Seni Perang Tim ”Panah Perak” di Formula 1
Hasil tes pramusim F1 2021 menempatkan Red Bull sebagai favorit penjegal Mercedes, menyusul performa W12 yang limbung. Namun, ini bukan pertama kali Mercedes terkesan lemah di awal musim dan kemudian menjadi juara.
Sun Tzu, jenderal China yang lihai meracik strategi militer, menyatakan bahwa semua peperangan berdasarkan pada tipu daya. ”Oleh karena itu, saat kita bisa menyerang, kita harus terlihat tidak mampu; ketika menggunakan kekuatan, kita harus terlihat tidak aktif; ketika kita dekat, kita harus membuat musuh percaya bahwa kita jauh; ketika jauh, kita harus membuat dia percaya bahwa kita sudah dekat”.
Filosofi perang Sun Tzu itu cukup signifikan diterapkan pada konteks persaingan Formula 1. Dua musim lalu, misalnya, Mercedes W10 terlihat lambat, jauh tertinggal dari Ferrari SF90 saat pramusim. Namun, W10 pada tes pertama di Barcelona itu adalah mobil standar. Mercedes telah menyiapkan dua mobil karena perubahan regulasi 2019 terlalu mepet diumumkan.
Pada tes kedua, W10 datang dengan paket perbaikan aerodinamika untuk mengatasi turbulensi di sayap depan serta desain suspensi belakang yang revolusioner, dan mampu menyaingi SF90 yang sangat cepat. Di akhir tes pramusim, pebalap Mercedes, Lewis Hamilton, hanya terpaut 0,003 detik dari pebalap Ferrari, Sebastian Vettel.
Pertanyaan terakhir adalah, seberapa banyak bahan bakar yang dibawa oleh W10 dan SF90 dengan selisih waktu itu. Ini bukan tentang siapa yang menerapkan strategi sandbagging, melainkan lebih pada performa nyata dari kedua mobil itu. SF90 memang cepat dengan muatan bahan bakar berapa pun, tetapi ternyata tidak andal, mudah rusak saat disetel pada performa puncak.
Sebaliknya, W10 sangat andal menjalani banyak lap balapan. Meskipun kecepatan puncak kalah dari Ferrari, ada senjata rahasia Mercedes yang menjadi pengubah permainan, yaitu kecepatan di low speed corner. Itulah buah riset panjang tim ”Panah Perak” pada suspensi belakang agar mobil bisa berbelok dengan kecepatan tinggi di tikungan lambat. Delapan seri awal 2019 dimenangi oleh W10 yang dipacu Hamilton dan Valtteri Bottas.
Baca juga: Mercedes Belum Temukan Solusi W12
Ferrari yang diyakini memiliki mobil terbaik untuk menghentikan Mercedes di era mesin turbo hibrida terpuruk karena masalah keandalan mesin SF90. Charles Leclerc dan Vettel finis di posisi keempat dan kelima. Justru pebalap Red Bull, Max Verstappen, yang berada di posisi tiga klasemen akhir meskipun di atas kertas RB15 kalah dari SF90.
Musim 2020, Mercedes berada di atas angin sejak awal musim. Mereka terlalu kuat hingga Hamilton dan Bottas dinilai bermain di ”liga” mereka sendiri. Bahkan, tim Panah Perak membuat gempar dengan inovasi radikal dual-axis steering. Musim lalu, W11 tak tertandingi.
Jadi sorotan
Kini, Mercedes kembali menjadi sorotan, karena mobil baru mereka W12 kehilangan kestabilan bagian belakang, dan responsnya sulit diprediksi. Hamilton dua kali melintir pada tes pramusim di Bahrain dan Bottas mengalami masalah gearbox. Mereka sama-sama mengakui W12 sulit dikendalikan.
Sebaliknya, Red Bull RB16B menunjukkan performa yang sangat menonjol. Mobil bermesin Honda itu sangat stabil, kencang, dan perilakunya terprediksi. Verstappen merasa nyaman dengan mobil barunya dan menjadi pebalap tercepat saat tes pramusim. Dia meninggalkan Hamilton yang hanya berada di posisi kelima, terpaut 1,065 detik.
Verstappen pun langsung menjadi favorit untuk memenangi balapan pembuka di Sirkuit Internasional Bahrain, 26-28 Maret 2021. Mobil RB16B dinilai memiliki modal kuat untuk mengatasi sirkuit di tengah padang pasir yang berangin dan minim daya cengkeram itu. Bahkan, menurut mantan pebalap F1, Jenson Button, mobil yang bisa stabil dengan downforce yang baik di Bahrain akan kompetitif di sirkuit lain.
Baca juga: Verstappen Tetap Menginjak Bumi
Kondisi ini menumbuhkan harapan tercipta persaingan sepanjang musim antara Hamilton dan Verstappen, menggantikan persaingan satu tim Hamilton-Bottas. Persaingan Hamilton dan Verstappen bisa menghidupkan persaingan F1 yang sudah membosankan, karena didominasi oleh Panah Perak. Persaingan itu juga menghadirkan dimensi lain, karena mempertemukan dua pebalap terbaik dari generasi berbeda.
Ini berpotensi menghadirkan persaingan-persaingan epik masa lalu, seperti saat Fernando Alonso berusaha menggulingkan Michael Schumacher. Sudah lama F1 tidak menyajikan persaingan berlimpah adrenalin, seperti saat Alonso mengalahkan Schumacher di Bahrain pada 2006.
Mercedes berusaha mengalihkan sorotan dari mereka, yang merupakan bagian dari permainan. Kenyataannya adalah mereka juara bertahan tujuh kali beruntun.
Jika musim ini perbaikan yang dilakukan oleh Mercedes menempatkan W12 selevel dengan RB16B, persaingan sepanjang musim Hamilton dan Verstappen akan menjadi berkah bagi penggemar Formula 1.
Namun, Mercedes merupakan tim besar dengan sumber daya berlimpah. Mereka berulang kali membuktikan mampu mengembangkan mobil yang kompetitif dengan perubahan regulasi. Musim 2021, mereka terkesan kesulitan dengan regulasi pemotongan lantai belakang mobil, pemangkasan sayap kecil pada saluran pendingin rem belakang, serta pemotongan teralis diffuser.
Aturan baru itu untuk mengurangi downforce hingga 10 persen dengan alasan keamanan. Mobil-mobil F1 sudah kelebihan downforce sehingga banyak ban yang pecah pada musim 2020. Inovasi untuk meraih kembali downforce, diperkirakan 4-5 persen, menjadi tantangan tim-tim F1 pada musim 2021.
Di atas angin
Red Bull sementara ini di atas angin dan difavoritkan menjadi penjegal dominasi Mercedes. Namun, tim asal Austria itu menilai, ini strategi Mercedes untuk mengalihkan tekanan pada mereka. ”Tentu, Mercedes berusaha mengalihkan sorotan dari mereka, yang merupakan bagian dari permainan. Namun, kenyataannya adalah mereka juara bertahan tujuh kali beruntun dan ini tergantung dari kami untuk memangkas selisih itu dan menaikkan persaingan,” tegas Kepala Tim Red Bull Christian Horner kepada Formula 1.
Baca juga: Menanti Pertarungan Hamilton-Verstappen
Verstappen pun menegaskan, pihaknya akan bodoh jika menilai Mercedes bukan favorit dan mudah untuk menjuarai musim ini. RB16B memang stabil, cepat, dan masih ada ruang pengembangan, tetapi Mercedes merupakan tim yang selalu bisa mencari jalan keluar dari masalah mereka.
Pebalap asal Belanda itu menegaskan, performa sebenarnya dari semua tim F1 musim ini baru akan terlihat pada saat kualifikasi ketiga. Pada perebutan pole position itu, semua tim akan menggunakan setelan paling seimbang dan dengan bahan bakar yang sama-sama sedikit. Urutan start itu akan menggambarkan siapa saja yang akan meramaikan perebutan podium musim ini.
Mercedes dan Red Bull bisa dipastikan ada di sana, sedangkan Ferrari sepertinya masih tertinggal setengah langkah meskipun ada perbaikan performa pada SF21. Tim ”Kuda Jingkrak” menegaskan, bagi mereka tidak realistis membicarakan juara pada musim ini, karena fokus terbesar mereka pada 2022. Mereka ingin langsung kompetitif pada 2022 saat penerapan regulasi baru, karena jika tertinggal, akan jauh lebih sulit untuk mengejar.
Ferrari sepertinya masih akan bersaing dengan Alpine (Renault), McLaren yang kembali menggunakan mesin Mercedes, serta Aston Martin, yang musim lalu bernama Racing Point. Musim ini juga menjadi pembuktian pada pebalap yang baru pindah tim, Sergio Perez di Red Bull, Vettel di Aston Martin, Alonso di Alpine, Carlos Sainz Junior di Ferrari, dan Daniel Ricciardo di McLaren.
Vettel dan Alonso adalah dua pebalap, selain Hamilton, yang pernah menjadi juara dunia. Mereka berjuang menemukan jalan kembali ke puncak dunia pada musim ini. Vettel menegaskan, dirinya menghadapi kurva belajar yang curam karena banyak hal yang harus dia pelajari. Tes pramusimnya tidak berjalan mulus karena ada beberapa masalah pada mobilnya. Sainz yang menggantikan Vettel menjalani tes pramusim dengan lebih meyakinkan dibandingkan Leclerc dan ini menjadi awal bagus untuk membuktikan dirinya bukanlah pebalap pelapis.
Baca juga: Nama Schumacher Bukan Beban bagi Mick
Musim ini juga menghadirkan kembali dinasti Schumacher ke Formula 1 dengan promosi Mick Schumacher dari F2 ke F1 bersama Haas. Putra legenda hidup F1, Michael Schumacher, itu satu tim dengan sesama debutan Nikita Mazepin. Mereka akan bertarung dengan andalan baru AlphaTauri, Yuki Tsunoda, yang mengesankan selama tes pramusim.
Formula 1 musim ini menghadirkan multidimensi, dari ujian inovasi Mercedes, persaingan juara, duel para pebalap veteran, serta pebalap debutan. Namun, fokus utama setelah seri pertama bergulir adalah, apakah Hamilton bisa mengakhiri musim ini dengan sejarah besar, menjadi pebalap pertama yang meraih delapan gelar juara F1.
”Itu mimpi pamungkas,” tegas Hamilton terkait gelar juara kedelapan kepada Sky Sports.