Roger Federer dan Serena Williams harus tersingkir dari babak keempat Perancis Terbuka. Serena kalah dari lawannya dan Federer mundur untuk menghindari kambuhnya cedera lama.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Sama-sama menjelang usia 40 tahun, berperingkat kedelapan dunia, dan menjadi petenis aktif dengan gelar Grand Slam terbanyak, Serena Williams dan Roger Federer bersaing di Perancis Terbuka tanpa ekspektasi besar. Perjalanan kedua legenda itu berakhir pada tahap yang sama, babak keempat.
Bermain di Lapangan Philippe Chatrier, Roland Garros, Paris, pada Minggu (6/6/2021) sore waktu setempat (Minggu tengah malam waktu Indonesia), Serena kalah dari petenis Kazakhstan, Elena Rybakina, 3-6, 5-7.
Akhir perjalanan petenis AS itu terjadi sekitar tiga jam setelah Federer mengumumkan pengunduran diri dari turnamen. Federer seharusnya menjalani babak keempat melawan Matteo Berrettini, Senin.
”Selesai diskusi dengan tim, saya memutuskan untuk mundur dari Roland Garros. Setelah menjalani dua kali operasi lutut kanan dan lebih dari setahun menjalani rehabilitasi, penting untuk ’mendengarkan’ tubuh saya dan memastikan saya tidak terlalu tergesa-gesa dalam perjalanan untuk pulih. Tidak ada perasaan yang lebih menyenangkan dibandingkan kembali ke lapangan,” tutur Federer.
Berulang kali Federer memang menyebut bahwa dia tidak memiliki ekspektasi besar di Roland Garros. Target besarnya adalah Wimbledon, 28 Juni-11 Juli, yang berlangsung di lapangan rumput. Dua pekan sebelumnya, dia akan tampil lebih dulu dalam turnamen pemanasan di Halle, Jerman.
Petenis dengan 20 gelar Grand Slam itu, bahkan, masih menargetkan tampil dalam Olimpiade Tokyo 2020, 23 Juli-8 Agustus, pada nomor tunggal putra dan ganda campuran bersama Belinda Bencic.
Sebelum turnamen, Patrick Mouratoglou juga berterus terang tentang kondisi Serena, yang dilatihnya sejak 2012. ”Roland Garros adalah yang paling sulit karena menuntut Serena untuk berada kondisi fisik paling puncak. Sejak 2018, dia tampil pada final Grand Slam di lapangan lain, tetapi tidak di lapangan tanah liat. Jadi, saya rasa peluangnya lebih besar di lapangan lain,” ujar pelatih asal Perancis itu.
Serena dalam misi menyamai Margaret Court sebagai petenis dengan gelar Grand Slam terbanyak pada nomor tunggal, yaitu 24 gelar. Sejak mendapat gelar ke-23, dari Australia Terbuka 2017, lalu beristirahat dari turnamen karena hamil, dia empat kali menembus final Grand Slam. Namun, Serena selalu kalah pada final Wimbledon 2018 dan 2019, serta AS Terbuka pada tahun yang sama. Di Roland Garros, sejak kalah dari Garbine Muguruza pada final 2016, ibu dari satu anak itu tak pernah melewati babak keempat.
Meski kalah, Serena mengatakan, permainannya sudah mendekati seperti yang diharapkan. ”Saya sudah dekat, sangat dekat. Ada beberapa poin yang seharusnya mengubah semua permainan, tetapi saya tidak mendapatkan poinnya,” katanya.
Seperti Federer yang senang bisa meraih tiga kemenangan, Serena merasakan hal yang sama. ”Saya berada pada situasi yang lebih baik dibandingkan ketika datang ke sini karena persaingan tanah liat selalu menyulitkan. Meski saya sangat menyukai tanah liat, saya berpikir, ’Seandainya saya bisa menang’,” candanya saat konferensi pers.
Lapangan tanah liat, yang memantulkan bola lebih pelan dan tinggi dibandingkan lapangan keras dan rumput, membuat permainan cenderung berlangsung lebih lambat. Daya tahan fisik dan luwesnya pergerakan di permukaan licin menjadi tuntutan utama untuk bermain di tanah liat.
Tak dapat dipungkiri, dengan usia mereka, ditambah kendala yang dialami masing-masing, tuntutan tersebut terasa berat. Federer menjalani dua kali operasi lutut kanan pada 2020 yang membuatnya berisitirahat pada hampir sepanjang musim tersebut. Adapun Serena kesulitan mengembalikan kondisi fisiknya setelah melahirkan Olympia pada 2017 diiringi penyumbatan pembuluh darah pada paru-parunya.
Meski demikian, dua legenda itu tak pernah kehilangan motivasi untuk menjadi bagian dari turnamen. Serena tak ingin berpikir terlalu jauh ketika wartawan bertanya tentang kemungkinan bahwa Perancis Terbuka 2021 menjadi yang terakhir baginya.
”Saya tidak ingin memikirkan itu, hanya ingin fokus pada apa yang ada di depan,” kata Serena, yang antusias dengan datangnya musim kompetisi lapangan rumput, mulai pekan depan. Berbeda dengan tanah liat, karakter permainan cepat di lapangan rumput memberi keuntungan bagi Serena dan Federer.
Saya tidak ingin memikirkan itu, hanya ingin fokus pada apa yang ada di depan.
Setelah mengalahkan Dominik Koepfer (Jerman) pada babak ketiga, Sabtu sesi malam tanpa penonton karena peraturan jam malam Pemerintah Perancis, Federer menyebutkan motivasinya bertanding hingga saat ini. ”Anda harus mencintai apa yang Anda lakukan, dan saya seperti itu,” katanya. (AFP)