PLN NTT tidak hanya melayani penyediaan energi listrik, tetapi juga terlibat dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan masyarakat.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS- Sepanjang tahun 2022, PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Timur berkontribusi melalui 58 program tanggung jawab sosial di NTT. Pemberdayaan di bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan ini turut mendukung upaya pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
Senior Manajer Keuangan, Komunikasi, dan Umum PLN Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), Harfry Jack di Kupang, Kamis (26/1/2023), mengatakan, di samping mewujudkan infrastruktur kelistrikan yang andal, PLN juga berkomitmen menjalankan program tangg jawab sosial dan lingkungan (TJSL)
“Sepanjang tahun 2022, PLN telah menuntaskan 58 program TJSL ini," kata Jack.
Program PLN peduli tersebut, menurut dia, bertumpu pada pengembangan pilar untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Ada tujuh pilar program pembangunan sosial, dua program pilar pembangunan pendidikan, 31 program pilar pembangunan ekonomi, 17 program pilar pembangunan lingkungan, dan satu program pilar hukum dan tata kelola.
“Tahun 2023 ini kami akan meningkatkan, dan mendorong lahirnya pemerataan, kemanfaatan perkembangan ekonomi melalui program PLN peduli yang lebih baik. Pelatihan keterampilan, pendampingan, dan green ekosistem dengan terobosan-terobosan pendekatan yang memperhatikan kepentingan sosial sendiri,” kata Jack.
Pengembangan ekosistem kendaraan listrik juga diupayakan PLN dengan membangun stasiun pengisian kendaraan listrik untuk umum (SPKLU) Ami Bele di di Atambua yang dekat dengan perbatasan RI-Timor Leste. Nama "Ami Bele" diambil dari bahasa Tetun, artinya kami bisa.
SPKLU Ami Bele diresmikan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Belu Yohanes Prihatin. Daya listrik yang terpasang mencapai 53.000 VA, berlokasi di kantor PLN ULP Atambua, Kabupaten Belu.
Manajer PLN Unit Pelayanan Pelanggan Kupang, I Made Indra Wijaya mengatakan, pembangunan SPKLU merupakan bentuk dukungan penuh terhadap pengembangan kendaraan listrik. Atambua dipilih karena daerah itu merupakan etalase Indonesia, dari negara tetangga Timor Leste.
Ia mengatakan, PLN siap memfasilitasi ekosistem kendaraan listrik dengan menyediakan infrastruktur yang intens. Jika infrastruktur semakin tersedia, kendaraan listrik pun semakin banyak di masyarakat.
Saat ini PLN UIW NTT telah memiliki empat SPKLU di tempat strategis. SPKLU di Kampung Ujung Labuan Bajo, SPKLU Paradox Kupang di Kupang, SPKLU Mamuli Sumba di Waingapu, dan SPKLU Ami Bele di Atambua, Belu.
Sekda Belu Yohanes Prihatin pada kesempatan itu mengucapkan terimakasih kepada PLN NTT. Kehadiran SPKLU ini sesuai dengan instruksi presiden dan tujuan Pemprov NTT, dan khususnya Kabupaten Belu tentang energi terbarukan, energi ramah lingkungan, dan program pengurangan pemanasan global.
“Kami mendorong masyarakat ke depannya, bisa menggunakan motor listrik, mobil listrik, dan kompor listrik. Ini, untuk mendukung program pemerintah mengurangi pemakaian bahan bakar minyak dari fosil, dan menjaga lingkungan yang bersih,” kata Prihatin.
Agus Masan (43) warga Kelurahan Liliba Kota Kupang mengatakan, pemerintah dalam hal ini PLN mesti melakukan sosialisasi soal SPKLU ini. Apakah biaya pengisian lebih murah atau lebih mahal dibanding SPBU. Berapa kilometer satu watt atau semacamnya.
“Juga kendaraan listrik seperti motor listrik atau mobil listrik. Harga kendaraan ini lebih mahal atau sama dengan kendaraan yang menggunakan bahan bakar minyak. Kami masyarakat tentu mencari yang lebih murah. Kalau lingkungan yang bersih tetapi biaya yang dikeluarkan masyarakat makin mahal, saya tetap pilih kendaraan konvensional,” katanya,