”Bahasa Baru” Para Pemandu Wisata di Teluk Balikpapan
Berkat aplikasi terjemahan, cerita mangrove penjaga pesisir Kalimantan Timur bisa tersampaikan lebih luas.
Berkat aplikasi penerjemah, pemandu wisata di hutan mangrove Balikpapan, Kalimantan Timur, kini bisa berkomunikasi dan bernegosiasi dengan turis asing. Teknologi beri pengalaman berbahasa baru di tempat wisata alam itu.
Seorang pria asal Spanyol berambut gondrong menanyakan satu hal kepada Pupung (43) yang sedang bersandar di pagar kayu ulin, Selasa (31/10/2023) sore. Pupung langsung mengarahkan telepon pintar ke arah bibirnya dan mengucapkan sesuatu. Lalu, ia sodorkan layar gawai kepada turis tersebut.
Turis itu mengangguk dan bertanya, ”How much?”
Pupung menunjuk daftar biaya jasa berperahu bagi wisatawan untuk menyusuri Mangrove Center Graha Indah Balikpapan, Kalimantan Timur. Untuk jasa susur mangrove, satu perahu berkapasitas 10 orang bisa digunakan dengan biaya Rp 300.000.
Pupung lalu memberi jaket pelampung kepada turis itu. Herman (44), rekan Pupung, mempersilakan tamunya naik perahu.
Sembari bersalaman, sang turis memperkenalkan diri, ”Cesar,” katanya. Herman pun menyahut sebut namanya.
Setelah perkenalan singkat, teknologi kembali menjadi jembatan komunikasi. Turis itu mengetik di gawainya dan menyodorkan kepada Herman.
Herman langsung paham. Dia lalu merogoh kantongnya dan menyerahkan losion antinyamuk kepada Cesar. Di hutan mangrove itu, nyamuk dan agasnya memang nakal. Gigitannya bikin gatal.
Baca juga: Bertemu Bekantan Saat Menyusuri Teluk Balikpapan
Saat Herman berkeliling memandu tamu dengan perahu, Pupung lantas bercerita tentang daya tarik Mangrove Center Graha Indah Balikpapan di perahu lainnya. Ia mengatakan, sedikitnya turis dari 23 negara pernah datang. Pupung yang sudah delapan tahun menjadi motoris perahu di sana jadi pemandu menyusuri perairan di hutan mangrove yang berada di salah satu sisi Teluk Balikpapan itu.
Saat memandu, Pupung jelas tidak bisa menghindar saat turis asing bertanya banyak hal dengan bahasa Inggris. Ia mengaku kurang paham berbahasa Inggris, Jadi, ia hanya mengangguk dan menunjuk ke arah mangrove saat diajak berkomunikasi.
”Ah, yes. Krokodil en mongki,” kata pria bernama asli M Mustapa itu terpingkal saat memeragakan kekocakannya berinteraksi dengan turis asing.
Namun, itu cerita lama pengalaman Pupung. Sudah dua bulan ini Pupung punya cara baru berkomunikasi dengan turis asing. Ia menggunakan aplikasi Google Translate di gawainya untuk berkomunikasi lintas bahasa, seperti yang ia lakukan kepada Cesar.
Saat tak mengerti apa yang dikatakan turis, Pupung langsung mengeluarkan gawainya dan mengucapkan kata-kata perlahan dalam bahasa Indonesia. Secara otomatis, aplikasi itu akan menerjemahkan perkataan Pupung ke bahasa Inggris. Ia hanya perlu menyodorkan layar gawai ke lawan bicaranya.
Si lawan bicara akan membaca terjemahan di layar gawai Pupung. Dengan cara itu, turis mengerti cara berkomunikasi Pupung dan lantas melakukan hal yang sama.
Baca juga: Bisnis Pemuda Bontang: Tak Melulu lewat Aplikasi
Berkomunikasi dengan aplikasi penerjemahan seperti itu membuat Pupung punya pengalaman berbahasa yang tak pernah ia alami sebelumnya. Sebelumnya, Pupung dan Herman hanya menggunakan bahasa isyarat untuk mengatakan sesuatu.
Adapun kosakata bahasa asing yang mereka gunakan untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris sebatas ungkapan ”ya”, ”tidak”, ”terima kasih”, monkey untuk menyebut bekantan, atau crocodile untuk menyebut buaya.
Bekantan dan buaya adalah dua satwa yang kerap ditemui dalam susur sungai di Mangrove Center Graha Indah Balikpapan seluas 150 hektar. Kebanyakan pengunjung, termasuk turis asing, ingin melihat bekantan saat menyusuri kawasan itu.
Satwa bernama Latin Nasalis larvatus itu adalah endemik Kalimantan. Tubuhnya menyerupai kera, berbulu coklat dengan hidung besar, dan berperut buncit. Diperkirakan ada 400 bekantan yang kerap melintas di kawasan Mangrove Center.
Saat sore hari, bekantan banyak bertengger di rerimbunan bakau. Mereka biasanya menikmati salah satu makanan favoritnya, yakni daun bakau.
Sumber makanan itu tersedia begitu lengkap di sana. Sedikitnya ada 40 jenis pohon bakau di hutan mangrove itu. Salah satu yang paling dominan adalah Rhyzopora mucronata. Selain itu, terdapat ikan, kepiting, dan ratusan jenis burung yang beterbangan di kawasan mangrove tersebut.
Cesar, si turis Spanyol, mengapresiasi para pemandu wisata di sana yang berupaya menggunakan aplikasi penerjemahan untuk berkomunikasi. Sebagai turis yang menguasai sangat sedikit kosakata bahasa Indonesia, ia jadi mudah untuk bertanya. Termasuk kepada warga lokal yang tak fasih berbahasa Inggris.
Baca juga: Perjuangan Jusman Jaga Terumbu Karang Tobok Batang di Bontang
Pada akhirnya, baginya, persoalan bahasa tak melulu harus diselesaikan dengan kemampuan berbahasa. Teknologi bisa menjadi jembatan untuk menyampaikan pesan dan rasa ingin tahu.
”Kami di Spanyol punya hutan mangrove, tetapi tak ada bekantan,” katanya dalam bahasa Inggris menyebut alasannya datang ke Mangrove Center Graha Indah Balikpapan.
Lebih cepat dari kursus
Sebelum menggunakan aplikasi terjemahan, Pupung dan Herman selalu mengandalkan Agus Bei (55), pemrakarsa dan pengelola Mangrove Center Graha Indah, untuk berkomunikasi dengan turis asing. Kendati tak lancar berbahasa Inggris, Agus bisa bercakap-cakap dan menjelaskan secara ringkas mengenai Mangrove Center Graha Indah dalam bahasa Inggris.
Namun, Agus tak bisa selalu ada di lokasi. Kerap kali ia mesti ke luar kota atau menghadiri acara sebagai pemateri bertema pesisir dan mangrove. Di saat seperti itu, Pupung dan Herman harus menghadapi turis asing yang tak bisa berbahasa Indonesia.
Sempat tebersit di benak Agus untuk mengursuskan Herman dan Pupung agar bisa berbahasa Inggris. Namun, ia sadar betul rekan kerjanya itu sudah tak lagi muda dan daya tangkapnya tak secepat anak muda.
Setelah mencoba-coba aplikasi Google Translate, Agus yakin ini bisa menjadi solusi agar kedua rekannya itu bisa berkomunikasi dengan turis asing yang datang.
Google Translate saat ini lebih ringkas digunakan oleh siapa saja. Tanpa perlu mengetik, ia bisa merekam suara penggunanya dan langsung menerjemahkannya ke bahasa yang diinginkan.
Baca juga: Inovasi Limbah Cangkang Rajungan di Bontang Diolah Jadi Kitosan
”Daripada mereka kursus bahasa Inggris, mulai mengenal tenses yang begitu banyaknya, lebih baik mereka menggunakan aplikasi ini. Lebih ringkas dan bisa sambil belajar saat menggunakannya,” kata Agus terkekeh.
Google Translate dengan segala kecanggihan teknologinya memang luar biasa. Namun, itu tak lepas dari kemauan penggawa Mangrove Center Graha Indah Balikpapan untuk mengadopsi hal baru. Dari mereka, masa depan pesisir Balikpapan bisa lestari dengan mengomunikasikannya ke siapa saja yang datang.