Sempat Terkendala Anggaran, Pembebasan Lahan Tol ke IKN Diklaim Berlanjut
Pembebasan lahan proyek Tol Balikpapan-IKN yang sempat terkendala anggaran diklaim sudah bisa dilanjutkan. Pemerintah menyebutkan, anggaran tersebut sudah diputuskan melalui Lembaga Manajemen Aset Negara.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Pembebasan lahan proyek Tol Balikpapan-Ibu Kota Nusantara atau IKN yang sempat terkendala anggaran diklaim sudah bisa dilanjutkan. Pemerintah menyebutkan, anggaran tersebut sudah diputuskan melalui Lembaga Manajemen Aset Negara dan bisa digunakan dalam waktu dekat.
Seperti diberitakan sebelumnya, tol yang tengah digarap pemerintah itu adalah akses bebas hambatan menuju IKN. Saat ini, ada tiga segmen yang dikerjakan, yakni Seksi 3A Karangjoang-Kaltim Kariangau Terminal (KKT) sepanjang 12,66 kilometer, Seksi 3B KKT-Simpang Tempadung sepanjang 7,32 kilometer, dan Seksi 5A Simpang Tempadung-Jembatan Pulau Balang sepanjang 6,675 kilometer.
Progres pengerjaan ketiga proyek itu saat ini belum mencapai 6 persen lantaran sejumlah lahan belum dibebaskan. Sebelumnya, pemerintah menyatakan, salah satu masalahnya adalah anggaran yang belum tersedia. Kini, persoalan tersebut diklaim sudah menemukan jalan keluar.
”Sudah diputuskan melalui Lembaga Manajemen Aset Negara. Anggarannya tersedia. Nominalnya saya belum tahu karena dalam proses revisi. Kemungkinan minggu-minggu ini sudah ada (nominalnya),” ujar Ketua Satgas Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur IKN Danis H Sumadilaga ketika dihubungi, Jumat (10/2/2023).
Dengan begitu, kata Danis, kegiatan pembebasan lahan bisa dilanjutkan bulan ini. Ia menargetkan, proses pembebasan lahan yang sempat terhenti bisa diselesaikan sampai Maret 2023. Menurut catatan Danis, saat ini seksi 3A merupakan yang paling kecil progresnya lantaran pembebasan lahan yang belum beres.
Pengerjaan Seksi 3A saat ini baru 1-2 persen. Adapun seksi 3B jauh lebih baik sekitar 4-5 persen. Terakhir, seksi 5A yang terletak di dekat Jembatan Pulau Balang sudah dikerjakan sekitar 6-7 persen.
Koridor satwa
Ketiga seksi tersebut berada di Kota Balikpapan. Jalan itu nantinya menghubungkan Tol Balikpapan-Samarinda menuju Jembatan Pulau Balang dan bercabang menuju IKN. Meski tidak melewati hutan lindung, proyek tersebut bersisian dengan Hutan Lindung Sungai Wain.
Kelompok Kerja (Pokja) Pesisir, organisasi nonpemerintah yang fokus di isu lingkungan dan pesisir, menemukan sejumlah pembukaan lahan di hutan darat yang menyambungkan Hutan Lindung Sungai Wain dengan hutan pesisir. Organisasi ini meminta pemerintah tidak mengabaikan perilaku satwa yang memanfaatkan hutan itu untuk berpindah dari hutan lindung ke hutan di sekitarnya, termasuk hutan pesisir.
”Dari temuan kami di lapangan, sejumlah pekerja mengaku sempat melihat siluet orangutan berdiri dan melintas. Kami juga menemukan jejaknya,” kata Direktur Eksekutif Pokja Pesisir Mappaselle.
Ia mengatakan, dari 64 jenis satwa yang hidup di Hutan Lindung Sungai Wain, 29 di antaranya berstatus dilindungi, salah satunya orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus). Ia memperkirakan orangutan yang dilihat para pekerja itu sedang menjelajah dari hutan lindung ke hutan di sekitarnya.
Mappaselle mendorong pemerintah agar membuat koridor satwa dalam pembangunan jalan tersebut, termasuk dalam proses pembangunan. Tujuannya, agar satwa bisa berpindah dari hutan lindung menuju hutan di sekitarnya dengan nyaman tanpa harus berkonflik dengan manusia atau ke kebun warga.
Ia pun merekomendasikan agar lahan berbukit dipertahankan. Itu, katanya, bisa dimanfaatkan sebagai terowongan untuk satwa melintas. Selain itu, ia meminta pemerintah tidak merusak aliran sungai yang airnya dimanfaatkan satwa. Sebab, dari penelusuran timnya, mereka menemukan beberapa anak sungai yang alirannya sudah dibuka sehingga menimbulkan genangan.
Sebelumnya, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Kalimantan Timur Junaidi mengatakan, pembangunan jalan itu memang sedang dikebut pemerintah. Sebab, jalan tol tersebut ditargetkan selesai Juni 2024.
Mengenai koridor satwa, ia menjelaskan, pemerintah sudah membuat desain jembatan agar satwa dari Hutan Lindung Sungai Wain bisa bermigrasi tanpa harus berhadapan dengan manusia. Jalan tol yang sedang dibangun pun tidak dibuat lurus, tetapi berkelok untuk menghindari kawasan hutan lindung.
”Di desain kita ada jembatan satwa, sudah ada dua titik,” kata Junaidi.