Cuaca Ekstrem di Jateng Diperkirakan Terjadi Saat Pencoblosan, Mitigasi Bencana Disiapkan
Hujan dengan intensitas sangat tinggi diperkirakan bakal terjadi saat pemilu. Potensi bencana dan hambatan diantisipasi.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai angin kencang berpotensi terjadi di sejumlah wilayah di Jawa Tengah saat Pemilihan Umum pada 14 Februari 2024. Berbagai upaya antisipasi pun disiapkan, mulai dari memindahkan hingga memodifikasi tempat pemungutan suara.
Stasiun Klimatologi Kelas I Jateng memperkirakan, curah hujan pada Februari berkisar antara 301-500 milimeter atau tergolong tinggi. Namun, ada sejumlah daerah yang curah hujannya berkisar 201-300 mm atau tergolong menengah.
Curah hujan menengah itu diperkirakan terjadi di Rembang, Blora, Grobogan, sebagian kecil Klaten, Sukoharjo, dan Demak. Selain itu, juga di Kabupaten Semarang, Kebumen, Banyumas, dan sebagian kecil utara Boyolali. Daerah lainnya adalah sebagian kecil wilayah timur Kota Semarang, sebagian besar Pati, dan Cilacap.
Sebagian Jateng juga diperkirakan bakal diguyur hujan dengan curah hujan lebih dari 500 mm atau sangat tinggi. Hujan bisa terjadi di sebagian kecil Brebes, Kabupaten Tegal, Kudus, Pati, sebagian Pemalang, Kabupaten Pekalongan, sebagian besar Batang, dan Jepara.
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Semarang Iis Widya Harmoko mengatakan, 14 Februari 2024 masuk periode puncak musim hujan. Oleh karena itu, bencana hidrometeorologi berupa banjir, rob, angin kencang, dan tanah longsor berpotensi terjadi.
”Kami pernah diundang Komisi Pemilihan Umum untuk memberikan informasi cuaca pada pemilu. Mereka sudah paham akan kondisi itu dan saya yakin, antisipasinya sudah disiapkan,” kata Iis, Selasa (6/2/2024).
Dalam beberapa kesempatan, Penjabat Gubernur Jateng Nana Sudjana meminta KPU Jateng mengantisipasi cuaca buruk yang diperkirakan terjadi saat pemilu. Tak hanya saat pemungutan suara, Nana juga mengharapkan, distribusi logistik pemilu dipastikan aman, tidak terkena hujan, ataupun tidak terendam banjir.
”Jangan sampai cuaca mengganggu pemilu. Oleh karena itu, perlu kiranya mengamankan kotak suara. Jangan sampai basah ataupun kebanjiran. Ini harus kita antisipasi,” ujar Nana.
Tak hanya KPU, pihak-pihak terkait juga diinstruksikan Nana untuk menyiapkan langkah antisipasi. Pemerintah kabupaten/kota, misalnya, diminta memetakan daerah rawan bencana hidrometeorologi sekaligus menyiapkan mitigasi bencananya. Sosialisasi kepada masyarakat untuk selalu memantau kondisi cuaca dan meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana juga diharapkan terus dilakukan.
Dihubungi terpisah, Ketua KPU Jateng Handi Tri Ujiono mengatakan, hampir seluruh wilayah di Jateng berpotensi terdampak cuaca buruk saat pendistribusian logistik ataupun saat pemungutan suara. Handi mengatakan, pihaknya telah menginstruksikan KPU di kabupaten/kota untuk menyiapkan langkah-langkah antisipasi.
”Dari sekitar 117.000 TPS di Jateng, ada beberapa di lokasi rawan bencana. Beberapa TPS akhirnya digeser atau dipindahkan ke titik lain yang lebih aman. Bahkan, ada juga daerah yang membuat TPS panggung,” ucap Handi.
Handi mencontohkan, TPS yang digeser, antara lain, berada di Kendal. Sementara itu, TPS yang dibuat lebih tinggi dari sekitarnya atau TPS panggung ada di Demak.
Dampak cuaca buruk terhadap distribusi logistik pemilu juga telah diantisipasi KPU Jateng. Hadi meminta agar kotak suara dari bahan karton dupleks dipastikan disimpan di tempat-tempat yang aman dari air. Alasannya, material itu rentan rusak apabila terkena air.
”Seluruh bahan logistik yang akan disimpan di dalam kotak suara terlebih dahulu dimasukkan kantong plastik besar. Setelah itu, kantong plastik baru dimasukkan ke kotak suara kemudian disegel. Usai disegel, kotak suara dibungkus kembali dengan plastik,” tutur Handi.
Menurut Handi, pihaknya tidak akan bekerja sendiri mengatasi potensi cuaca ekstrem saat distribusi logistik pemilu ataupun saat pemungutan suara. Pemerintah daerah, TNI, dan polisi, serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat juga akan dilibatkan menekan risiko bencana.
Handi menargetkan, partisipasi pemilih di Jateng pada Pemilu 2024 bisa mencapai 80 persen. Angka itu lebih tinggi dari tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019, yakni 77 persen.
”Prinsipnya kami akan bekerja maksimal memfasilitasi para pemilih menggunakan hak suaranya. Khusus bagi warga yang mungkin terhambat saat akan datang ke TPS karena ada bencana, akan kami fasilitasi bersama BPBD setempat. Misalnya, perlu perahu karet untuk ke TPS, nanti bisa kami koordinasikan dengan pihak-pihak yang bisa membantu,” imbuh Handi.