Dewan Gereja Papua Alami Kendala dalam Negosiasi Pembebasan Pilot Susi Air
Upaya negosiasi Dewan Gereja Papua dengan kelompok kriminal bersenjata untuk membebaskan pilot Susi Air masih menemui kendala. Hal ini karena masih ada pasukan TNI di sekitar area penyanderaan.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Dewan Gereja Papua mengalami kendala saat bernegosiasi dengan kelompok kriminal bersenjata yang menawan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, selama empat bulan terakhir di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Kendala itu berkait dengan adanya penempatan pasukan TNI di sekitar area penyanderaan Philip.
Pendeta Benny Giay selaku Moderator Dewan Gereja Papua saat dihubungi dari Jayapura, Kamis (15/6/2023), mengatakan, sejak Mei lalu, pihaknya telah berkoordinasi dengan Polda Papua untuk terlibat dalam upaya pembebasan Philip. Namun, dia menyebut, upaya negosiasi itu tidak mungkin dilakukan apabila operasi militer tetap dilaksanakan.
Menurut Benny, saat ini aparat dari kepolisian tidak lagi berada di lokasi yang akan ditetapkan sebagai tempat negosiasi antara Dewan Gereja Papua dan para penyandera Philip. Akan tetapi, pasukan dari TNI masih berada di area tersebut.
Sebelumnya, kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya membakar pesawat Susi Air PK-BVY setelah mendarat di Lapangan Terbang Distrik Paro, Kabupaten Nduga, pada 7 Februari 2023 pukul 06.17 WIT. Pesawat itu terbang dari Bandara Udara Internasional Mozes Kilangin Timika, Kabupaten Mimika, pada pukul 05.33 WIT.
Pesawat yang dipiloti Philip itu membawa lima penumpang. KKB kemudian menawan Philip setelah membakar pesawat di Lapangan Terbang Paro. Sementara itu, lima penumpang dilepaskan pihak KKB karena merupakan warga setempat.
Sebanyak lima prajurit TNI gugur dalam upaya pembebasan Philip di daerah Mugi, Kabupaten Nduga, pada 19 April 2023. Para prajurit diserang oleh kelompok Egianus Kogoya yang menyandera Philip.
”Diperlukan tempat yang aman dalam proses negosiasi dengan kelompok Egianus. Tempat tersebut tidak boleh dimasuki pasukan agar proses pembicaraan berjalan lancar,” kata Benny.
Sementara itu, Kepala Operasi Damai Cartenz Komisaris Besar Faisal Ramadhani mengatakan, proses pencarian Philip masih berlangsung hingga kini. Dia menyebut, kelompok Egianus masih menyandera Philip di sekitar area Nduga.
”Upaya pencarian terkendala kondisi geografis yang sulit. Kami sempat menemukan salah satu lokasi kelompok Egianus dan Philip di atas ketinggian 3.000 meter di atas permukaan laut pada awal bulan ini,” ucap Faisal.
Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayor Jenderal Izak Pangemanan menyatakan siap bersinergi dengan sejumlah pihak agar upaya pembebasan Philip berjalan tanpa jatuh korban.
”Kami akan bersinergi dengan pihak gereja dalam upaya pembebasan Philip. Kami ingin memastikan Philip dibebaskan dalam kondisi selamat,” ujar Izak.
Juru Bicara Jaringan Damai Papua Yan Christian Warinussy meminta Tentara Pembebasan Nasional-Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM), yang diklaim pemerintah sebagai KKB, agar tidak menggunakan aksi kekerasan terhadap warga sipil untuk tujuan politiknya. Sebab, aksi tersebut bertentangan dengan hukum internasional dan hak asasi manusia.
Diperlukan tempat yang aman dalam proses negosiasi dengan kelompok Egianus. Tempat tersebut tidak boleh dimasuki pasukan agar proses pembicaraan berjalan lancar.
Yan juga berpendapat, sebaiknya TPN-OPM membuka jalur negosiasi dengan pihak yang independen, seperti Dewan Gereja-gereja Papua, untuk menegosiasikan pembebasan pilot. Dia pun mengingatkan, penyanderaan warga akan memprovokasi aparat keamanan untuk mengambil langkah hukum sehingga berdampak konflik di tengah masyarakat.
”Apabila mereka membunuh Philip, itu akan berdampak pada hubungan Indonesia dengan Selandia Baru. Selain itu, perjuangan TPN-OPM akan tercoreng di mata publik internasional,” ujar Yan.