Dominic Thiem tampil solid pada turnamen lapangan tanah liat pertamanya pada tahun ini di ATP Masters 1000 Madrid. Thiem, juara AS Terbuka 2020, tampil setelah beristirahat dua bulan karena cedera lutut.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
MADRID, SELASA — Dalam satu dekade terakhir, Dominic Thiem hampir selalu tampil dalam turnamen setiap pekan. Dia jarang memberi waktu istirahat untuk dirinya sendiri. Di Madrid, Spanyol, pekan ini, Thiem tampil setelah beristirahat dari turnamen selama dua bulan.
Thiem memulai penampilannya pada babak kedua turnamen ATP Masters 1000 Madrid, Selasa (4/5/2021) malam waktu setempat atau Rabu dini hari waktu Indonesia. Dia menang atas petenis yang lolos dari babak kualifikasi, Marcos Giron, 6-1, 6-3, dan akan berhadapan dengan petenis Australia, Alex de Minaur, pada babak ketiga.
Thiem tampil solid pada turnamen lapangan tanah liat pertamanya pada tahun ini. Backhand satu tangan beberapa kali memberinya poin melalui winner. Thiem empat kali mematahkan servis Giron dari sembilan kesempatan, sedangkan Giron tak memiliki satu kesempatan pun untuk mencuri servis Thiem.
Thiem tampil setelah beristirahat dua bulan karena cedera lutut. Penampilannya pada tahun ini tak begitu impresif dengan tersingkir pada babak keempat Grand Slam Australia Terbuka, perempat final ATP 250 Doha, dan babak kedua ATP 500 Dubai.
Terbiasa mengikuti 20-30 turnamen setiap musim, petenis Austria itu pun dipaksa beristirahat. Sempat kehilangan motivasi pada masa cedera, juara AS Terbuka itu membangun kembali kepercayaan dirinya secara perlahan. Dia tak menetapkan target tinggi pada partisipasinya di Madrid.
Ada saatnya saya merasa terpuruk ketika cedera. Dua pekan lalu, saya bahkan tak yakin bisa tampil di sini. Namun, saya berusaha bangkit dengan menjadikan Roland Garros sebagai motivasi. Di sanalah saya ingin mencapai puncak penampilan lagi.
”Ada saatnya saya merasa terpuruk ketika cedera. Dua pekan lalu, saya bahkan tak yakin bisa tampil di sini. Namun, saya berusaha bangkit dengan menjadikan Roland Garros sebagai motivasi. Di sanalah saya ingin mencapai puncak penampilan lagi,” ujar Thiem.
Sebelum menjuarai AS Terbuka 2020, Thiem adalah petenis yang memiliki potensi besar untuk menguasai turnamen tanah liat, seperti Rafael Nadal. Tiga gelar pertama, pada 2015, diperoleh di atas lapangan berkarakter lambat tersebut.
Perjalanan untuk menjuarai Perancis Terbuka, puncak persaingan di lapangan tanah liat, semakin dekat ketika Thiem melangkah ke semifinal pada 2016 dan 2017, lalu ke final dalam dua tahun berikutnya sebelum dihentikan Nadal. Maka, tak heran jika persaingan di Roland Garros, yang akan berlangsung 30 Mei-13 Juni pada tahun ini, selalu ada di benaknya.
Setelah melewatkan Monte Carlo Masters, Thiem memiliki kesempatan lain untuk mengikuti turnamen pemanasan, yaitu pada Roma Masters, 10-16 Mei. ”Saya mempersiapkan diri di Austria, banyak berlatih fisik dan teknis. Saya pikir, saya berada pada level yang baik untuk mengikuti turnamen,” ujar Thiem yang berada pada paruh atas undian bersama Nadal, Alexander Zverev, dan Andrey Rublev.
Keyakinan itu disampaikan karena Thiem menilai dirinya sendiri sebagai petenis yang tak akan bertanding jika tak berada dalam kondisi baik. ”Saya bukan petenis yang bisa bermain dengan intensitas rendah. Saya membutuhkan 100 persen dalam semua aspek permainan untuk tampil. Saya tidak punya itu ketika tampil di Australia Terbuka, Doha, dan Dubai. Itu sebabnya saya memilih beristirahat, apalagi dengan kondisi lutut yang tak begitu baik,” lanjut petenis berusia 27 tahun itu.
Dari pengalaman tersebut, Thiem berencana lebih selektif dalam memilih turnamen untuk memberikan kesempatan tubuhnya beristirahat. Hal ini telah dilakukan petenis-petenis senior, seperti Nadal, Novak Djokovic, dan Roger Federer.
Kemenangan juga didapat Rublev yang berpeluang bertemu Thiem pada perempat final. Rublev melewati perlawanan ketat Tommy Paul selama 2 jam 19 menit dengan skor 6-7 (5), 6-3, 6-4.
Laga maraton putri
Pada tunggal putri, tiga dari empat laga pada babak ketiga, Selasa, berlangsung dalam laga maraton yang masing-masing berlangsung lebih dari dua jam. Salah satu dari laga itu membuat salah satu favorit juara, Simona Halep, tersingkir. Unggulan ketiga itu dikalahkan Elise Mertens, 6-4, 5-7, 5-7, dalam pertandingan selama dua jam 35 menit.
Sebelum bertemu di Stadion Manolo Santana, Mertens empat kali kalah dari lima pertemuan dengan Halep, tiga di antaranya di lapangan tanah liat.
”Saya hanya berpikir harus menahan Simona di lapangan selama mungkin, terutama setelah kehilangan set pertama. Saya tak terfokus pada skor, hanya berusaha harus mengembangkan permainan,” ujar Mertens yang akan berhadapan dengan Aryna Sabalenka pada perempat final.
Pertandingan Sabalenka melawan Jessica Pegula menjadi satu-satunya laga tunggal putri yang berlangsung dua set pada Selasa. Sabalenka menang, 6-1, 6-2.
Perjalanan berat dilalui dua petenis lain yang akan berhadapan dalam perempat final, yaitu Anastasia Pavlyuchenkova dan Karolina Muchona. Pavlyuchenkova menang atas Jennifer Brady, 7-5, 6-7 (8), 6-3, selama 2 jam 45 menit. Adapun kemenangan Muchova atas Maria Sakkari, 6-0, 6-7 (9), 7-5, didapat dalam waktu 2 jam 35 menit.
Pavlyuchenkova mengatakan, persaingan yang begitu terbuka membuat setiap babak tak mudah dijalani meski unggulan yang lebih tinggi telah tersingkir. Sebelum berhadapan dengan Brady, petenis Rusia itu mengalahkan unggulan keenam, Karolina Pliskova, 6-0, 7-5.
”Setelah mengalahkan Karolina, saya berpikir, mungkin perjalanan akan sedikit lebih mudah. Namun, ternyata justru lebih sulit. Persaingan tunggal putri sangat terbuka,” komentar Pavlyuchenkova dalam situs web WTA. (AFP)