Indonesia Berpeluang Jadi Produsen Ekonomi Syariah Dunia
Peluang itu terbuka cukup besar mengingat Indonesia merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Belakangan kegiatan ekonomi syariah di Indonesia terus bertumbuh.
Oleh
ZULKARNAINI
·4 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Indonesia terus memperkuat pembangunan ekonomi dan keuangan syariah untuk menjadi pemain utama di sektor ekonomi berbasis syariah. Kontribusi sektor ekonomi syariah meningkat, tetapi belum maksimal.
Hal itu disampaikan oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin dalam kuliah umum dan peluncuran buku KH Ma’ruf Amin: Bapak Ekonomi Syariah Indonesia di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh, Aceh, Kamis (30/3/2023).
Wapres Amin menuturkan, saat ini Indonesia menjadi konsumen produk halal terbesar di dunia, mencapai 184 dollar Amerika Serikat pada tahun 2020 atau 11,34 persen dari pengeluaran global. Angka tersebut akan naik menjadi 281,6 miliar dollar Amerika Serikat pada 2025.
Melihat besarnya pasar ekonomi syariah dunia, Wapres Amin mengajak semua pihak di Indonesia untuk sama-sama memperkuat ekonomi syariah nasional. ”Bangsa Indonesia harus mampu menjadi produsen dan menjadi model pembangunan ekonomi syariah,” ujar Wapres Amin.
Wapres mengatakan, peluang itu terbuka cukup besar mengingat Indonesia merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Belakangan, kegiatan ekonomi syariah di Indonesia terus bertumbuh, seperti keuangan syariah, wisata syariah, kuliner, dan produk halal.
Namun, meskipun ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia terus menunjukkan peningkatan, kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional baru sebesar 25,44 persen dan perbankan syariah masih sekitar 7 persen.
Wapres menambahkan, pemerintah telah memperkuat pembangunan ekonomi dan keuangan syariah dengan membentuk Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah. Lembaga ini diberi mandat untuk mempercepat, memperluas, dan memajukan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.
Saat ini pemerintah telah membangun tiga kawasan industri halal, yaitu Halal Modern Valley di Serang, Banten; Halal Industrial Park di Sidoarjo, Jawa Timur; dan Bintan Inti Halal Hub di Bintan, Kepulauan Riau.
”Percepatan ekonomi dan keuangan syariah nasional membutuhkan dukungan yang kuat dari pemerintah pusat, daerah pelaku usaha, perbankan, media, masyarakat, dan dunia pendidikan,” kata Wapres Amin.
Pemerintah telah memperkuat pembangunan ekonomi dan keuangan syariah dengan membentuk Komitee Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah serta Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah di beberapa provinsi di Indonesia.
Selain itu, pemerintah juga fokus pada sektor pembangunan ekonomi dan industri, seperti pengembangan industri produk halal, pengembangan industri jasa keuangan syariah, pengembangan usaha dan bisnis kewirausahaan, dan pengembangan dana sosial syariah.
Percepatan ekonomi dan keuangan syariah nasional membutuhkan dukungan yang kuat dari pemerintah pusat, daerah pelaku usaha, perbankan, media, masyarakat, dan dunia pendidikan.
Menurut Wapres Amin, dalam beberapa tahun terakhir perkembangan bisnis dan kewirausahaan syariah menunjukkan hasil yang cukup signifikan. Dalam sektor industri, Indonesia telah membentuk tiga kawasan industri halal dan rumah serta kawasan industri berkembang dalam industri pengolahan berorientasi halal. Selain itu, sektor unggulan halal, yaitu makanan halal, fashion muslim, dan pariwisata ramah Muslim, juga terus berkembang.
”Kita harus menjadi pemain utama sebagai produsen terkemuka di dunia dan tidak sekadar menjadi pasar bagi negara lain,” kata Wapres.
Pada kuartal ketiga tahun 2022, sektor industri mencatat pertumbuhan 5,5 persen dari kuartal sebelumnya, yang merupakan kenaikan signifikan dari pertumbuhan 4,70 persen pada kuartal ketiga tahun 2021.
Selain itu, sektor keuangan syariah juga mengalami peningkatan cukup besar dengan tercatatnya 13 proyek pemerintah yang menggunakan pembiayaan syariah senilai Rp 5 triliun.
Pengembangan dana sosial juga menjadi fokus dalam usaha dan bisnis kewirausahaan syariah. Berbagai program sosial telah dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan syariah untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat. Salah satu contoh adalah program wakaf produktif yang diluncurkan oleh baitul maal wat tamwil sebagai bentuk pengembangan dana sosial melalui wakaf produktif.
Potensi dana wakaf di Indonesia mencapai Rp 77 triliun setahun. Jika dapat digarap dengan tepat, dana wakaf akan berdampak besar terhadap perbaikan ekonomi umat.
Dalam Islam, wakaf termasuk ibadah yang utama. Wakaf berarti menyerahkan sebagian harta benda untuk dimanfaatkan selamanya atau dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya untuk keperluan ibadah dan kesejahteraan umat.
Pada kesempatan itu, UIN Ar-Raniry meluncurkan buku biografi Ma’ruf Amin yang berisi gambaran tentang perjalanan hidup dan kontribusinya dalam pengembangan ekonomi syariah di Indonesia. Buku ini ditulis oleh Saifuddin A Rasyid, Rahmad Syah Putra, dan Arkin.
Rektor UIN Ar-Raniry Mujiburrahman menuturkan, Ma’ruf Amin sangat layak diberi penghargaan sebagai bapak ekonomi syariah Indonesia karena perannya dalam transformasi ekonomi syariah di Indonesia.
Mujiburrahman menyatakan, Ma’ruf Amin adalah salah seorang konseptor dan peletak dasar bagi pengembangan industri keuangan syariah di Indonesia.
Sebagai bentuk dukungan perguruan tinggi terhadap ekonomi syariah, pada tahun ini UIN Ar-Raniry akan melahirkan pendidikan bisnis Islam, membangun laboratorium industri halal, dan membuka program studi industri halal.