Anak-anak Surabaya Terus Berjuang untuk Kesetaraan
Anak-anak di Surabaya, Jawa Timur, memaknai peringatan HUT ke-78 Indonesia sebagai perjuangan kesetaraan dan perlindungan dari kejahatan sehingga tumbuh kembang menjadi pribadi dewasa yang baik.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Peringatan dan kemeriahan HUT ke-78 Indonesia dimaknai oleh anak-anak Surabaya, Jawa Timur, untuk memperjuangkan kesetaraan dan perlindungan dari kejahatan. Anak-anak memerlukan kesetaraan dan perlindungan untuk tumbuh kembang menjadi pribadi dewasa yang baik untuk melanjutkan perjalanan peradaban bangsa dan negara.
Kampanye kesetaraan itu terlihat saat anak-anak dari komunitas Aksi Cinta Indonesia dan Disabilitas Berkarya berkolaborasi dalam kemeriahan HUT ke-78 Indonesia di Luminor Hotel Jemursari, Surabaya, Minggu (20/8/2023). Hampir sembilan bulan terakhir, kedua komunitas berkolaborasi dalam beragam acara mendorong pengembangan talenta bernyanyi anak-anak.
Melalui kolaborasi Merdeka Berkarya bertema Setara Berkarya, kedua komunitas ingin mendorong relasi antaranak yang hangat dan bersahabat kuat. Agar, tiada lagi ada rasa sungkan berinteraksi antara yang disabilitas dan yang tidak. ”Kami dorong terus kampanye seperti ini untuk inklusivitas dalam dunia anak-anak,” ujar Co-Founder Disabilitas Berkarya Eko Doto Nugroho.
Eko melanjutkan, ACI dan Disabilitas Berkarya beberapa kali berkolaborasi untuk acara anak-anak di Surabaya. Dari kolaborasi, terbangun persahabatan yang erat dan hangat di antara anak-anak. Mereka jadi memahami bahwa kondisi fisik, terutama yang dialami oleh anak disabilitas bukanlah kekurangan, melainkan keistimewaan sehingga bakat yang dimiliki dapat dioptimalkan.
Music Director ACI Eri Atmodjo melanjutkan, komunitas ini telah menjadi inklusif ketika anak-anak Disabilitas Berkarya bergabung. ”Komunitas membesar dan semakin kuat untuk meningkatkan potensi dan semangat kesetaraan,” ujarnya.
Eri mengatakan, kolaborasi melalui pementasan musik merupakan salah satu upaya untuk mendorong kepercayaan diri anak-anak berbakat seni baik yang disabilitas atau yang tidak disabilitas. Kolaborasi juga bukan sekadar pementasan, melainkan kerja sama dalam beragam aspek untuk keberhasilan. Misalnya, persiapan, pengoperasian alat dan kelengkapan, koreografi, dan dekorasi.
Mereka menjadi memahami bahwa kondisi fisik, terutama yang dialami oleh anak disabilitas, bukanlah kekurangan melainkan keistimewaan.
Dalam kesempatan terpisah, Surabaya Great Expo 2023 yang notabene pameran usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) dan pelayanan publik juga menjadi ajang Pemerintah Kota Surabaya mengampanyekan gerakan perlindungan anak dari ancaman kejahatan. Di sana diadakan diskusi pencegahan dan penanganan eksploitasi dan kekerasan seksual anak di ranah dalam jaringan (daring) atau Online Child Sexual Exploitation and Abuse (OCSEA). Diskusi menghadirkan pakar anak Prof Seto Mulyadi atau Kak Seto, Unicef, dan Forum Anak Surabaya.
Seto mengatakan, anak-anak telah menyadari menjadi korban perundungan di media sosial dapat memengaruhi kesehatan mental. Namun, di sisi lain, anak-anak mampu bersuara untuk melindungi sesama dari ancaman perundungan.
”Perlindungan anak-anak adalah tanggung jawab bersama,” kata Seto. Kehidupan sosial di lingkungan dan sosial amat diharapkan menjamin keselamatan dan tumbuh kembang anak-anak.
Kepala Kantor Unicef untuk Wilayah Jawa Tubagus Arie Rukmantara mengatakan, Surabaya terus berusaha memelihara ambisi menjadi kota layak anak dunia. Beragam program pemerintah telah diarahkan dan mengakomodasi kepentingan anak-anak.
Arie menyontohkan, seluruh balai RW di Surabaya dapat difungsikan sebagai pusat pembelajaran keluarga (puspaga). Ini menguatkan fungsi ruang curahan hati di sekolah dan keluarga. Di puspaga, masyarakat belajar menangani dan mencegah masalah anak-anak.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Surabaya Ida Widayati mengatakan, perlu pengawasan dan pendampingan orangtua terhadap anak agar dapat mengoperasikan media sosial dengan baik. Anak-anak perlu dibimbing agar tidak terlalu lama tenggelam dengan media sosial apalagi berinteraksi melalui aplikasi yang bukan didesain untuk anak-anak.
”Dengan pendampingan orangtua, diharapkan anak tidak berpotensi terseret menjadi sasaran ancaman kejahatan,” kata Ida. Sejumlah kasus kejahatan terhadap anak di Surabaya ada keterkaitan dengan interaksi mereka di media sosial. Ada sejumlah anak jadi korban kejahatan seksual oleh pelaku yang dikenal melalui media sosial.