75 Desa di Demak Terendam Banjir, Puluhan Ribu Warga Terdampak
Sejumlah wilayah Jateng, seperti Demak dan Grobogan, masih terendam banjir. Di Demak, banjir melanda 75 desa.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
DEMAK, KOMPAS — Bencana banjir melanda Kabupaten Demak, Jawa Tengah, selama beberapa hari terakhir. Hingga Minggu (17/3/2024) pagi, sebanyak 75 desa di 11 kecamatan di Demak terendam air. Salah satu penyebab banjir di Demak adalah jebolnya tanggul Sungai Lusi di wilayah Kabupaten Grobogan, Jateng.
”Kalau laporan terakhir kemarin, ada 10 kecamatan dengan 72 desa yang terendam banjir, tapi ini sudah bertambah menjadi 11 kecamatan dengan 75 desa,” kata Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Demak Agus Nugroho saat dihubungi, Minggu.
Berdasarkan laporan BPBD Demak per Sabtu (16/3/2024) pukul 18.00, banjir di Demak berdampak pada 75.004 warga dari 22.464 keluarga. Selain itu, terdapat 4.244 warga yang mengungsi. Banjir juga membuat 2.907 hektar sawah terendam serta menggenangi 78 sarana ibadah, 11 fasilitas kesehatan, 39 sarana pendidikan, dan 11 sarana kantor.
Laporan itu juga menyebut, banjir di Demak berawal dari hujan deras disertai angin kencang pada Rabu (13/3/2024) malam. Akibat hujan deras itu, sejumlah wilayah Demak kemudian terendam banjir. Selain itu, tanggul sungai yang jebol di sejumlah lokasi juga mengakibatkan banjir di Demak.
Agus memaparkan, salah satu penyebab utama banjir di Demak adalah jebolnya tanggul Sungai Lusi di Desa Bugel, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan. Tanggul yang jebol itu membuat air sungai meluap ke sejumlah wilayah, termasuk Demak.
”Banjir di Demak itu penyebab utamanya adalah tanggul Sungai Lusi yang ada di Desa Bugel belum tertutup sejak pertama kali banjir. Ini bukan limpasan (luapan air sungai), tapi sudah jebol (tanggulnya),” ungkap Agus.
Di sisi lain, berdasarkan laporan BPBD Demak, ada beberapa tanggul sungai di wilayah Demak yang juga jebol, yakni tanggul Klambu Kiri, Desa Ngemplik Wetan, Kecamatan Karanganyar; tanggul Sungai Dombo, Desa Menur, Kecamatan Mranggen; tanggul sungai Dukuh Menawan, Desa Merak, Kecamatan Dempet; tanggul sungai Dukuh Luwuk, Desa Sidomulyo, Kecamatan Dempet; dan tanggul Sungai Jratun, Desa Tambirejo, Kecamatan Gajah.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Grobogan Endang Sulistyoningsih menyatakan, hingga Minggu pagi ini, ada enam kecamatan di Grobogan yang masih terendam banjir. Sebelumnya, ada 13 kecamatan di Grobogan yang terdampak banjir.
Enam kecamatan yang masih terendam banjir adalah Klambu, Brati, Grobogan, Purwodadi, Tawangharjo, dan Godong. Endang menambahkan, di wilayah perkotaan, banjir sudah mulai surut. ”Untuk jalan-jalan protokol, (banjir) sudah surut, namun masih ada beberapa yang tergenang,” ujarnya saat dihubungi, Minggu pagi.
Menurut dia, banjir di sejumlah wilayah Grobogan itu disebabkan luapan air Sungai Lusi. Selain itu, ada beberapa tanggul yang jebol sehingga memperparah banjir. Terkait jebolnya tanggul Sungai Lusi di Desa Bugel, Kecamatan Godong, Endang mengatakan saat ini sedang dilakukan upaya penanganan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwana.
Banjir di Demak itu penyebab utamanya adalah tanggul Sungai Lusi yang ada di Desa Bugel belum tertutup sejak pertama kali banjir.
Kunjungan Kepala BNPB
Sementara itu, pada Minggu ini, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal Suharyanto berencana mengunjungi sejumlah wilayah Jateng yang terdampak bencana hidrometeorologi. Lokasi yang akan dikunjungi itu berada di Kabupaten Kendal dan Kota Semarang.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyatakan, tempat pertama yang akan dikunjungi Suharyanto adalah Kendal. Di kabupaten itu, Suharyanto dijadwalkan berkunjung ke Perumahan Griya Praja Mukti, Kelurahan Langenharjo, Kecamatan Kendal. Perumahan tersebut saat ini menjadi wilayah terakhir yang masih terendam banjir dengan ketinggian 30-40 sentimeter.
”Posisi perumahan tersebut berada setara dengan tanggul Sungai Kali Buntu, yang mana aliran airnya berhilir di area persawahan dan relatif lambat sehingga menyebabkan air lama surut. Demi mempercepat air agar segera surut, BPBD Kabupaten Kendal telah mengerahkan tiga mesin pompa air,” kata Abdul melalui keterangan tertulis.
Setelah kunjungan itu, Suharyanto juga akan memimpin rapat koordinasi di Kelurahan Pekauman, Kecamatan Kendal. Di tempat itu, dia akan berdialog dengan warga yang terdampak banjir sekaligus menyerahkan bantuan logistik dan peralatan.
Sesudah itu, Suharyanto bakal melanjutkan perjalanan ke Kota Semarang. Menurut Abdul, Kepala BNPB dijadwalkan berkunjung ke Kantor Kelurahan Genuksari, Kecamatan Genuk. Di sana, Suharyanto akan mendapatkan paparan mengenai perkembangan banjir dan penanganannya oleh Camat Genuk serta memberikan bantuan kepada warga terdampak banjir.
”Selepas dari Genuksari, Kepala BNPB akan melanjutkan peninjauan ke Kelurahan Trimulyo yang masih berada pada wilayah administrasi Kecamatan Genuk. Kelurahan Trimulyo merupakan wilayah terdampak banjir paling parah. Di lokasi tersebut, Kepala BNPB dijadwalkan akan meninjau situasi dan kondisi dampak banjir yang dilanjutkan dengan penyerahan bantuan kepada masyarakat,” ungkap Abdul.