Suhu Udara Bisa Berdampak pada Gangguan Mental
Suhu udara bisa berdampak pada gangguan kesehatan mental. Itukah sebabnya Belanda membangun rumah sakit jiwa di Lawang, Malang, sebuah daerah bersuhu sejuk dan cenderung dingin?

RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat di Lawang, Malang.
Suhu udara bisa berdampak pada gangguan kesehatan mental. Itukah sebabnya Belanda membangun rumah sakit jiwa di Lawang, Malang, sebuah daerah bersuhu sejuk dan cenderung dingin?
Tidak ada yang tahu pasti kenapa Belanda membangun rumah sakit jiwa di Lawang, bernama Rumah Sakit Jiwa Dr Radjiman Wediodiningrat. Namun, dari beberapa rumah sakit jiwa yang dibangun Belanda kala itu, rata-rata berlokasi di daerah dengan hawa sejuk.
Misalnya pada tahun 1881, Belanda membangun RSJ pertama di Bogor bernama Hetkrankzinnigengestich Buitenzorg (kini RS dr H Marzoeki Mahdi), 1902 membangun RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat di Lawang-Malang, tahun 1912 membangun Krankzinnigengestich Kramat di Magelang (kini RSJ Prof Dr Soerojo), dan tahun 1922 membangun RSJ di Sabang Aceh (kini RS TNI AL). Lokasi pembangunan RSJ tersebut rata-rata berhawa sejuk.
Kenapa RSJ dibangun di lokasi dengan hawa sejuk? Bisa jadi karena pertimbangan suhu udara. Benarkah dikatakan bahwa suhu udara secara umum bisa berpengaruh pada gangguan mental? Beberapa riset berikut ini menjawabnya.
Baca juga:Perubahan Iklim Turut Memperparah Gangguan Mental

Orang dengan gangguan jiwa menjalani terapi di panti rehabilitasi disabilitas mental Yayasan Jamrud Biru, Jalan Mustikasari Gang Asem Sari II RT 003/004 Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat, Minggu (21/10/2018).
Berdasarkan riset dilakukan oleh Jamie T. Mullins (University of Massachusetts Amherst) dan Corey White (California Polytechnic State University, San Luis Obispo, and IZA) yang dipublikasikan dalam jurnal IZA Institute of Labor Economics pada September 2019, tampak bahwa ada hubungan antara suhu dan dugaan gangguan kesehatan mental. Riset dilakukan dengan menggunakan data kunjungan ke UGD rumah sakit dengan diagnosis terkait mental di California selama periode tahun 2005-20016 serta data bunuh diri di AS selama periode 1960-2016.
Penelitian itu dilakukan di tengah beban berat Pemerintah AS atas kasus kesehatan mental masyarakatnya. Hampir 45.000 orang di Amerika Serikat dan 800.000 secara global meninggal karena bunuh diri setiap tahun (National Institute of Mental Health, 2018; Organisasi Kesehatan Dunia, 2018). Pada tahun 2017, sebanyak 18,1 persen orang dewasa Amerika dilaporkan berjuang melawan gangguan mental dan perilaku emosional (Mental Health America, 2018).
Biaya untuk mengobati gangguan mental di Amerika Serikat tumbuh 5 persen per tahun dan melampaui 200 miliar dollar AS pada tahun 2013 (Roehrig, 2016). Pengeluaran langsung untuk pengobatan gangguan mental tersebut bahkan melampaui pengeluaran untuk penyakit tunggal lain.
Mullins-White menekankan penelitian pada data kunjungan UGD dan rawat inap yang diperoleh keduanya dari California’s Office of Statewide Health Planning and Development (OSHPD) atau Kantor Negara Bagian California Perencanaan dan Pengembangan Kesehatan. Data terdiri dari dua file, selama kurun waktu tahun 2005-2016.
File pertama berisi total kunjungan rawat jalan melalui departemen darurat atau UGD, dan yang kedua berisi total kunjungan rawat inap, baik yang dimulai melalui departemen darurat atau tidak. Sebagaimana riset serupa dilakukan oleh White (2017), riset ini hanya menggunakan kunjungan melalui unit gawat darurat (rawat jalan dan rawat inap), dan mengecualikan kunjungan rawat inap yang sudah dijadwalkan seperti operasi dan persalinan.
Baca juga: Gelombang Panas Mengakibatkan Suhu Udara di Perancis Mencapai 36 Derajat Celsius

Pasien RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat, Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, memberikan suara di tempat pemungutan suara keliling di RSJ setempat, Rabu (17/4/2019). Ada 31 pasien yang mendapatkan formulir A5 di RSJ ini.
Dari riset Mullins-White tersebut ditemukan hitungan bahwa peningkatan suhu udara 1 derajat Fahrenheit (10F) dari suhu bulanan rata-rata menyebabkan peningkatan 0,48 persen angka kunjungan UGD bulanan (terkait gangguan mental). Serta, meningkatkan angka bunuh diri bulanan sebesar 0,35 peren. Tampak bahwa peningkatan suhu mendorong pada memburuknya kesehatan mental.
Gangguan tidur
Di antara kenaikan suhu dan gangguan kesehatan mental itu, Mullins-White mengemukakan adanya gangguan tidur akibat kenaikan suhu. Jadi, jembatan antara kenaikan suhu dan gangguan kesehatan mental adalah tidur. Tidur tidak berkualitas dan kurang karena cuaca panas, misalnya, akan cenderung mendorong terjadinya gangguan kesehatan mental. Itu sebabnya, salah satu adaptasi dilakukan oleh sebagian orang dengan penggunaan pendingin ruangan (AC).
Baca juga:Suhu Panas Ekstrem Melanda Sejumlah Negara

Kelompok Rentan Mengalami Gangguan Mental dan Bunuh Diri
Hasil riset tersebut sejalan dengan riset Rupa Basu dan koleganya pada tahun 2017. Rupa Basu adalah pekerja di Bagian Epidemiologi Udara dan Iklim, Kantor Pemantau Bahaya Kesehatan Lingkungan California. Untuk periode tahun 2005-2013, Rupa Basu memperoleh data jumlah kunjungan harian ruang gawat darurat terkait kesehatan mental (dengan disertai cedera) untuk 16 zona iklim California. Data diperoleh dari Kantor Perencanaan dan Pengembangan Kesehatan Negara Bagian California.
Data kemudian digabungkan dengan data suhu semu rata-rata, kombinasi suhu, dan kelembaban. Menggunakan model regresi Poisson, mereka mengaitkannya dengan zona iklim dan kemudian menggunakan metaanalisis efek acak untuk menghasilkan perkiraan keseluruhan. Analisis dikelompokkan berdasarkan musim (hangat: Mei–Oktober, dingin: November–April), ras/etnis, dan usia.

Aktivitas orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dalam perawatan di panti rehabilitasi disabilitas mental Yayasan Jamrud Biru, Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu (14/4/2021). Sebanyak 215 orang dengan gangguan jiwa di rawat di yayasan tersebut.
Hasilnya, selama musim hangat, peningkatan suhu rata-rata 10°F (5,6°C) pada hari yang sama, mengarah pada kenaikan 4,8 persen kunjungan ruang gawat darurat (untuk gangguan kesehatan mental, melukai diri sendiri/bunuh diri, dan melukai/membunuh dengan sengaja). Kondisi kenaikan suhu tinggi selama musim dingin juga didapati hasil serupa.
Riset Rupa Basu ini lebih luas karena juga mengamati kasus pada ras/etnis, kelompok umur, dan jenis kelamin. Hasilnya, ras Hispanik, kulit putih, orang berusia 6–18 tahun, serta perempuan, berada pada risiko terbesar mengalami gangguan mental akibat perubahan suhu.
American Psychiatric Association (APA) membenarkan bahwa panas ekstrem berkontribusi pada memburuknya kesehatan mental, terutama pada masyarakat kategori rentan. Rilis itu dipublikasikan melalui laman https://www.psychiatry.org/.
Dalam pernyataan mereka, panas ekstrem yang dialami sebagian besar negara memiliki dampak signifikan pada kesehatan mental, selain dampak fisik. Beberapa kelompok, termasuk orang yang sudah memiliki riwayat gangguan kesehatan mental sebelumnya, dinilai menjadi sangat rentan.
Disebutkan, panas ekstrem telah sering dikaitkan dengan gangguan kesehatan mental seperti meningkatnya sifat lekas marah, gejala depresi, serta peningkatan angka bunuh diri. Itu juga dapat mempengaruhi perilaku, berkontribusi pada peningkatan agresi, kejadian KDRT, dan peningkatan penggunaan alkohol atau zat lain untuk mengatasi stres.
Beberapa penelitian juga mengaitkan suhu tinggi dengan masalah memori, perhatian, dan waktu reaksi.
Baca juga:Rasa Bersalah Seorang Wartawan

Terapis Suharyono memijat kepala orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dalam perawatan di panti rehabilitasi disabilitas mental Yayasan Jamrud Biru, Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu (14/4/2021). Sebanyak 215 orang dengan gangguan jiwa dirawat di yayasan tersebut. Berbagai tekanan yang dihadapi manusia di tengah pandemi Covid-19 menyebabkan kerentanan pada kesehatan jiwa.
Nyaman
Dengan semua riset itu, lalu, apakah Belanda saat itu mengantongi data-data serupa di atas sehingga memilih daerah dengan suhu sejuk untuk merawat pasien gangguan jiwa? Bisa jadi, meski tidak selengkap data riset di atas, setidaknya Belanda punya pertimbangan tertentu.
”Dibangunnya RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang ini setelah membangun Buitenzorg di Bogor. Artinya, ada banyak perbaikan dengan berkaca dari Buitenzorg. Adapun dipilihnya lokasi ini bisa jadi karena pertimbangan suhu udaranya nyaman sehingga orang bisa tenang,” kata I Wayan Gara (69), konsultan RSJ Lawang.
RSJ Lawang dibangun di atas lahan seluas 350 hektar. Lahan itu terbagi ke dalam lahan sawah 100 hektar, lahan gunung 200 hektar, dan bangunan 50 hektar. Lahan sawah dan gunung tersebut menjadi tempat untuk okupasi.
Kelebihan RSJ ini adalah selain lahan luas, udara sejuk, juga memiliki sumber air melimpah dari lereng Gunung Arjuno (air bersumber dari Sumber Porong, Lawang). RSJ ini dibangun dengan sejumlah perbaikan dibandingkan RSJ sebelumnya yang dibangun di Bogor.

Badan Gunung Arjuno terlihat jelas dari arah Pos Pendakian di Desa Wonorejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, saat cuaca cerah, 6 Juli 2022.
Lawang sendiri adalah wilayah di sisi Utara Kabupaten Malang yang berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan. Secara geografis, wilayahnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan Kota Malang atau sekitar 500 meter di atas permukaan laut (mdpl). Suhu udara di sana 22-32 derajat celsius.
”Dahulu pasiennya kebanyakan petani sehingga di sini dibangunkan sawah agar bisa digunakan sebagai lahan kegiatan bagi mereka yang sudah mulai bisa bekerja. Ini bagian dari terapi. Warga sekitar juga diizinkan menggarap lahan milik RSJ Lawang dengan sistem bagi hasil sehingga lingkungan sekitar kita di sini sudah terbiasa dan ikut memiliki lahan yang digarapnya. Mereka turut mendukung kesembuhan dan penerimaan pasien yang mencoba bangkit dan kembali terjun ke kehidupan sosial,” kata Wayan.
Luasnya lahan RSJ Lawang, menurut dr Yulia Fatima Bessing Sp.KJ(K), dokter kejiwaan di RSJ Lawang, bermanfaat untuk memfasilitasi pasien dalam kegiatan okupasi (kerja/aktivitas kerjasama dengan masyarakat luar). ”Lahan luas dan lokasi sejuk, membuat nyaman dan bagus untuk perkembangan pasien. Sebab, saat itu obat-obatan belum sebanyak sekarang. Berbagai hal diupayakan untuk menyembuhkan pasien. Termasuk, menyediakan lahan bekerja untuk terapi okupasional. Ini penting, sebab, kalau mereka dikembalikan pulang, pada masa itu mereka akan dipasung,” katanya.
Baca juga:Segarnya Air Suci dari Gunung Kawi

Pengunjung menikmati keindahan Taman Harmoni, Surabaya, Sabtu (2/2/2019). Taman Harmoni yang ditanami berankaragama bunga tersebut dibangun di lahan yang sebelumnya tempat pembuangan akhir.
Menurut Yulia, udara sejuk membuat efek cooling down atau tenang. ”Sementara suhu panas cenderung membuat jadi agresif, gerah, mudah marah, dan tidak nyaman. Saat tidak nyaman, tubuh berusaha menetralkan dan itu memengaruhi baterai psikologis kita,” katanya.
Keuntungan RSJ Lawang, dengan lahan luas dan bangunan dibangun terpisah-pisah, menjadikan arsitektur ruangan cukup lega dan memungkinkan sirkulasi udara berjalan baik sehingga tidak dibutuhkan AC untuk menyejukkan ruangan.
Satu hal tak bisa dilupakan, saat membahas tentang suhu dan kondisi kejiwaan, menurut Yulia, adalah keberadaan hormon neurokimiawi di otak bernama serotonin.
”Serotonin adalah hormon neurokimiawi di otak yang berpengaruh terhadap rasa sakit. Kalau serotonin bagus, ambang nyeri seseorang tinggi. Jadi, dia tidak gampang nyeri. Serotonin juga memengaruhi thermo-regulatory (pengatur suhu) di badan. Kalau badan kita tidak nyaman karena panas atau dingin ekstrem, serotonin berperan menjadi thermo-regulator (pengatur suhu) di badan. Saat itulah serotonin fokus mengembalikan kenyamanan tubuh sehingga kemampuan tubuh untuk bisa menghadapi stres lain di luar itu menjadi sulit. Jadi ini akan memengaruhi resiliensi. Orang jadi gampang mengamuk, dan lainnya,” kata Yulia.
Baca juga:Surabaya Berjibaku Menjaga Kebersihan Udara

Taman Bungkul yang asri, Kota Surabaya, Jawa Timur, Kamis (6/1/2022). Walau sudah PPKM Level 1, Pemkot Surabaya masih memberlakukan penutupan ke sejumlah taman utama, salah satunya Taman Bungkul. Taman Bungkul menjadi tujuan wisatawan luar kota sebelum pandemi.
Taman
Selain udara sejuk, melihat ”hijauan” berupa tetumbuhan, hamparan, taman, juga memengaruhi kesehatan mental. ”Melihat hijauan, tumbuhan hijau, juga memengaruhi kesehatan mental. Dibandingkan kalau kita hanya melihat deretan gedung. Faktor ini juga menjadi presipitasi atau percepatan kesembuhan pasien,” kata Yulia.
Sebenarnya, manfaat taman sudah mencuat sejak masa 307-306 Sebelum Masehi (SM) setelah seorang filusuf Yunani Kuno bernama Epicuros menjadikan taman sebagai pusat pergulatan pemikiran. Menurut filusuf yang dikenal melahirkan Mazhab Taman itu, taman menjadi penting sebagai ”ruang” pembelajaran demi pengembangan pribadi di tengah ”neraka” kehidupan. Dari taman, manusia bisa belajar ”kehidupan taman”. Kepastian layu dan kematian (mortalitas) bukan hal untuk ditolak, tapi untuk dipeluk dan diubah menjadi jalan menuju kebahagiaan, menuju ataraksia (ketenangan jiwa).
Di RSJ Lawang, taman menjadi tempat nyaman bagi pasien untuk bercerita pada perawatnya. Hal itu menjadi salah satu pendukung percepatan pemulihan kondisi psikologis pasien.
”Taman menjadi comfort room atau tempat nyaman bagi pasien di ruangan akut sehingga ia lebih cepat untuk bisa pindah ke ruangan intermediate (saat pasien sudah lebih tenang dan bisa berinteraksi serta berkomunikasi dengan pasien lain) dan dilanjutkan dengan terapi vokasi dengan orang lain,” kata Yulia.
Baca juga:Mengembalikan Malang Kota Taman

Sebuah gramafon dan labirin mengisi Taman Cerme di Kota Malang, Jawa Timur, menjadi pembeda taman ini dengan taman-taman lainnya. Suasana Taman Cerme tampak lengang, Selasa (10/8/2021).
Jumlah pasien rawat inap harian di RSJ Lawang sebanyak 200 orang (dari total 400 tempat tidur). Di rumah sakit ini, rata-rata pasien dirawat di ruang terapi akut selama 2-3 hari (jika tanpa sebab organik seperti kejang atau kondisi fisik lain yang butuh perawatan). Pasien dirawat di RSJ Lawang rentang usia terbanyak 26 tahun-35 tahun (jumlahnya 23-26 persen), disusul usia 36-45 tahun. Rata-rata dialami pasien adalah dengan diagnosis skizofrenia (orang mengalami sesuatu yang membuat dia tidak bisa melihat realitas seperti realitas karena misalnya ada halusinasi dan delusi), depresi, bipolar, dan lainnya.
Dengan semua hal di atas, pilihan Belanda membangun RSJ Lawang bisa jadi mempertimbangkan hal-hal tersebut. Mungkin, dahulu sudah ada pemahaman bahwa suhu sejuk baik untuk perawatan gangguan kejiwaan. Keputusan itu mungkin bukan berdasar riset ilmiah di atas. Namun, setidaknya didasari pada observasi atau pengamatan sebelumnya.