PLN NTT Melistriki 97 Desa dan Dusun yang Masuk Kategori 3T
Setelah 78 tahun merdeka, sebanyak 97 desa dan dusun di NTT mendapatkan aliran listrik selama semester I-2023. PLN menargetkan NTT 100 persen terlistriki pada tahun 2025.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Sepanjang semester I-2023 sebanyak 97 desa dan dusun yang masuk kategori daerah tertinggal, terdepan, dan terluar di Nusa Tenggara Timur teraliri listrik. PLN NTT harus mengucurkan dana senilai Rp 167,53 miliar untuk membangun jaringan listrik tersebut. Di era digitalisasi ini, kehadiran listrik menjadi kewajiban negara menghadirkan listik bagi warga.
General Manajer PLN Unit Induk WilayahNusa Tenggara Timur (NTT) I Gede Agung Sindu Putra, di Kupang, Rabu (2/8/2023), mengatakan, PLN terus berupaya mendorong tingkat elektrifikasi secara bertahap. Semester I tahun 2023 ini, sebanyak 97 wilayah yang terdiri dari 56 dusun dan 41 desa teraliri listrik.
Penyebaran listrik desa itu meliputi 7 desa dan 4 dusun di Kabupaten Alor, 2 desa dan 4 dusun di Kabupaten Ende, 1 desa dan 2 dusun di Lembata, 1 dusun di Kabupaten Malaka, serta 3 desa dan 20 dusun di Manggarai. Kemudian, Manggarai Barat sebanyak 5 desa, Manggarai Timur 5 desa dan 3 dusun, dan Ngada sebanyak 5 desa dan 2 dusun. Sabu Raijua sebanyak dua dusun.
Menurut Agung, Kabupaten Sikka sebanyak 4 dusun, Sumba Barat sebanyak 2 desa, Sumba Barat Daya 6 desa dan 7 dusun, Sumba Tengah 1 desa, dan Sumba Timur 2 dusun. Timor Tengah Selatan sebanyak 4 desa dan 1 dusun, dan Kabupaten Timor Tengah Utara 1 dusun. Kabupaten Kupang sebanyak 2 desa dan 4 dusun.
”Semua desa dan dusun ini masuk kategori daerah tertinggal, terdepan, dan terluar atau 3T. Kota Kupang semua kelurahan sudahteraliri listrik,” katanya.
Tingkat elektrifikasi listrik di NTT pada Juni 2022 mencapai 92,33 persen. PLN terus berupaya agar tahun 2025 tingkat elektrifikasi listrik mencapai 100 persen. Itu berarti secara bertahap PLN terus membangun jaringan listrik menuju desa dan dusun tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Sangat ironis. Indonesia sudah merdeka 78 tahun, tapi listrik saja belum masuk desa, apalagi hal lain. (Marianus Minggo)
Membangun jaringan menuju desa-desa itu tidak mudah. Tim harus menghadapi berbagai tantangan. Salah satu di antaranya kondisi geografis dengan kondisi medan yang sangat sulit. Namun, berkat dukungan semua pihak, desa dan dusun yang sulit dijangkaui itu akhirnya bisa mendapatkan penerangan listrik.
Upaya PLN menghadirkan listrik di daerah 3T tidak sekadar menerangani daerah itu. Paling penting meningkatkan pembangunan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah itu. Masyarakat bisa memanfaatkan listrik untuk berbagai kegiatan ekonomi.
Daerah perbatasan
Kepala Desa Oh’aem II, Kecamatan Amfoang, Kabupaten Kupang, Abraham Toleu mengapresiasi PLN yang telah menghadirkan listrik di desa itu. Oh’aem termasuk salah satu desa 3T di NTT. Berbatasan dengan distrik Oecussi, Timor Leste. Akses ke desa itu pun masih sulit.
”Listrik sudah hadir. Tugas seluruh warga desa memanfaatkan listrik itu sebaik mungkin untuk meningkatkan ekonomi keluarga. Ini harus jadi prioritas. Bukan sekadar bisa menonton televisi, mengisi baterei ponsel, dan menerangi seluruh isi rumah malam hari,” kata Toleu.
Masyarakat diajak segera membangun bengkel sepeda motor, meubel kayu, menenun pada malam hari, kegiatan belajar anak sekolah, bisnis makanan ringan, dan usaha mikro lain. Pulsa listrik berbayar sehingga kehadiran listrik tidak semakin membebani ekonomi keluarga, tetapi harus menjadi solusi mengatasi ekonomi keluarga.
Tidak hanya terlibat menghadirkan listrik, PLN NTT juga peduli pada lingkungan sekitar. Salah satu di antaranya adalah penanaman mangrove di Pantai Desa Uludada, Kecamatan Maurole, Kabupaten Ende. Penanaman mangrove seluas 1 hektar itu dalam rangka memperingati Hari Mangrove Sedunia pada 31 Juli 2023.
Ketua Yayasan ”Tukelakang” NTT Marianus Minggo mengatakan, kehadiran listrik di era digitalisasi saat ini menjadi kewajiban negara untuk membantu warga. Listrik berkaitan erat dengan dunia digitalisasi sehingga tidak bisa diabaikan. Masyarakat tidak akan menjadi lebih maju tanpa listrik.
Ia mengatakan, saat ini semua serba online. Menghadirkan listrik bagi masyarakat bukan sesuatu prestasi yang luar biasa lagi. Itu sudah ketinggalan meskipun daerah itu masuk kategori 3T. Indonesia sudah 78 tahun merdeka. ”Sangat ironis. Indonesia sudah merdeka 78 tahun, tapi listrik saja belum masuk desa, apalagi hal lain,” katanya.
Manajer PLN Unit Pelaksana Pembangkit Flores Andi Martha Siswayuhdi mengatakan, mangrove merupakan salah satu tumbuhan penyedia oksigen dari laut, sekaligus menjaga pesisir pantai. Kasus abrasi pantai yang terjadi di sejumlah wilayah pantai, antara lain, karena kerusakan mangrove.
”Lokasi penanaman mangrove itu merupakan salah satu destinasi wisata di Ende. Jika kawasan ini menjadi rindang dan sejuk, akan ramai dikunjungi. Terjadi sirkulasi ekonomi di desa ini, yang tentunya membantu masyarakat setempat. Sebanyak 1.000 pohon mangrove ditanami. Mangrove ini ke depan akan dirawat warga sendiri,” kata Andi.