanyol, Garbine Muguruza, juara pada 2016. Setelah itu, gelar juara beralih pada petenis Latvia, Jelena Ostapenko, yang tampil mengejutkan pada 2017, Simona Halep (2018), Barty (2019), dan Swiatek (2020).
Sejak para juara Grand Slam tersingkir sebelum perempat final tahun ini, Swiatek sebenarnya menjadi yang paling favorit untuk juara. Bekal gelar juara WTA 1000 Roma, 10-16 Mei, dan kenyamanannya bermain di lapangan tanah liat menjadi faktor pendukung.
Namun, petenis Polandia itu dihentikan ketangguhan dan permainan agresif Sakkari. Swiatek pun tak memperoleh banyak kesempatan untuk menyerang dan banyak membuat kesalahan, yaitu dengan 25 unforced error, dibandingkan dengan 17 winner yang dibuatnya.
”Saya senang dengan kemenangan ini. Saya telah membuat langkah besar, tetapi jalan masih panjang,” ujar Sakkari.
Menjawab pertanyaan mantan petenis Perancis, Fabrice Santoro, tentang kunci kemenangannya, petenis Yunani itu mengatakan, hanya berusaha menikmati pertandingan.
Saya senang dengan kemenangan ini. Saya telah membuat langkah besar, tetapi jalan masih panjang.
”Sebelum masuk lapangan, saya menyendiri dan mengingatkan pada diri sendiri bahwa ini adalah pertandingan besar. Saya harus menikmatinya,” katanya.
Adapun kekalahan bagi Swiatek membuatnya gagal mewujudkan ambisinya menjadi petenis putri pertama yang mempertahankan gelar juara di Roland Garros sejak petenis Belgia, Justine Henin, melakukannya terakhir kali pada 2007.
Kualitas buruk
Prinsip mantan petenis nomor satu dunia, Boris Becker, bahwa bermain di lapangan tanah liat adalah sedikit melakukan kesalahan dibandingkan membuat banyak winner tak berlaku pada perempat final tunggal putri kali ini.
Coco, misalnya, merasakan besarnya tekanan tampil dalam level tinggi Grand Slam, hingga tak tampil maksimal. Dalam laga sesama perempat finalis baru itu, Coco gagal memanfaatkan lima set poin pada set pertama, lalu penampilannya menurun dan emosi pada set kedua, hingga kalah, 6-7 (8/6), 3-6.
Dalam laga itu, setiap pemain membuat lebih banyak unforced error, termasuk kesalahan ganda saat servis, dibandingkan dengan pukulan yang menghasilkan angka. Krejcikova membuat 28 unforced error, termasuk 8 double fault, dengan 27 winner, sedangkan Coco membuat lebih banyak kesalahan, yaitu 40, termasuk 7 double fault, dan dengan 25 winner.
Kesalahan tersebut bahkan terjadi pada momen-momen penting. Coco kehilangan lima set poin, sebagian besar karena bola dari backhand yang menyangkut di net atau keluar lapangan. Krejcikova juga harus menanti hingga match point keenam ketika gagal memanfaatkan servisnya pada gim ketujuh.
Situasi yang sama terjadi pada persaingan perempat finalis baru, Tamara Zidansek melawan Paula Badosa, sehari sebelumnya. Tanpa pukulan yang menjadi senjata dari setiap pemain, ritme pertandingan cenderung monoton. Kedua petenis hanya adu groundstroke dari garis belakang sambil menanti kesalahan lawan.
Persaingan terbuka memunculkan banyak nama sebagai calon juara di tunggal putri, tetapi tak berbanding lurus dengan kualitas pertandingan.
Di bagian putra, semifinal paruh bawah, Jumat (11/6/2021), akan mempertemukan Stefanos Tsitsipas dengan Alexander Zverev. Adapun dua petenis senior Rafael Nadal dan Novak Djokovic berpeluang bertemu di semifinal lainnya. (AFP)