Kondisi Membaik, 4 Pasien Gagal Ginjal di RSUP Dr Sardjito Diizinkan Pulang
Empat pasien gagal ginjal akut di Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito diizinkan pulang karena kondisinya membaik. Sebelumnya, empat pasien itu mengalami gagal ginjal akut derajat berat.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Empat pasien gangguan ginjal akut di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, diizinkan pulang karena kondisinya membaik. Empat pasien yang masih anak-anak itu dirawat di RSUP Dr Sardjito dengan kondisi gangguan ginjal akut derajat berat. Namun, setelah menjalani perawatan, fungsi ginjal mereka telah membaik.
”Dari 13 pasien yang dilaporkan di RSUP Dr Sardjito, yang sudah rawat jalan itu ada empat pasien,” kata Ketua Tim Penanganan Gangguan Ginjal Akut RSUP Dr Sardjito Retno Palupi, Selasa (25/10/2022), di Sleman.
Retno memaparkan, dari dua pasien yang telah diizinkan pulang itu, dua di antaranya berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan dua lainnya dari Jawa Tengah. Saat masuk ke RSUP Dr Sardjito, empat pasien itu mengalami gangguan ginjal akut stadium tiga atau derajat berat. Keempatnya kemudian menjalani perawatan sesuai tata laksana untuk penanganan pasien gangguan ginjal akut.
Para pasien itu juga tidak diberi obat khusus, misalnya Fomepizole yang disebut sebagai obat penawar atau antidotum untuk gangguan ginjal akut. ”Terapi yang diberikan sesuai dengan penanganan gangguan ginjal akut, misalnya pemenuhan kebutuhan cairan. Kemudian apabila ada infeksi, kami atasi infeksinya dengan antibiotik,” kata Retno.
Setelah menjalani perawatan selama dua hingga tiga minggu, kondisi empat pasien itu ternyata mulai membaik. Retno menyebut, fungsi ginjal empat pasien tersebut telah normal atau mendekati normal. Namun, dia mengatakan, dari empat pasien yang telah pulang dari rumah sakit itu, satu orang di antaranya masih harus menjalani cuci darah.
Retno menambahkan, dari 13 pasien gangguan ginjal akut yang dilaporkan di RSUP Dr Sardjito, ada tujuh orang yang meninggal. Namun, satu dari tujuh pasien meninggal itu telah dikeluarkan dari daftar pasien gangguan ginjal akut progresif atipikal. Hal ini karena satu orang pasien tersebut ternyata mengalami penyakit autoimun.
Hingga sekarang, kata Retno, masih ada dua pasien yang menjalani rawat inap di RSUP Dr Sardjito. Namun, dua pasien anak-anak tersebut tidak lagi dirawat di ruang perawatan intensif. ”Mereka dirawat di ruang bangsal anak biasa,” katanya.
Saat masuk ke RSUP Dr Sardjito, empat pasien itu mengalami gagal ginjal akut stadium tiga atau derajat berat.
Hasil biopsi
Selain melakukan perawatan, tim medis RSUP Dr Sardjito juga melakukan biopsi atau pengambilan contoh jaringan ginjal pada tiga pasien yang mengalami gangguan ginjal akut progresif atipikal.
”Hasil biospi tiga pasien itu ada gangguan di tubulus ginjal atau pipa-pipa ginjal. Di pipa-pipa ginjal itu ada nekrosis atau mengalami kematian jaringan dan ada proses kerusakan,” ungkap Retno.
Retno menuturkan, berdasarkan hasil biopsi tersebut, tim RSUP Dr Sardjito tidak menemukan adanya kristal di dalam ginjal tiga pasien tersebut. Dia menambahkan, dari 13 pasien gangguan ginjal akut yang dilaporkan di RSUP Dr Sardjito, 5 orang punya riwayat mengonsumsi obat dalam bentuk sirop. Sementara itu, 8 pasien lain tidak memiliki riwayat konsumsi obat sirop.
Meski begitu, tim RSUP Dr Sardjito belum bisa menyimpulkan penyebab terjadinya gangguan ginjal akut pada beberapa pasien itu. Anggota tim medis Divisi Nefrologi Anak RSUP Dr Sardjito, Kristia Hermawan, menyatakan, tim telah melakukan pengambilan sampel darah dan urine dari beberapa pasien gagal ginjal akut. Sampel itu kemudian dikirim ke Jakarta untuk diperiksa di laboratorium.
Pemeriksaan itu dilakukan untuk mengetahui apakah darah dan urine para pasien itu mengandung senyawa etilen glikol (EG) atau dietilen glikol (DEG). Hal ini karena ada dugaan penyakit gangguan ginjal akut itu disebabkan oleh senyawa EG dan DEG yang terdapat dalam obat sirop.
Namun, Kristia menyebut, tim RSUP Dr Sardjito belum mendapatkan hasil dari pemeriksaan tersebut. Oleh karena itu, belum diketahui apakah ada kandungan EG dan DEG dalam darah dan urine pada pasien gangguan ginjal akut yang dirawat di RSUP Dr Sardjito.
”Kami mengirimkan sampel ke Jakarta untuk melihat apakah didapatkan kadar EG dan DEG dalam darah ataupun urine. Hanya saja, sampai saat ini, kami belum mendapatkan hasilnya,” tutur Kristia.