Demam Catur Jangan Menjadi Momentum Sesaat
Fenomena Dewa Kipas jangan diabaikan. Apalagi masyarakat tengah antusias dengan catur. Maka itu, PB Percasi harus ambil momentum untuk memperkuat pembinaan catur nasional.
Fenomena pecatur daring Dewa Kipas alias Dadang Subur turut membawa catur ke puncak popularitas. Masyarakat awam catur menjadi tertarik mengenal olahraga adu otak itu, sedangkan masyarakat yang lama tak bermain catur kembali menggandrungi catur. Terjadilah demam catur.
Laga Dewa Kipas melawan Grand Master Putri (WGM)/Master Internasional (IM) Irene Kharisma Sukandar mendapatkan perhatian luas. Laga dwi tarung itu mendapatkan dukungan sponsor yang menawarkan total hadiah Rp 300 juta. Laga yang disiarkan daring melalui siniar Deddy Corbuzier, Senin (22/3/2021) sore itu disaksikan lebih dari 1 juta penonton.
Baca juga: Warganet Terbelah Menjelang Laga Dewa Kipas Melawan IM Irene Kharisma
Ahli teknologi informasi Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Jawa Timur sekaligus dosen komputer Akademi Manajemen Informatika dan Komputer (Amik) Taruna Probolinggo, Heri Darmanto, saat dihubungi, Senin, mengatakan, pertumbuhan masyarakat yang menggemari catur terlihat dari grafik keanggotaan grup catur di sejumlah platfom media sosial. Sebelum fenomena Dewa Kipas, jumlah anggota baru grup-grup itu hanya puluhan per pekan.
Anggota-anggota baru itu tidak cuma ingin mengetahui perkembangan isu Dewa Kipas. Melainkan, mereka turut belajar mengenal dan bermain catur, terutama melalui layanan permainan catur daring Chess.com.
Sejak heboh berita Dewa Kipas, jumlah anggota baru mencapai ratusan dalam sepekan. ”Anggota-anggota baru itu tidak cuma ingin mengetahui perkembangan isu Dewa Kipas, tetapi turut belajar mengenal dan bermain catur, terutama melalui layanan permainan catur daring Chess.com,” ujarnya.
Baca juga : Lelah Berpolemik, Dewa Kipas pun Memilih Pasrah
Catur sebagai hiburan
Laga catur Dewa Kipas menghadapi Irene bukanlah pertandingan memperebutkan gelar atau prestasi. Akan tetapi, laga itu mampu menyedot animo tinggi dari masyarakat. Itu karena penyelenggaranya mampu mengemas laga tersebut bukan hanya sebagai pertandingan olahraga melainkan suatu hiburan yang ditunggu-tunggu.
Konsep laga catur sebagai hiburan sejatinya sudah pernah dilakukan di Indonesia beberapa kali. Pada 1993, Ketua PB Percasi kala itu, Bob Hasan mampu membawa laga perebutan gelar dunia FIDE (Federasi Catur Internasional) antara pecatur top asal Rusia GM Anatoly Karpov dan pecatur Belanda GM Jan Timman ke Jakarta. Dwi lomba antar pecatur GM super (elo rating di atas 2.600) itu berlangsung sembilan babak dengan total hadiah fantastis pada masa itu, yakni mencapai Rp 1,5 miliar.
Baca juga: Percasi: Grafik Akurasi Langkah ”Dewa Kipas” Tak Normal
Selang empat tahun kemudian, Bank Tamara menggelar laga bergengsi antara Karpov dan pecatur andalan Indonesia GM Utut Adianto dalam tajuk Clash of the Titans Bank Tamara. Laga antardua GM super itu berlangsung enam babak yang terdiri dari dua laga catur klasik, dua laga catur cepat, dan dua laga catur buta dengan total hadiah Rp 170 juta.
Kala itu, laga Karpov dan Utut dibuka langsung oleh Menpora saat itu, Hayono Isman dan dihadiri sejumlah orang ternama, seperti artis dan model terkenal Tamara Bleszynsky, serta disaksikan oleh sekitar 100 orang di Hotel Omni Batavia, Jakarta.
Heri menuturkan, selama ini, pemberitaan catur melulu soal hasil pertandingan sehingga masyarakat ataupun sponsor kurang tertarik mengikutinya. Padahal, kalau dikemas sebagai hiburan dan bisa disaksikan langsung, masyarakat maupun sponsor sangat antusias untuk berpartisipasi. ”Ini bisa menjadi momentum untuk menyedot dukungan masyarakat dan sponsor. Apalagi kendala anggaran atau sponsor menjadi salah satu hambatan pembinaan catur nasional,” katanya.
Coba ambil peluang
Dewan Pembina PB Percasi Eka Putra Wirya menyampaikan, walau tersisip isu negatif, pihaknya tidak menutup mata dengan fenomena Dewa Kipas dan coba ambil hikmah atau sisi positif dari berita yang sudah heboh dalam tiga pekan terakhir tersebut. Setidaknya, mereka mau belajar untuk mengemas laga atau kejuaraan catur menjadi lebih menarik agar mendapatkan dukungan luas dari sponsor.
Sebab, selama ini, catur tidak sepopuler sepak bola, bulu tangkis, bola voli, atau bola basket yang menyedot dukungan besar dari sponsor sehingga berimbas positif untuk pembinaan cabang-cabang tersebut. Sejauh ini, catur berkembang karena usaha keras PB Percasi dan segelintir pihak yang ”gila” catur sehingga mau jor-jor mendukung pembinaannya.
Baca juga: Chess.com Tegaskan Dewa Kipas Melanggar ”Fair Play”
Tanpa menyebutkan namanya sendiri, Eka sesungguhnya salah satu orang ”gila” catur yang menjadi sosok di belakang layar pendirian Sekolah Catur Utut Adianto dan membuat program mencetak GM-GM baru di Indonesia, mulai dari GM Susanto Megaranto pada 2014 sampai GM Novendra Priasmoro pada 2020. Dia sama gilanya dengan tokoh catur F Sumanti yang mendirikan banyak sekolah catur anak-anak yang salah satu hasilnya melahirkan Utut.
Selain mengincar lebih banyak sponsor, Eka pun ingin PB Percasi mengubah paradigma dalam pembinaan. Selama ini, PB Percasi cenderung menunggu bola dengan mencari pecatur potensial dari kejuaraan nasional bergensi atau mendapatkan nama dari masukan orang. Sekarang, mereka harus lebih banyak berkeliling ke daerah-daerah mencari pecatur potensial karena tidak tertutup kemungkinan ada pecatur berbakat, tetapi tidak pernah ikut kejuaraan atau terpantau oleh pengurus daerah maupun pusat.
”Kami juga ingin catur masuk sekolah lebih digalakkan karena bibit pecatur itu adanya di sekolah-sekolah dan pembinaan catur ideal itu dimulai dari usia 7-10 tahun untuk mengejar masa emas pada usia 20-an tahun. Kalau sudah lebih dari itu, sulit untuk mencetak mereka menjadi GM. Rencana ini diawali lewat kerja sama dengan sekolah-sekolah agar catur menjadi salah satu ekstrakurikuler pada tahun lalu dan selanjutnya menggelar turnamen catur antarpelajar nasional pada Agustus tahun ini,” terang Eka.
Jangan diabaikan
Menurut Utut sebagai Ketua Umum PB Percasi, catur adalah olahraga yang menuntut pecatur untuk belajar dan mengembangkan diri secara bertahap guna mengejar prestasi.
”Jadi, walaupun ada fenomena ini (Dewa Kipas), tidak bisa serta-merta membuat catur Indonesia semakin meningkat,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Baca juga: Kasus Dewa Kipas, Utut: Pemain Catur Harus Jujur
Padahal, fenomena ini bisa menjadi batu loncatan. Karena itu, PB Percasi patut menyiapkan strategi setelah kehebohan ini berakhir agar memberikan dampak positif untuk catur Indonesia.
Berkaca dari catur sebagai hiburan yang sempat marak di Tanah Air pada 1990-an, kehadiran pecatur-pecatur dunia saat itu tidak menimbulkan pengaruh instan. Paling tidak, Indonesia butuh waktu beberapa tahun hingga lahir GM baru penerus Utut, seperti GM Ruben Gunawan pada 1999 dan GM Cerdas Barus pada 2002.
Baca juga: ”Dewa Kipas” Terima Tantangan Bertanding Catur
Indonesia harus menengok tradisi catur di Rusia. Dari dasar-dasar catur yang diletakkan oleh tokoh caturnya, Mikhail Chigorin (1850-1908), mereka mendirikan sekolah dan klub catur yang marak dan kukuh sebagai suatu keharusan. Pasalnya, catur tak cuma menuntut ketekunan berlatih melainkan juga mengikuti perkembangan dengan penelitian secara terus-menerus. Kalau tidak, Indonesia hanya akan mengandalkan kebetulan-kebetulan, sewaktu ada maestro lahir dari keluarga yang kebetulan gila catur atau ada anak ajaib yang kebetulan muncul.
”Fenomena Dewa Kipas ini hanya sesaat. Setelah ini, belum tentu perhatian masyarakat kepada catur tetap seperti ini. Untuk itu, agar prestasi catur Indonesia menjadi lebih baik, PB Percasi perlu menghidupkan kembali semarak kejuaraan catur antar klub yang pernah sangat populer pada tahun 1970-an dan menjadi sumber bibit pecatur nasional. Apalagi Indonesia punya modal besar, yakni catur sudah lama digemari sebagai olahraga rakyat yang terlihat dari banyaknya orang bermain catur di lapak-lapak pos ronda dan pasar,” ungkap pengamat olahraga Fritz E Simandjuntak.
Demam catur mestinya tak berlangsung sekejap setelah polemik Dewa Kipas mereda.
Video catatan langkah pertandingan Irene Kharisma-Dadang Subur ”Dewa Kipas” babak 1, 2, 3.
[playlist type="video" ids="115153388,115153389,115153391"]