Setelah mengalami keterpurukan akibat pandemi Covid-19, pariwisata dan ekonomi Bali kini mulai bangkit. Dibutuhkan pendekatan pariwisata yang berbeda pascapandemi melanda.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·6 menit baca
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Pengunjung menikmati suasana di area restoran Jendela Bali yang berlokasi di kawasan Garuda Wisnu Kencana Cultural Park, Ungasan, Kuta Selatan, Badung, Sabtu (17/12/2022).
Pariwisata masih menjadi napas Bali. Bergerak pulih pada 2022, sektor pariwisata mendorong kebangkitan perekonomian Bali. Presidensi G20 Indonesia, yang puncaknya digelar di Bali, pertengahan November 2022, mengangkat kembali Bali sebagai destinasi unggulan dunia.
Situasi ini memberikan kesegaran etelah sebelumnya pandemi Covid-19 memurukkan ekonomi Bali. Pariwisata di Bali mengalami masa puasa panjang, sekitar dua tahun, akibat terjangan ”gering agung” atau wabah penyakit yang ditimbulkan oleh virus Covid-19.
Hal itu terlihat jelas dari konstraksi perekonomian Bali yang dalam, mencapai -9,31 persen pada 2022 (year on year)dan sebesar -2,47 persen pada 2021.
Dampak sepinya aktivitas pariwisata sangat dirasakan warga Bali, termasuk Wayan Mudita (36). Lelaki asal Kabupaten Klungkung yang berprofesi sebagai sopir kendaraan sewa di kawasan Nusa Dua, Kabupaten Badung, itu mengaku dua tahun tanpa tamu memberikan tekanan berat pada kehidupannya yang selama ini mengandalkan kunjungan wisatawan. ”Tamu kosong selama pandemi Covid-19,” tutur Mudita, awal November 2022.
Namun, apa yang dirasakan Mudita kini sudah berlalu. Ketika membacakan pidato akhir tahun 2022, Jumat (30/12/2022), Gubernur Bali Wayan Koster menyatakan seluruh pelaku usaha pariwisata di Bali kini sudah dapat tersenyum berseri kembali. ”Hunian hotel sudah penuh, restoran ramai pengunjung, juga obyek wisata dikerumuni lagi,” kata Koster pidato yang juga menjadi peringatan empat tahun kepemimpinan Wayan Koster dan Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati sebagai Gubernur Bali dan Wakil Gubernur Bali di panggung terbuka Ardha Candra Taman Budaya Bali.
Kawasan Kuta di Kabupaten Badung menjadi kawasan wisata populer di Bali. Suasana di area Kuta, Badung, Jumat (30/12/2022).
Koster menyebutkan, jumlah wisatawan domestik yang datang ke Bali sejak Januari 2022 sampai 28 Desember 2022 mencapai 3,9 juta orang atau sebesar 37,1 persen dari situasi normal pada 2019. Sementara kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 2,3 juta orang atau sebesar 36,5 persen dari situasi normal pada 2019.
Adapun Badan Pusat Statistik Provinsi Bali mencatat, jumlah kedatangan langsung wisman ke Bali padaJanuari 2022-November 2022 sebanyak 1.778.471 kunjungan. Peningkatan jumlah kunjungan wisman ke Bali mulai Februari 2022.
Dalam kurun Januari-November 2022, puncak kedatangan wisman ke Bali terjadi pada Oktober 2022 sebanyak 305.244 kunjungan. Adapun pada November 2022, jumlah kedatangan wisman ke Bali menurun menjadi 287.398 kunjungan.
Namun, hal itu tetap menggembirakan mengingat selama Januari-Desember 2021 jumlah wisman yang langsung datang ke Bali hanya 51 kunjungan. Selama November 2021, misalnya, tercatat hanya enam kunjungan. Bali bahkan nihil kunjungan wisman di bulan Juli, Agustus, September, dan Desember 2021.
Peningkatan jumlah kunjungan terjadi menyusul kebijakan pemerintah membuka kembali penerbangan internasional pada 14 Oktober 2021. Setelah itu, rangkaian pertemuan presidensi G20 Indonesia berkontribusi penting dan besar dalam mempercepat pemulihan pariwisata dan perekonomian Bali. Koster menyatakan, pertemuan Presidensi G20 Indonesia itu merupakan promosi luar biasa bagi Bali.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, menjadi gerbang utama Bali. Suasana di area Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Jumat (30/12/2022).
Laporan Bank Indonesia Provinsi Bali awal November 2022 menyebutkan, kegiatan presidensi G20 Indonesia turut menyumbang terhadap pertumbuhan ekonomi Bali pada semester kedua 2022. Sektor akomodasi, makanan, dan minuman menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi daerah disusul sektor pertanian, sektor konstruksi, dan sektor perdagangan. ”KTT G20 memberi sumbangsih sekitar 1 persen terhadap PDB Bali,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho.
BPS mencatat perekonomian Bali selama triwulan ketiga, Juli-September 2022, mengalami pertumbuhan sebesar 8,09 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Saat yang sama, ekonomi nasional tercatat bertumbuh sebesar 5,72 persen. Kondisi itu menunjukkan pertumbuhan ekonomi Bali pascapandemi Covid-19 melampaui pertumbuhan ekonomi nasional.
Tantangan ke depan
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Suasana di Pantai Kuta, Badung, Jumat (30/12/2022). Kawasan wisata pantai di Badung, Bali, sudah diramaikan kunjungan wisatawan, termasuk wisatawan mancanegara.
Pandemi Covid-19 memberikan pembelajaran berharga bagi dunia, termasuk Indonesia dan Bali. Sebelum pandemi Covid-19 menghadang, kunjungan wisata ke Bali rata-rata dikunjungi 6 juta wisman dan sekitar 10 juta wisatawan domestik setiap tahun. Meskipun saat ini kunjungan wisman ke Bali sudah bergerak ke arah pemulihan, persoalan lain menghadang di depan mata.
Dalam acara perayaan ke-42 Hari Pariwisata Dunia, yang dilangsungkan dari Nusa Dua, Badung, Selasa (27/9/2022), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno menyatakan, saat ini dunia pariwisata sedang menghadapi banyak tantangan, mulai dari pandemi hingga krisis global. Singkatnya, menurut Sandiaga, dunia sedang menghadapi era gejolak atau volatilitas, ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas (volatility, uncertainty, complexity, ambiguity).
”Namun, saya optimistis kita bisa bertahan,” kata Sandiaga. Ia mengingatkan, para pelaku pariwisata harus yakin dan selalu siap menghadapi tantangan yang ada di depan, mulai dari krisis ekonomi, inflasi, hingga krisis pangan, yang semuanya merupakan hal mendasar di sektor pariwisata,” ujar Sandiaga.
Sebelumnya, dalam pertemuan Tourism Working Group ke-2 di Nusa Dua, Bali, Jumat (23/9/2022), Head of Delegate The World Tourism Organization (UNWTO) Sandra Carvao menyatakan, tahun 2022 merupakan masa pemulihan sektor pariwisata setelah mengalami masa yang berat selama 2020.
Peluang di pasar domestik ini harus ditangkap dan dikelola dengan baik. (I Made Mendra Astawa)
Laporan UNWTO menunjukkan sejumlah wilayah mengindikasikan pemulihan, misalnya, wilayah Eropa, pariwisata sudah pulih 74 persen dibandingkan masa sebelum pandemi Covid-19, wilayah Amerika mencapai 65 persen, dan wilayah Timur Tengah mencapai 76 persen.
Sementara pemulihan wilayah Asia Pasifik dinyatakan masih tertinggal, yakni sebesar 14 persen. Meski demikian, Sandra menyatakan pihaknya optimistis pemulihan akan bergerak signifikan, termasuk di wilayah Asia Pasifik.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Wisatawan mengunjungi Desa Penglipuran, sebuah desa wisata unggulan di Kabupaten Bangli, Minggu (11/12/2022). Desa wisata juga menopang keberadaan destinasi di Indonesia.
Pemulihan sektor pariwisata di Indonesia, termasuk di Bali, juga didukung oleh bertambahnya rute penerbangan internasional, khususnya di bandara-bandara yang dikelola PT Angkasa Pura I (Persero). Selama kurun Oktober-November 2022, PT Angkasa Pura I sudah mereaktivasi 51 reaktivasi rute penerbangan dan membuka rute penerbangan baru, baik rute internasional maupun rute domestik.
Khusus di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, PT Angkasa Pura I melayani 13 rute internasional dan lima rute domestik, yang merupakan rute reaktivasi dan rute baru.
Potensi domestik
Secara terpisah, Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata (Forkom Dewi) Provinsi Bali I Made Mendra Astawa mengatakan, kesuksesan Indonesia menyelenggarakan KTT G20 2022 menjadi momen penting dalam kebangkitan pariwisata, khususnya pariwisata Bali. Mendra menilai, di balik berbagai tantangan dan ancaman krisis secara global, termasuk ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukrania, masih terbuka peluang dan optimisme pemulihan pariwisata Indonesia.
”Indonesia memiliki 270 juta lebih penduduk,” kata Mendra. Wisatawan domestik itu berpotensi besar tetapi belum dikelola dengan baik.
”Market domestik di Indonesia begitu besar. Wisatawan domestik adalah wisatawan yang paling setia di setiap kondisi. Peluang di pasar domestik ini harus ditangkap dan dikelola dengan baik,” ujar Mendra.
Pemerintah di era Presiden Joko Widodo, menurut Mendra, sudah banyak memperbaiki dan membangun sarana infrastruktur, termasuk jalan tol, yang juga memudahkan pergerakan wisata di dalam negeri. Pembangunan infrastruktur itu juga dinilai semakin memudahkan akses wisata ke destinasi. Kemudahan-kemudahan yang sudah disiapkan itu, menurut dia, harus dioptimalkan kalangan usaha pariwisata.
Mendra mencontohkan, pengelola perjalanan wisata dapat membuat produk wisata dalam negeri yang lebih menarik dengan harga terjangkau bagi wisatawan domestik. ”Termasuk pula menawarkan potensi desa wisata yang ada di Nusantara,” kata Mendra.