Roland Garros bukan hanya panggung pemilik nama besar, seperti Sofia Kenin dan Rafael Nadal. Arena Perancis Terbuka itu juga menjadi tempat para petenis remaja, seperti Coco Gauff dan Lorenzo Musetti, menebar pesonanya.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Babak ketiga Grand Slam Perancis Terbuka, Sabtu (5/6/2021), di Roland Garros, Paris, menjadi panggung lima petenis remaja. Mereka menjadi calon bintang masa depan dunia, mewakili negaranya masing-masing.
Salah satu di antara mereka, sekaligus yang termuda, adalah tunggal putri Amerika Serikat, Cori ”Coco” Gauff (17). Laga versus rekan senegaranya, Jennifer Brady, Sabtu malam waktu setempat, menjadi duel kedua mereka setelah semifinal WTA Lexington 2020 yang dimenangi Brady. Laga itu menjadi capaian babak ketiga yang pertama bagi Coco di Roland Garros setelah tersingkir pada babak kedua, 2020 lalu.
Tampil sebagai unggulan untuk pertama kalinya di ajang Grand Slam, yaitu urutan ke-24, Coco tidak terbebani status itu. Dia berusaha menikmati setiap momen dalam laga, termasuk saat berpasangan dengan seniornya, Venus Williams, pada ganda putri dan tersingkir di babak pertama.
Venus adalah petenis yang dikalahkan Coco dalam debutnya pada babak utama Grand Slam, yaitu di Wimbledon 2019. Venus kalah pada babak pertama dan Coco melaju hingga babak keempat. Hingga saat ini, hasil itu dan babak keempat Australia Terbuka 2020 menjadi capaian terbaik Coco di ajang Grand Slam.
Selain Coco, remaja putri lain yang tampil pada Sabtu adalah Marta Kostyuk (Ukraina) yang menghadapi Varvara Gracheva (Rusia). Kostyuk menang dengan skor 6-1, 6-2.
Pada babak pertama, petenis berusia 18 tahun itu menyingkirkan salah satu favorit juara, Garbine Muguruza, 6-1, 6-4. Laga itu menjadi kemenangan terbesar Kostyuk setelah mengalami ”drama” dalam kariernya pada awal tahun ini.
Masalah lain datang saat ia kembali ke rumahnya untuk memulihkan cedera. Kostyuk terinfeksi Covid-19 yang membuatnya kesulitan bernafas dan tak bisa berjalan karena dia selalu kelelahan.
Sempat dikarantina
Kostyuk adalah salah satu petenis yang harus menjalani karantina ketat jelang Australia Terbuka. Karena berada satu pesawat dengan orang terinfeksi Covid-19 dalam perjalanan menuju Melbourne, dia dan penumpang lainnya diharuskan hanya berada di dalam kamar selama dua pekan.
Namun, situasi sulit itu justru menjadi berkah. Ia punya waktu memulihkan bahunya yang cedera. ”Jika tidak dikarantina, mungkin saya tak bisa bermain. Jadi, bisa dikatakan saya \'beruntung’ meski karantina memberi tantangan mental yang besar,” katanya.
Cilakanya, masalah lain datang saat ia kembali ke rumahnya untuk memulihkan cedera. Kostyuk terinfeksi Covid-19 yang membuatnya kesulitan bernafas dan tak bisa berjalan karena dia selalu kelelahan.
Petenis peringkat ke-81 dunia itu kembali berlaga pada akhir Maret lalu di WTA 1000 Miami, namun keputusan itu dibuat terlalu cepat. Kostyuk tersingkir pada babak pertama.
Dua bulan kemudian, dia kembali pada kemampuan terbaiknya dengan mencapai babak keempat Grand Slam untuk pertama kalinya. ”Pada tunggal putri, banyak petenis berpeluang menang. Bukan berarti saya punya keyakinan besar untuk juara Grand Slam saat ini. Akan tetapi, setidaknya, saya merasa nyaman saat bermain. Tidak ada yang tak mungkin,” katanya dikutip laman resmi Perancis Terbuka.
Generasi baru Italia
Di tunggal putra, dua petenis berusia 19 tahun, Lorenzo Musetti dan Jannik Sinner, menjadi bagian generasi baru petenis Italia, penerus Fabio Fognini yang tersingkir pada babak ketiga, Jumat. Bersama Marco Cecchinato dan Matteo Berrettini, mereka menjadi bagian dari lima tunggal putra Italia yang tampil pada babak ketiga, Jumat dan Sabtu.
Musetti menjadi wakil pertama Italia yang melangkah ke babak keempat setelah mengalahkan rekannya, Cecchinato. Untuk kali pertama pula dia akan bersaing di pekan kedua Grand Slam setelah pada dua penampilan sebelumnya, Australia Terbuka 2020 dan 2021, selalu tersingkir di kualifikasi.
Bermain tenis sejak berusia empat tahun, Musetti mulai memperlihatkan potensi di level yunior pada usia 12 tahun. Namun, di ajang profesional, dia tertinggal dari Sinner, petenis peringkat ke-19 dunia.
Sinner, perempat finalis Perancis Terbuka 2020, juga melaju ke babak keempat tahun ini seusai mengalahkan Mikael Ymer, 6-1, 7-5, 6-3. Menurut The New York Times, banyaknya turnamen berlevel rendah di Italia, satu dekade terakhir, salah satu pemicu lahirnya para generasi baru berbakat itu. Kondisi itu membuat Sinner dan Musetti punya akses mudah untuk terjun ke dunia tenis profesional.
Remaja lain yang bersaing pada babak ketiga di Roland Garros adalah petenis berusia 18 tahun asal Spanyol, Carlos Alcaraz. Dia dikalahkan Jan-Lennard Struff, 4-6, 6-7 (3), 2-6. Namun, babak itu menjadi capaian terbaiknya di ajang Grand Slam. Setelah tiga kali tampil di Grand Slam sejak babak kualifikasi, baru kali ini Alcaraz lolos ke babak utama.
Menjadi petenis termuda Spanyol pada peringkat 100 besar dunia, Alcaraz pun senang dengan perkembangan permainannya dibandingkan setahun lalu. ”Saya terkejut karena bisa menghadapi setiap turnamen dengan tenang dan percaya diri. Saya senang bisa mengendalikan emosi dan itu hal yang terpenting,” ujar Alcaraz, yang berperingkat ke-97 dunia. (AFP)