Anak-anak Surabaya, Jawa Timur, ingin terlibat dan dilibatkan secara selamat, aman, dan nyaman untuk mewujudkan kota layak anak.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kalangan anak-anak di Surabaya, Jawa Timur, ingin terlibat dan dilibatkan untuk mewujudkan mimpi menjadi kota layak anak paripurna dan dunia. Modalnya, enam tahun terakhir atau sejak 2017, Surabaya satu-satunya metropolitan di Indonesia berstatus kota layak anak utama.
Demikian diutarakan anak-anak dalam peringatan Hari Anak dan Disabilitas Sedunia di Gedung Balai Budaya dalam kompleks Balai Pemuda Surabaya, Selasa (12/12/2023). Peringatan bertema ”For Every Child, Every Right dan Arek Suroboyo buat Bangga Indonesia” ini untuk memeriahkan Hari Anak Sedunia setiap 20 November dan Hari Disabilitas Sedunia setiap 3 Desember.
Dalam peringatan itu juga dibacakan Deklarasi Anak Surabaya yang menyatakan anak-anak Surabaya siap bersatu untuk: menjadi agen perubahan atasi perundungan dengan menebarkan perilaku positif, saling menghormati dan saling menyayangi antarsesama; menyuarakan hak-hak anak untuk didukung dan dilindungi; mengakhiri rasisme dan diskriminasi untuk masa depan lebih baik; menjadi pelopor dan pelapor untuk melawan segala bentuk kekerasan dan eksploitasi seksual pada anak di ranah dalam jaringan/luar jaringan (daring/luring); menjadi penyemangat dalam lingkungan yang aman dan penuh kasih sayang; bersinergi bersama mewujudkan Kota Surabaya layak anak paripurna.
Menurut Putri Lingkungan Hidup Surabaya Tingkat Sekolah Dasar Callysta Kusuma Azalia, anak-anak perlu terlibat dan dilibatkan dalam program pelestarian alam agar ”Bumi Pahlawan”, julukan Surabaya, asri, indah, nyaman bagi anak-anak. Namun, juga perlu diperhatikan kehidupan sosial yang menjamin keselamatan, keamanan, dan kebahagiaan anak-anak.
Pangeran Lingkungan Hidup Surabaya Tingkat SD Andrew Lonesta menambahkan, anak-anak perlu terus berani menyuarakan pendapat dan dilindungi sehingga ibu kota Jatim ini benar-benar diperuntukkan bagi anak-anak. ”Saya ingin banyak tempat di Surabaya menjadi ajang kreativitas bagi anak-anak untuk menunjukkan dan mengembangkan bakat dan kegembiraannya,” katanya.
Agnes Nathania Widodo, siswi SMP Santa Maria Surabaya, pemeran presiden dalam sesi mengulas lagu ”Ku Tak Sendiri” karya Naomi Olivia dari Aksi Cinta Indonesia (ACI), mengatakan, mewujudkan kota layak anak paripurna memerlukan kolaborasi dan sinergi yang melibatkan anak-anak. ”Karena anak-anaklah yang paham dan mengerti kebutuhannya,” ujarnya.
Djasmine Agatha Rizqullah, siswi SMA Negeri 22 Surabaya, mencermati masih ada kalangan teman-temannya yang memerlukan tempat curahan hati yang aman dan nyaman. ”Masih ada sekolah yang belum punya tempat curhat,” katanya.
Menurut Ketua Forum Anak Jateng Dandi Resando, Surabaya dapat menjadi contoh karena anak-anak telah dilibatkan bahkan dalam musyawarah perencanaan pembangunan di tingkat kelurahan. Namun, pelibatan itu perlu dikritisi lebih jauh untuk memastikan aspirasi anak-anak didengar, diakomodasi, dan terwujud dalam kebijakan yang bersemangat ramah anak.
Kepala Kantor Unicef Wilayah Jawa Tubagus Arie Rukmantara mengatakan terus mendorong pemerintah dan pemangku kepentingan di Surabaya agar bukan sekadar mewujudkan kota layak anak paripurna, melainkan tingkat dunia. ”Kami mendampingi Surabaya agar dapat bergabung dalam CFCI (Child Friendly Cities Initiative),” ujarnya.
Direktur Plato Foundation Dita Amalia mengingatkan, perjalanan memastikan hak-hak anak masih panjang. Sebab, 3 anak dari 10 anak di Indonesia menjadi korban kekerasan dan eksploitasi seksual secara daring. Sebanyak 70 persen kasus perundungan berkonsekuensi buruk terhadap psikologis korban, yakni anak-anak.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menegaskan dan bertekad menjamin anak-anak berani menyuarakan pendapat dan merasa nyaman tinggal di kota berpopulasi 3 juta jiwa ini. Anak-anak di sini bukan sekadar dari keluarga yang berdomisili di Surabaya, melainkan juga dari luar daerah hingga mancanegara yang berada di metropolitan tersebut.
Eri melanjutkan, ikhtiar untuk mendorong layak anak, misalnya, mengakomodasi dan mendorong Duta Genre, Forum Anak Surabaya, podcast Siaran Arek Forum Anak Surabaya, dan Rumah Anak Prestasi. Anak-anak istimewa atau penyandang disabilitas mendapat perhatian yang setara. ”Anak-anak disabilitas punya hak yang sama untuk mendapat perhatian sehingga dapat terbantu fokus mewujudkan prestasi,” katanya.
Menurut Eri, saat 100 tahun sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 atau Indonesia Emas 2045, diharapkan Surabaya maju oleh anak-anak yang saat ini masih berstatus siswa siswi SD-SLTA. ”Ayah ingin di masa tua, saat Indonesia Emas 2045, ada anak-anakku di sini yang menjadi pemimpin-pemimpin bagi bangsa,” ujarnya.