Empat Bulan Pilot Susi Air Ditawan, Negosiasi Masih Mandek
Penyanderaan pilot Susi Air, Philip Mehrtens, oleh kelompok kriminal bersenjata sudah mencapai empat bulan. Upaya negosiasi belum dapat terealisasi.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Kelompok kriminal bersenjata telah menyandera pilot pesawat Susi Air, Philip Mark Mehrtens, selama empat bulan di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Upaya negosiasi untuk membebaskan Philip belum membuahkan hasil.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua Komisaris Besar Ignatius Benny Ady Prabowo di Jayapura, Kamis (8/6/2023), mengatakan, Polri bersama TNI dan Pemda Nduga masih mengedepankan upaya negosiasi untuk membebaskan Philip. Akan tetapi, cara tersebut belum menemukan titik terang hingga kini.
Ignatius mengungkapkan, Egianus belum mau membuka komunikasi dengan tim negosiasi. Hal inilah yang menyebabkan pembebasan pilot berkewarganegaraan Selandia Baru ini masih berjalan alot.
Sebelumnya Egianus Kogoya dan anggotanya membakar pesawat Susi Air PK-BVY setelah mendarat di Lapangan Terbang Distrik Paro pada 7 Februari 2023 pukul 06.17 WIT. Pesawat ini terbang dari Bandar Udara Internasional Mozes Kilangin Timika, Kabupaten Mimika, pada pukul 05.33 WIT.
Pesawat yang dipiloti Philip membawa lima penumpang. KKB langsung menawan Philip setelah membakar pesawat di Lapangan Terbang Paro. Adapun lima penumpang dilepaskan pihak KKB karena merupakan warga setempat.
Sebanyak lima prajurit TNI telah gugur dalam upaya pembebasan Philip di daerah Mugi, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, pada 19 April 2023. Para prajurit diserang oleh kelompok Egianus Kogoya yang menyandera Philip.
”Hingga kini, TNI-Polri dan Pemda Nduga masih mengedepankan upaya komunikasi dengan pihak Egianus. Kami akan berupaya maksimal agar Philip dibebaskan dalam kondisi selamat,” kata Ignatius.
Egianus Kogoya dalam video yang dipublikasikan melalui media sosial, akhir Mei lalu, menegaskan, pihaknya memberikan waktu dua bulan bagi Pemerintah Indonesia sehingga Philip dapat dibebaskan. Egianus menuntut Indonesia memberikan referendum bagi Papua sebagai syarat pembebasan Philip.”Apabila permintaan kami tidak direalisasikan, Philip akan ditembak mati,” kata Egianus.
Juru Bicara Jaringan Damai Papua, Yan Christian Warinussy, meminta Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) yang disebut sebagai KKB agar tidak menggunakan aksi kekerasan terhadap warga untuk tujuan politiknya. Sebab, aksi tersebut bertentangan dengan hukum internasional dan hak asasi manusia.
Hingga kini, TNI-Polri dan Pemda Nduga masih mengedepankan upaya komunikasi dengan pihak Egianus. Kami akan berupaya maksimal agar Philip dibebaskan dalam kondisi selamat.
Ia berpendapat, sebaiknya TPN-OPM membuka jalur negosiasi dengan pihak yang independen seperti Dewan Gereja-gereja Papua untuk menegosiasikan pembebasan pilot. Penyanderaan warga akan memprovokasi aparat keamanan untuk mengambil langkah hukum sehingga berdampak konflik di tengah masyarakat.
”Apabila mereka membunuh Philip, itu akan berdampak hubungan Indonesia dengan Selandia Baru. Selain itu, perjuangan TPN-OPM juga akan tercoreng di mata publik internasional,” tutur Yan.