Perikanan Nias Utara Butuh Dukungan Infrastruktur dan Jalur Distribusi
Nias Utara memiliki potensi perikanan melimpah, seperti lobster, teripang, kerapu, dan kepiting, dengan kualitas terbaik. Namun, pengembangan perikanan di pesisir Sumut itu terkendala jalur distribusi panjang dan mahal.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
NIAS UTARA, KOMPAS — Kabupaten Nias Utara, Sumatera Utara, yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia, memiliki potensi perikanan cukup besar. Daerah itu menghasilkan lobster, teripang, kerapu, kepiting, dan berbagai produk perikanan lain dengan kualitas terbaik. Namun, pengembangan perikanan di pesisir barat Sumut itu masih terkendala terbatasnya infrastruktur dan jalur distribusi logistik yang panjang.
Wakil Bupati Nias Utara Yusman Zega dalam keterangannya, Jumat (13/1/2023), mengatakan, potensi perikanan di daerahnya dilirik dalam pertemuan B20 yang merupakan bagian dari Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali pada November 2022. ”Sebagai tindak lanjut, sejumlah investor telah berkunjung melihat potensi perikanan Nias Utara,” kata Yusman.
Yusman menyebut, investor sangat tertarik membeli dan memasarkan produk lobster dari Nias Utara karena mempunyai nilai sangat tinggi. Namun, mereka masih terkendala masalah pengiriman karena lobster harus dikirim dengan jalur yang sangat panjang, yakni dengan rute Nias Utara-Bandara Bineka Gunung Sitoli-Medan-Jakarta-Singapura.
Pengiriman dengan kargo penerbangan itu membutuhkan waktu dua hingga empat hari. Padahal, lobster harus tetap hidup dengan waktu pengiriman maksimal 18 jam. ”Harapan kami, pemerintah pusat membuka penerbangan langsung dari Nias ke Singapura atau Nias ke Jakarta sehingga waktu pengiriman produk maritim bisa dipersingkat,” kata Yusman.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Nias Utara Sabar Jaya Telaumbanua menjelaskan, selain jalur distribusi, di Nias Utara juga masih sangat minim infrastruktur perikanan, seperti cold storage (gudang berpendingin) dan pelabuhan perikanan. Teknologi tangkap nelayan juga masih sangat tradisional dan jumlah kapal nelayan terbatas.
”Meski demikian, perikanan menjadi salah satu penopang utama ekonomi di Nias Utara. Ada lebih dari 3.000 orang yang merupakan nelayan dengan produksi ikan tangkap total sekitar 15.000 ton per tahun,” kata Sabar.
Akan tetapi, kata Sabar, harga jual ikan tangkap yang didapat nelayan di Nias Utara sangat rendah dibanding harganya di konsumen. Sebagian besar hasil perikanan itu dikirim ke Kota Sibolga dan Medan.
Ikan-ikan berkualitas dan lobster jenis premium dikirim ke Jakarta hingga Singapura. Namun, harganya sangat rendah karena harus dipotong biaya distribusi yang sangat panjang dan mahal.
Sabar menyebut, produk perikanan unggulan dari Nias Utara adalah lobster, teripang, kepiting, dan kerapu. Untuk lobster, Nias Utara menghasilkan sekitar 15 ton per tahun. Saat hasil tangkapan sedang banyak, para nelayan di daerah itu bisa mendapat 2 ton lobster per bulan
Adapun saat tangkapan sedikit, para nelayan paling tidak bisa mendapat 500 kilogram lobster per bulan. Saat ini, beberapa pengusaha mulai membudidaya lobster dan akan mulai panen.
Di Nias Utara, masyarakat juga mengembangkan pengolahan teripang, ikan teri, ikan asap, dan gurita. Di sana juga terdapat lokasi tangkapan nelayan yang menjadi pemasok utama perikanan kerapu, kepiting bakau, dan tuna. Sebagian besar ikan ditangkap nelayan tradisional.
Perikanan menjadi salah satu penopang utama ekonomi di Nias Utara (Sabar Jaya Telaumbanua).
Sabar menyebut, potensi perikanan Nias Utara telah disampaikan pada pertemuan B20. Bupati Nias Utara Amizaro Waruwu bertemu dengan sejumlah pimpinan perusahaan yang tertarik berinvestasi ketika itu.
Pelaku bisnis pun berharap dibuka penerbangan langsung dari Nias-Jakarta atau Nias-Singapura. Penerbangan Nias-Jakarta sebelumnya sudah pernah dibuka, tetapi ditutup sejak pandemi Covid-19. Penerbangan itu sangat penting untuk memperluas pemasaran hasil perikanan dari Nias Utara.