logo Kompas.id
Bebas AksesBisnis Pemuda Bontang: Tak...
Iklan

Bisnis Pemuda Bontang: Tak Melulu lewat Aplikasi

Belajar dari Bonjek, bisnis digital ternyata tidak melulu butuh kecanggihan teknologi. Dengan memanfaatkan aplikasi gratis yang sudah ada, bisnis digital bisa dilakukan dengan melihat peluang dan karakteristik warga.

Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA, SUCIPTO
· 5 menit baca
Suasana kerja di kantor Bonjek di Kompleks Koperasi Karyawan Pupuk Kaltim Kota Bontang, Kalimantan Timur, Selasa (13/06/2023). Bonjek merupakan sebuah bisnis ojek daring yang diinisiasi oleh pemuda di Kota Bontang.
KOMPAS/PRIYOMBODO

Suasana kerja di kantor Bonjek di Kompleks Koperasi Karyawan Pupuk Kaltim Kota Bontang, Kalimantan Timur, Selasa (13/06/2023). Bonjek merupakan sebuah bisnis ojek daring yang diinisiasi oleh pemuda di Kota Bontang.

Sekitar pukul 07.00 Wita, Erwin Fishtcal (28) sudah datang ke Kompleks Koperasi Karyawan Pupuk Kaltim Kota Bontang, Kalimantan Timur. Ia duduk di salah satu ruangan dan menyetor sejumlah uang kepada seseorang yang tengah menghadap laptop pagi itu, Selasa (13/6/2023).

Erwin adalah salah satu kurir Bonjek, kependekan dari Bontang Ojek, bisnis ojek daring yang diinisiasi pemuda di Kota Bontang. Sebagai kurir, tugas Erwin ialah mengantarkan pesanan makanan atau barang yang dibeli konsumen melalui Bonjek. Kebanyakan konsumen membayar tunai langsung kepada kurir. Beberapa lewat transfer ke rekening.

Uniknya, sebagai ojek daring, Bonjek tak menggunakan aplikasi khusus untuk menghubungkan konsumen dan kurir. Bonjek menggunakan aplikasi percakapan yang banyak digunakan oleh jutaan warga di Indonesia, yakni Whatsapp.

Sistem kerja Bonjek sederhana. Saat ada konsumen ingin membeli makanan, misalnya, ia cukup mengirim pesan ke Bonjek melalui Whatsapp. Pesan itu berformat nama pemesan beserta detail pesanan makanan, lengkap dengan restoran atau kios yang diinginkan. Lokasi pemesan dan lokasi restoran diisi dengan titik koordinat Google Maps.

Setelah itu, customer service Bonjek akan meneruskan kepada grup Whatsapp yang berisi 32 kurir Bonjek. Bagi kurir yang bersedia menerima pesanan itu, mereka akan mengirim stiker bertuliskan ”Saya Ambil”. Erwin mengatakan, setelah ia selesai mengantar pesanan, ia akan mengirim stiker lagi berupa ”Pesanan Selesai”.

Baca juga: Orang Bontang dan Masyarakat Tanpa Sekat

Dengan sistem seperti itu, ia mesti menyetor sejumlah uang bagi hasil yang diterima dari hasil kerja pada hari sebelumnya. Selain itu, ia juga menerima uang pengganti yang ia talangi pada hari sebelumnya. Itu berlaku jika kurir menalangi biaya pembelian makanan karena pemesan membayar via transfer rekening bank.

”Sehari minimal bisa mengantar makanan 15 kali. Biaya ongkos kirim minimal Rp 11.000. Terkadang, saya juga dapat uang tip dari konsumen,” kata Erwin.

Kurir Bonjek bersiap melayani pelanggan dari kantor Bonjek di Kompleks Koperasi Karyawan Pupuk Kaltim Kota Bontang, Kalimantan Timur, Selasa (13/06/2023). Bonjek merupakan sebuah bisnis ojek daring yang memanfaatkan aplikasi percakapan Whatsapp untuk menghubungkan konsumen, pengguna jasa, dan kurir.
KOMPAS/PRIYOMBODO

Kurir Bonjek bersiap melayani pelanggan dari kantor Bonjek di Kompleks Koperasi Karyawan Pupuk Kaltim Kota Bontang, Kalimantan Timur, Selasa (13/06/2023). Bonjek merupakan sebuah bisnis ojek daring yang memanfaatkan aplikasi percakapan Whatsapp untuk menghubungkan konsumen, pengguna jasa, dan kurir.

Erwin sebelumnya bekerja di perusahaan yang kemudian tutup saat pandemi. Dari informasi beberapa kawan, ia lalu tertarik dengan Bonjek. Dari uang tip dan bagi hasil jasa kurir Bonjek, ia bisa mendapat hampir Rp 5 juta dalam sebulan. Nominal itu di atas upah minimum Kota Bontang yang Rp 3,4 juta per bulan.

Kurir lain yang lebih senior, Ade (42), bercerita bisa mengantar makanan dan barang 30 kali dalam sehari. Hal itu ia lakukan dengan membagi beberapa kali waktu istirahat untuk makan dan shalat. Satu waktu, penghasilannya pernah mencapai Rp 6 juta dalam sebulan.

”Kadang-kadang uang tip itu juga besar. Konsumen di Bontang suka kasih tip. Itu jadi penghasilan tambahan. Bikin semangat juga supaya pelayanannya optimal,” ujar Ade.

Tekan pengangguran

Bonjek lahir berkat Kahar Muzakir (30), pemuda asal Kelurahan Loktuan, Bontang Utara, Kota Bontang. Lulusan Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, itu kembali ke Bontang pada 2018 setelah menjalankan bisnis dan berkuliah di Surabaya.

Iklan

Inisiasi Bonjek disulut rasa heran Kahar akan tingginya angka pengangguran di Bontang. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, dari sekitar 180.000 warga Bontang, angka penganggurannya sekitar 8.000 orang. Artinya, ada sejumlah angkatan kerja yang menganggur. Terdorong untuk membantu menekan angka pengangguran, ia awalnya membangun bisnis kuliner bersama sejumlah kenalan.

Baca juga: Inovasi Limbah Cangkang Rajungan di Bontang Diolah Jadi Kitosan

Seluruh proses pemesanan itu dilakukan melalui aplikasi Whatsapp. Dari pengalaman Kahar sebelumnya, memesan melalui website tidak mudah bagi sejumlah konsumen. Dan, itu berdampak terhadap rendahnya pesanan yang masuk. Akhirnya, timnya mencoba menggunakan Whatsapp dan ternyata pengguna jasa mereka terus tumbuh.

”Kalau Whatsapp sudah menyelesaikan masalah, kenapa harus membuat aplikasi?” ucap Kahar.

Kurir Bonjek yang hendak menyetor uang dari pelanggan di kantor Bonjek di Kompleks Koperasi Karyawan Pupuk Kaltim Kota Bontang, Kalimantan Timur, Selasa (13/06/2023). Bonjek merupakan sebuah bisnis ojek daring yang diinisiasi pemuda Kota Bontang. Uniknya, sebagai ojek daring, Bonjek tak menggunakan aplikasi khusus untuk menghubungkan konsumen, pengguna jasa, dan kurir. Bonjek memanfaatkan aplikasi percakapan Whatsapp yang banyak digunakan oleh jutaan warga Indonesia. Dan kebanyakan konsumen membayar tunai atau transfer bank kepada kurir.
KOMPAS/PRIYOMBODO

Kurir Bonjek yang hendak menyetor uang dari pelanggan di kantor Bonjek di Kompleks Koperasi Karyawan Pupuk Kaltim Kota Bontang, Kalimantan Timur, Selasa (13/06/2023). Bonjek merupakan sebuah bisnis ojek daring yang diinisiasi pemuda Kota Bontang. Uniknya, sebagai ojek daring, Bonjek tak menggunakan aplikasi khusus untuk menghubungkan konsumen, pengguna jasa, dan kurir. Bonjek memanfaatkan aplikasi percakapan Whatsapp yang banyak digunakan oleh jutaan warga Indonesia. Dan kebanyakan konsumen membayar tunai atau transfer bank kepada kurir.

Apa yang dilakukan Kahar dan timnya kemudian mendapat dukungan dari PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT). Melalui pembinaan PKT, terbentuklah lokapasar Borneo Online Store atau Borneos.co. Portal itu memberikan kemudahan bagi pelaku UMKM untuk menjual produknya. Saat ada pembeli, pemesanan dilakukan melalui Whatsapp dan Bonjek yang mengantarkannya.

Ternyata, rumusan itu terbukti manjur. Dari sejumlah percakapan dengan pengguna jasa Bonjek, ibu-ibu lebih memilih memesan via Whatsapp karena tidak ingin diribetkan dengan aplikasi ojek daring yang sudah ada.

Ceruk pasar para orangtua yang tidak dekat dengan dunia digital ini ternyata besar. Dalam waktu tiga bulan, pengguna Bonjek sudah mencapai 18.000 orang atau sekitar 10 persen dari total penduduk Kota Bontang. Kebanyakan pengguna jasa Bonjek tahu informasi dari mulut ke mulut.

Sasar pekerja

Jasa kurir makanan ini juga bisa tumbuh bukan tanpa alasan. Menurut analisis Kahar, karakter warga Kota Bontang adalah pekerja yang sibuk lantaran terdapat dua perusahaan besar di kota itu, yakni PKT dan PT Badak LNG.

Dengan kondisi itu, ada celah bisnis untuk memenuhi keperluan pemesanan makanan atau pengantaran barang yang mudah dan praktis tanpa keluar rumah. Kahar mencatat, omzet Bonjek terus tumbuh dengan banyaknya pengguna layanan mereka. Adapun omzet Borneos dan Bonjek sekitar Rp 220 juta per bulan.

Kahar Muzakir, penggagas bisnis kurir Bonjek di Kota Bontang.
KOMPAS/PRIYOMBODO

Kahar Muzakir, penggagas bisnis kurir Bonjek di Kota Bontang.

Selain kurir, tim yang bekerja dalam Bonjek bertindak sebagai layanan pelanggan atau customer service (CS). Ada juga customer relationship management (CRM) yang bertugas membina hubungan dengan konsumen. Mulai dari ucapan terima kasih, menanyakan kondisi barang yang diantar, hingga ucapan di hari-hari penting.

”Kami terbuka. Semua kurir juga tahu bahwa kami menggunakan sistem bagi hasil. Kurir 70 persen dan kami 30 persen. Sebanyak 30 persen pun enggak ke kami semua karena ada bagi hasil lagi dengan CS dan lainnya. Ini agar teman-teman ada rasa memiliki semua,” kata Kahar.

Kini, Borneos.co dan Bonjek, sebagai ekosistem digital pun telah memfasilitasi UMKM lokal Bontang untuk memasarkan produk-produk mereka, termasuk kuliner. Dalam sehari, ada sekitar 400-500 pesanan yang masuk. Selain menyediakan kemudahan dan kepraktisan bagi warga dan pekerja, ekonomi lokal pun terus berputar.

Kahar berharap, ke depan, ekosistem dapat berjalan sepenuhnya. ”Artinya, orang Bontang sudah bisa belanja lewat digital, lewat (laman) Borneos, secara menyeluruh. Yang pasti, tantangan ada di sumber daya manusia. Kalau masuk scale-up bisnis, kan, artinya scale-up sumber daya manusia juga. Akan membutuhkan semakin banyak kurir,” ujarnya.

Belajar dari Bonjek, bisnis digital ternyata tidak melulu rumit. Dengan memanfaatkan aplikasi gratis yang sudah ada, bisnis digital bisa dilakukan dengan jeli melihat peluang dan karakteristik warga.

Editor:
ARIS PRASETYO
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000