Enam dari delapan petenis tunggal putri pada perempat final Perancis Terbuka adalah perempat finalis baru di arena Grand Slam. Fenomena melejitnya petenis medioker dapat terus terjadi.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
PARIS, SELASA — Perempat final Perancis Terbuka menjadi gambaran terbukanya persaingan nomor tunggal putri di panggung besar tenis pada lapangan tanah liat. Enam dari delapan petenis adalah perempat finalis baru di arena Grand Slam.
Dua di antara mereka tampil pada pertandingan pertama yang berlangsung di Lapangan Philippe Chatrier, Roland Garros, Paris, Perancis, Selasa (8/6/2021). Dalam persaingan sesama ”wajah baru”, Tamara Zidansek mengalahkan Paula Badosa, 7-5, 4-6, 8-6.
”Saya sangat senang bisa melaju ke semifinal. Sejak sebelum tampil, saya tahu pertandingan akan berjalan berat. Namun, saya telah berjuang dengan baik,” komentar Zidansek.
Sebelum melangkah ke semifinal, Zidansek telah menciptakan sejarah bagi negaranya, yaitu menjadi petenis Slovenia pertama yang lolos ke perempat final Grand Slam. Kini, petenis peringkat ke-85 dunia yang sebelumnya tak pernah melewati babak kedua Grand Slam itu mencatat hasil lebih baik.
Saya berasal dari negara kecil yang hanya berpenduduk dua juta orang. Mengingat hal itu, saya sangat bangga menjadi bagian dari atlet yang bisa memberi hasil baik dan memberi inspirasi bagi anak-anak muda di Slovenia.
”Saya berasal dari negara kecil yang hanya berpenduduk dua juta orang. Mengingat hal itu, saya sangat bangga menjadi bagian dari atlet yang bisa memberi hasil baik dan memberi inspirasi bagi anak-anak muda di Slovenia,” komentar Zidansek.
Petenis lain dengan perempat final pertamanya di Grand Slam adalah Elena Rybakina yang berhadapan dengan Anastasia Pavlyuchenkova, enam kali perempat finalis pada empat Grand Slam dalam rentang 2011-2020.
Tiga perempat finalis baru lainnya akan bersaing pada hari Rabu. Cori ”Coco” Gauff berhadapan dengan Barbora Krejcikova, sementara Maria Sakkari melawan satu-satunya juara Grand Slam tersisa, Iga Swiatek, yang berstatus juara bertahan Perancis Terbuka.
Cori ”Coco” Gauff, petenis 17 tahun, menggambarkan perjalanannya pada ajang besar sebagai petenis muda. ”Pada masa lalu, saya seperti merasa puas dengan apa yang saya dapat dalam turnamen. Mungkin itu bukan hal yang baik untuk dikatakan, tetapi seperti itulah kenyataannya. Banyak pemain muda, saya pikir, cenderung puas dengan hasil kecil sebelum kami menyadari bahwa kami benar-benar bisa berbuat lebih baik,” komentar Coco.
”Sekarang, saya datang dengan semangat bisa lebih baik dibandingkan hasil babak keempat yang pernah diperoleh. Saya selalu punya pesan, ’mimpi besar dan target tinggi’,” lanjut petenis yang pernah mencapai babak keempat dalam Wimbledon 2019 dan Australia Terbuka 2020 itu.
Sebanyak enam perempat finalis baru di Roland Garros tahun ini menjadi yang terbanyak di arena Grand Slam sejak era Terbuka pada 1968. Sebelumnya terdapat lima wajah baru pada perempat final Australia Terbuka 1969, serta Perancis Terbuka 1976 dan 2001.
Pada Perancis Terbuka 2020, yang diselenggarakan 27 September-11 Oktober karena pandemi Covid-19, perempat final diisi empat wajah baru, yaitu Swiatek, Laura Siegemund, serta dua petenis yang lolos dari babak kualifikasi, yakni Martina Trevisan dan Nadia Podoroska. Swiatek, yang saat itu berperingkat ke-54 dunia, memanfaatkan peluang terbuka dengan menjadi juara setelah mengalahkan Sofia Kenin di final.
Fenomena munculnya petenis-petenis medioker pada perempat final atau lebih tinggi di arena Grand Slam kemungkinan terus terjadi selama belum ada tunggal putri yang mendominasi setelah era Serena Williams. Apalagi, ketika persaingan terjadi di lapangan tanah liat atau rumput yang membutuhkan keahlian lebih khusus.
Di lapangan keras, telah lahir Naomi Osaka yang merebut empat gelar juara, dari Australia Terbuka 2019 dan 2021, serta AS Terbuka 2018 dan 2020.
Kurang berkualitas
Laga Zidansek melawan Badosa memang berlangsung ketat berdasarkan skor. Namun, kedua petenis kesulitan mempertahankan servis masing-masing. Zidansek delapan kali mematahkan servis Badosa dari 13 kesempatan, sementara Badosa tujuh kali melakukannya dari 14 kesempatan.
Poin juga lebih banyak didapat dari unforced error lawan dibandingkan upaya sendiri membuat winner. Total, kedua petenis membuat 86 unforced error, lebih sedikit dari 79 winner. Zidansek membuat 48 winner dan 39 unforced error, sementara Badosa dengan statistik 31-47.
Angka-angka tersebut mewakili permainan dengan kualitas yang tak begitu tinggi untuk tahap perempat final Grand Slam, tak seperti ketika Serena berhadapan dengan Simona Halep pada perempat final Australia Terbuka, Februari.
Meski Serena menang straight sets, 6-3, 6-3, pertandingan berlangsung menarik. Serena memperlihatkan pertahanan terbaik sejak kembali ke persaingan, setelah melahirkan pada 2018.
Perempat final tunggal putra yang berlangsung Selasa tengah malam hingga Rabu dini hari waktu Indonesia berlangsung antara Alexander Zverev melawan Alejandro Davidovich Fokina dan Daniil Medvedev dengan Stefanos Tsitsipas. Pada Rabu, persaingan akan terjadi antara Novak Djokovic dan Matteo Berrettini, serta Rafael Nadal dengan Diego Schwartzman. (AFP)