Pemkab Magelang Siap Hadapi Berbagai Kemungkinan Erupsi Merapi
Pemkab Magelang bersama pihak terkait telah menyiapkan diri untuk menghadapi berbagai kemungkinan erupsi Gunung Merapi. Kesiapan itu penting karena Merapi masih terus menunjukkan aktivitas vulkanik, termasuk deformasi.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, bersama pihak-pihak terkait telah menyiapkan diri untuk menghadapi berbagai kemungkinan erupsi Gunung Merapi. Kesiapan itu penting karena Gunung Merapi masih terus menunjukkan aktivitas vulkanik, termasuk mengalami deformasi atau perubahan bentuk tubuh gunung.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang M Muzamil mengatakan, ada sejumlah skenario yang telah disiapkan untuk menghadapi bahaya erupsi Gunung Merapi. Skenario disiapkan oleh BPBD Kabupaten Magelang bersama masyarakat setempat.
”Apakah nantinya harus mengevakuasi warga di lima desa atau harus mengevakuasi semua warga di 19 desa di seluruh wilayah KRB (kawasan rawan bencana) III erupsi Merapi, semua kegiatan tersebut tetap bisa dijalankan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena sejak lama kami di sini sudah siap dengan banyak skenario untuk menghadapi bahaya erupsi,” ujarnya, Kamis (17/11/2022).
Sebelumnya, pada akhir tahun 2020, warga dari lima desa di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, sempat mengungsi hingga Februari 2021 karena adanya peningkatan aktivitas Gunung Merapi. Sementara itu, sebanyak 19 desa yang termasuk dalam wilayah KRB III erupsi Merapi tersebar di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Dukun, Srumbung, dan Sawangan.
Muzamil memaparkan, Kabupaten Magelang memiliki 39 tempat evakuasi akhir (TEA) yang pada kondisi normal mampu menampung sekitar 5.400 orang. Namun, karena situasi pandemi Covid-19, sebanyak 39 TEA itu hanya mampu menampung sekitar 2.700 orang atau 50 persen dari kapasitas normal.
Meski begitu, Muzamil mengatakan, BPBD Kabupaten Magelang sudah berupaya mengantisipasi kekurangan tempat pengungsian. Salah satunya dengan meminta kesediaan warga di lokasi aman untuk menyiapkan rumahnya untuk menampung pengungsi.
”Warga dan pemerintah desa di lereng Merapi juga sudah bergerilya sendiri untuk mencari-cari rumah warga yang bisa menjadi sasaran untuk menampung pengungsi,” tuturnya.
Muzamil menuturkan, BPBD Kabupaten Magelang juga sudah mendata warga di KRB III yang memiliki keluarga di luar wilayah bahaya. Warga dan keluarganya ini sedari awal sudah disiapkan untuk saling berkoordinasi terkait tempat pengungsian. Oleh karena itu, tempat pengungsian di rumah keluarga siap digunakan kapan saja dibutuhkan.
Menurut Muzamil, selama ini masyarakat di lereng Gunung Merapi sudah terbiasa mengungsi secara mandiri jika ada peningkatan aktivitas vulkanik. ”Kami dari BPBD hanya membantu menyediakan kendaraan serta sarana prasarana apa pun yang dibutuhkan untuk evakuasi,” katanya.
Muzamil menambahkan, dengan kemandirian warga, BPBD Kabupaten Magelang tidak merasa perlu menyiapkan strategi atau metode baru untuk menghadapi bahaya erupsi Merapi. Namun, BPBD Kabupaten Magelang tetap berupaya meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan warga dengan cara berulang kali melakukan simulasi evakuasi.
Sementara itu, sejumlah warga di lereng Gunung Merapi mengaku tidak merasa cemas ataupun khawatir dengan kondisi gunung api tersebut. Sekalipun Merapi sering kali mengeluarkan suara gemuruh dan kepulan asap, mereka menganggap hal itu sebagai aktivitas biasa saja.
”Sejauh ini, kami santai saja. Kalau takut dan khawatir secara berlebihan, kami justru tidak bisa bekerja atau melakukan aktivitas apa pun di desa,” ujar Sudasri, warga Dusun Babadan I, Desa Paten, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, yang berjarak sekitar 5 kilometer dari puncak Merapi.
Sudasri mengaku sudah biasa mendengar suara gemuruh dari Gunung Merapi. Suara tersebut biasanya terdengar jelas pada dini hari. Selain itu, Sudasri juga mengaku beberapa kali melihat kepulan asap pada siang hari. Sementara itu, pada malam hari, dia sering melihat semburat merah yang merupakan lelehan lava pijar dari Gunung Merapi.
Hal serupa juga diungkapkan oleh warga Dusun Babadan II, Desa Paten, Teimuri Suchini. Karena sudah sering dilihat dan didengar, segala aktivitas Gunung Merapi dianggap sebagai hal biasa saja.
Meski begitu, warga pun tetap waspada. Sejumlah warga juga menyiapkan tas berisi berbagai perlengkapan kebutuhan sehari-hari yang bisa langsung dibawa saat harus mengungsi.
Warga dan pemerintah desa di lereng Merapi juga sudah bergerilya sendiri untuk mencari-cari rumah warga yang bisa menjadi sasaran untuk menampung pengungsi.