Dominic Thiem bertekad membayar kekalahan dari Novak Djokovic pada final Australia Terbuka 2020. Kekalahan tersebut adalah kekalahan yang paling menyesakkan bagi Thiem.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
MELBOURNE, SENIN — Dominic Thiem datang ke Melbourne Park dengan tekad menuntaskan misi yang tak diselesaikan dengan baik pada Australia Terbuka 2020. Kekalahan lima set dari Novak Djokovic pada final menjadi momen buruk sekaligus sebagai titik balik dalam kariernya.
Untuk membayar ”utang” itu, Thiem memulai dengan kemenangan atas Mikhail Kukushkin pada babak pertama. Petenis Austria yang ditempatkan sebagai unggulan ketiga itu keluar dari kesulitan babak pertama dan memenangi pertandingan dengan skor 7-6 (2), 6-2, 6-3 di Rod Laver Arena, Melbourne Park, Senin (8/2/2021). Laga berikutnya akan dijalani pada Rabu, melawan Dominik Koepfer (Jerman).
Set pertama, dikatakan Thiem, sangat menantang, apalagi ketika Kukushkin memiliki kesempatan untuk memenanginya melalui servis pada gim ke-12 saat unggul 6-5. Thiem akhirnya memaksakan tiebreak setelah merebut gim itu dalam upaya selama 12 menit dengan tiga kali deuce.
Tekad untuk keluar dari tekanan sama seperti motivasi yang dia miliki untuk bangkit setelah dikalahkan Djokovic dalam final Australia Terbuka 2020. Thiem tinggal membutuhkan satu set untuk mendapat gelar pertamanya dari arena Grand Slam, tetapi kalah 4-6, 6-4, 6-2, 3-6, 4-6.
Setahun setelah momen itu, Thiem pun mengungkapkan perasaannya. Kekalahan dari Djokovic menjadi kekalahan paling menyesakkan sejak bersaing di arena tenis profesional pada 2011. Pada masa tak ada turnamen sejak pertengahan Maret karena pandemi Covid-19, dia pun mulai berpikir tentang perjalanan kariernya.
”Saya hanya diam di rumah hingga memiliki waktu untuk berpikir keseluruhan karier, tidak hanya final Australia Terbuka. Akhirnya muncul banyak keraguan, apakah saya akan memperoleh kesempatan lain, apakah bisa dekat lagi pada gelar juara Australia Terbuka? Saya melalui masa-masa sulit selama beberapa bulan di rumah,” tutur Thiem dalam wawancara dengan The Guardian.
Selain menjadi momen buruk, final Australia Terbuka 2020 pada akhirnya menjadi titik balik karier Thiem. Pada masa tak ada turnamen, keputusan sulit dibuat.
Dia mengganti pelatihnya, Thomas Muster, mantan petenis nomor satu dunia yang juga berasal dari Austria, dengan Nicolas Massu. Mantan petenis Chile itu membuat beberapa perubahan detail pada cara bermain Thiem, seperti selalu berdiri mendekati baseline dan membuat backhand slice sebagai senjatanya. Thiem dituntut keluar dari zona nyaman.
Perubahan itu tak begitu saja membuahkan hasil. Dalam turnamen pertama pada masa pandemi Covid-19, ATP Masters 1000 Cincinnati, 24-29 Agustus, Thiem kalah dari Filipp Krajinovic pada babak pertama. Padahal, turnamen tersebut menjadi ajang pemanasan Grand Slam Amerika Serikat Terbuka yang berlangsung pada pekan berikutnya.
Penantian dan kerja keras Thiem akhirnya membuahkan gelar juara AS Terbuka, gelar pertama dari turnamen tenis berlevel tertinggi. Thiem pun menjadi nama lain, setelah Stan Wawrinka pada AS Terbuka 2016, yang menjuarai Grand Slam di luar ”Big Three”: Djokovic, Rafael Nadal, dan Roger Federer.
Pengalaman itu membuat Thiem tak ingin tergelincir lagi di Melbourne Park. Dia berusaha menjaga fokus di tengah situasi sulit menghadapi pertandingan akibat pandemi.
Tentu saja saya gugup menghadapi pertandingan pertama setelah Grand Slam terakhir pada lima bulan lalu. Apalagi, jeda tiga pekan sejak tiba di Australia dan pertandingan pertama terbilang lama.
”Tentu saja saya gugup menghadapi pertandingan pertama setelah Grand Slam terakhir pada lima bulan lalu. Apalagi, jeda tiga pekan sejak tiba di Australia dan pertandingan pertama terbilang lama. Ritme latihan yang tak seperti biasanya berpengaruh pada pertandingan pertama. Saya benar-benar harus mencari jalan untuk keluar dari kesulitan, apalagi dengan lawan berat,” ujarnya.
Kemenangan Thiem menjadi bagian dari kemenangan nama-nama besar yang tampil pada hari pertama. Djokovic, delapan kali juara Australia Terbuka yang juga juara bertahan, memenangi babak pertama atas Jeremy Chardy, 6-3, 6-1, 6-2. Juara Australia Terbuka 2014, Stan Wawrinka, mengalahkan Pedro Sousa, 6-3, 6-2, 6-4.
Tiga favorit juara tunggal putri yang berkumpul pada paruh bawah undian, Naomi Osaka, Serena Williams, dan Simona Halep, tak kehilangan lebih dari tiga gim saat berhadapan dengan lawan masing-masing. Osaka menang, 6-1, 6-2, atas Anastasia Pavlyuchenkova, Serena mengalahkan Laura Siegemund, 6-1, 6-1, adapun Halep menang 6-2, 6-1 atas Lizette Cabrera.
Main dengan cedera
Meski tak berniat untuk mundur dari turnamen, Nadal tak yakin bisa tampil pada babak pertama dengan cedera punggung yang pulih. Petenis Spanyol unggulan kedua itu akan mengawali penampilannya dengan melawan Laslo Djere (Serbia) di Rod Laver Arena, Selasa.
Pertandingan tersebut akan dijalani setelah Nadal tak ikut bermain bersama rekan-rekannya dalam kejuaraan beregu putra, Piala ATP, pekan lalu. Dia tak tampil karena cedera punggung. Satu-satunya pertandingan yang dijalani Nadal pada masa persiapan adalah melawan Thiem pada laga ekshibisi di Adelaide.
”Saya tak berpikir untuk mundur. Namun, saya tak tahu akan mengawali turnamen dalam kondisi seperti apa. Saya tetap berlatih dan melakukan banyak cara untuk pemulihan. Rasanya cederanya tidak terlalu serius, tetapi otot punggung saya masih terasa kaku,” katanya.
Pada Australia Terbuka kali ini, Nadal memiliki kesempatan unggul atas Federer dalam perolehan gelar Grand Slam. Setelah menjuarai Perancis Terbuka 2020, dia menyejajarkan diri dengan rivalnya itu sebagai tunggal putra dengan gelar Grand Slam terbanyak, 20 gelar.
Sejak menjuarai AS Terbuka 2013, Nadal selalu memiliki kesempatan menyamai Rod Laver, yaitu menjadi tunggal putra dengan minimal dua gelar di setiap Grand Slam pada era Terbuka. Nadal tinggal membutuhkan satu lagi gelar Australia Terbuka yang pertama kali diraihnya tahun 2009 untuk menambah 13 trofi juara dari Perancis Terbuka, dua Wimbledon, dan empat AS Terbuka.
Setelah juara pada 2009, Nadal empat kali lolos ke final Australia Terbuka. Namun, dia selalu kalah di final pada 2012, 2014, 2017, dan 2019. ”Saya banyak melewatkan kesempatan di sini, terutama karena cedera,” katanya. (AP/AFP)