Otorita IKN: Tak Ada Kasus Malaria di Ibu Kota Baru
Belum lama ini, seorang pekerja di persemaian di sekitar IKN menderita malaria. Otorita IKN dan pemerintah memastikan kasus tersebut berasal dari luar. Adapun di wilayah yang ditetapkan IKN disebut tak ada kasus malaria.
Oleh
SUCIPTO
·4 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Otorita Ibu Kota Nusantara atau IKN memastikan tidak ada kasus malaria yang berasal dari kawasan ibu kota baru. Kasus malaria yang ditemukan di wilayah IKN beberapa waktu lalu disebut berasal dari luar wilayah IKN. Pemerintah daerah dan Otorita IKN akan bekerja sama untuk mencegah penularan malaria di IKN.
Deputi Bidang Sosial, Budaya, dan Pemberdayaan Masyarakat Otorita IKN Alimuddin mengatakan, beberapa waktu lalu memang ditemukan kasus malaria di sekitar Persemaian Semoi. Namun, setelah ditelusuri, kasus tersebut merupakan kasus dari luar IKN.
”Begitu pelacakan, ternyata itu bukan dari IKN, melainkan pekerja dari luar IKN yang kebetulan bekerja di situ,” kata Alimuddin yang dihubungi dari Balikpapan, Senin (8/5/2023).
Wilayah inti IKN sebagian besar berada di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Daerah itu juga yang menjadi titik mula pembangunan, seperti kawasan Istana Presiden, perkantoran, dan hunian pekerja. Saat ini, sudah ada ribuan pekerja konstruksi yang sedang bertugas di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN di Kecamatan Sepaku.
Pengelola Program Malaria Dinas Kesehatan Penajam Paser Utara, Ponco Waluyo, mengatakan, memang pernah ditemukan kasus malaria di kawasan yang saat ini ditetapkan sebagai IKN. Kendati demikian, sekitar lima tahun belakangan tak pernah ditemukan lagi kasus malaria di wilayah IKN.
”Kasus terakhir yang kami temukan di wilayah yang sekarang menjadi IKN itu di bulan November tahun 2018. Itu kami temukan kasus indigenous (asli) terakhir dan sampai sekarang tahun 2023 tidak pernah lagi kita temukan kasus indigenous,” tutur Ponco.
Ia memastikan, kasus malaria di Persemaian Semoi tempo hari bukanlah kasus asli dari wilayah IKN. Dari penelusurannya, kasus tersebut datang dari luar daerah melalui pekerja yang juga dari luar daerah. ”Itu kasus dari luar, yaitu beberapa kasus yang positif dari pekerja daerah aliran sungai yang menanam sepanjang jalur yang ada di IKN,” katanya.
Sementara itu, Tim Pengelola Program Malaria Dinas Kesehatan Penajam Paser Utara sudah menyurvei kelompok pekerja yang berisiko, terutama yang bekerja di sektor konstruksi. ”Kami sudah mengambil sampel pekerja konstruksi. Kami lakukan pemeriksaan. Hingga saat ini belum ada yang terpapar kasus malaria. Jadi, sebenarnya itu aman,” kata Ponco.
Dalam siaran pers daring Hari Malaria Sedunia 2023, Selasa (2/5/2023), Kementerian Kesehatan menyebut Kabupaten Penajam Paser Utara menjadi salah satu wilayah yang memiliki kasus malaria tinggi setelah Papua dan Sulawesi Selatan. Penajam Paser Utara berkontribusi pada angka kasus malaria nasional sebanyak 1.228 kasus pada 2022.
Kendati demikian, anggota Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Helen Dewi Prameswari, menyatakan, kasus Malaria tak ditemukan di wilayah yang saat ini ditetapkan sebagai IKN.
”Temuan yang dilakukan oleh Kemenkes menunjukkan bahwa di kawasan IKN, khususnya KIPP, tidak ditemukan adanya malaria,” ujarnya.
Cegah penularan
Helen menyebut, permasalahan malaria di wilayah IKN lantaran daerah ini berada di kawasan lintas batas. Lokasi IKN berbatasan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Paser, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Kabupaten Kutai Barat.
Wilayah Penajam Paser Utara punya kasus tinggi malaria, kata Helen, karena wilayahnya berbatasan dengan daerah lain dan layanan kesehatannya pun menjadi rujukan dari luar daerah. Di Penajam Paser Utara, terdapat Puskesmas Sotek yang menjadi puskesmas rawat inap. Puskesmas itu menjadi rujukan dari luar kabupaten yang berbatasan dengan Penajam Paser Utara karena aksesnya yang mudah dan dekat.
Wilayah daratan IKN memiliki luas 256.142 hektar. Kawasan itu diambil dari lahan dua kabupaten yang eksis, yakkni Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara. IKN beririsan dengan enam kecamatan, yakni Kecamatan Sepaku, Kecamatan Samboja, Kecamatan Loa Janan, Kecamatan Loa Kulu, Kecamatan Muara Jawa, dan Kecamatan Sanga-Sanga.
Dalam keterangan tertulis Otorita IKN yang diterima Kompas, wilayah endemis malaria terdekat dari IKN berada di Kelurahan Sotek, Kabupaten Penajam Paser Utara, yang berjarak sekitar 40 kilometer dari Titik Nol IKN. Sementara, nyamuk Anopheles, hewan yang menyebarkan malaria pada manusia, paling jauh terbang hanya sekitar 1 kilometer.
Kendati demikian, Alimuddin mengatakan, Otorita IKN tetap melakukan pencegahan penularan malaria. Pihaknya melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan pemerintah daerah di sekitar IKN agar malaria di setiap daerah menurun dan mengurangi risiko penularan. Alimuddin menyebut, saat ini pemerintah sedang merancang teknologi informasi untuk hal itu.
Otorita IKN tetap melakukan pencegahan penularan malaria.
Pengawasan kesehatan juga dilakukan di Pelabuhan Semayang, Balikpapan, pelabuhan antarpulau terdekat dari IKN. Sebelumnya, Kepala Seksi Pengendalian Karantina dan Survelians Epidemiologi Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Balikpapan Nooryadi Setiawan mengatakan, beberapa kasus malaria yang ditemui di Pelabuhan Semayang merupakan pekerja perkebunan sawit yang melintas.
Dari data yang ia himpun, pekerja tersebut berasal dari Kabupaten Kutai Timur dan Kutai Barat. Nooryadi mengatakan, pihaknya mewaspadai hal tersebut, terutama para pekerja yang akan masuk ke IKN melalui Balikpapan.
”Pemeriksaan dilakukan. Takutnya, nanti ada nyamuk yang menggigit penderita malaria dan menularkan ke penumpang lain,” kata Nooryadi saat pertemuan dengan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Balikpapan, Kamis (4/5/2023).