Enam Anak Meninggal akibat Gagal Ginjal Akut di DIY
Pasien yang meninggal paling muda baru berusia tujuh bulan. Pasien hanya mengonsumsi air susu ibu dan makanan pendamping yang organik.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Enam anak dilaporkan meninggal dunia akibat gagal ginjal akut di Daerah Istimewa Yogyakarta. Peningkatan kasus terjadi secara signifikan selama beberapa bulan terakhir. Penyebab paparan penyakit belum bisa diketahui. Sebagian pasien meninggal dalam usia kurang dari satu tahun.
Jumlah tersebut dicatatkan dalam periode waktu Januari hingga Oktober 2022. Tiga kasus berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tiga kasus lainnya berasal dari provinsi berbeda, yakni Jawa Tengah dan Jawa Timur. Semua pasien sempat dirawat secara intensif di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito yang menjadi rujukan guna penanganan penyakit itu.
”Penyebab jelasnya untuk pasien sampai terkena gangguan ginjal ini masih dalam penyelidikan. Jadi, kami mengirimkan sampel para pasien ke Badan Litbangkes Jakarta. Ini menindaklanjuti adanya imbauan untuk pengiriman sampel deteksi toksin,” kata dokter spesialis anak RSUP Dr Sardjito, Kristia Hermawan, saat ditemui di RSUP Dr Sardjito, Kabupaten Sleman, DIY, Rabu (19/10/2022).
Sebagian pasien, lanjut Kristia, dirujuk ke rumah sakit dalam kondisi berat. Tingkat keparahan gangguan ginjal yang dialami mencapai stadium tiga. Beberapa ada pula yang disertai dengan gangguan organ lainnya, seperti hati, jantung, dan saraf. Masa kritis yang dialami pasien sebelum mengembuskan napas terakhirnya juga berbeda-beda. Mulai dari tiga hari hingga satu minggu.
Pasien yang meninggal paling muda baru berusia tujuh bulan. Pasien tersebut berasal dari Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bahkan, dari informasi yang dikumpulkan rumah sakit, pasien hanya mengonsumsi air susu ibu (ASI) dan makanan pendampingnya yang juga cenderung organik, bukan makanan-makanan kemasan. Meski demikian, gangguan ginjal tetap dialami.
”Kami selalu tanyakan soal riwayat konsumsinya. Memang, ada beberapa yang terbiasa mengonsumsi makanan kemasan. Tetapi, ada juga yang tidak sama sekali seperti kasus pasien berusia tujuh bulan,” kata Kristia.
Selain kasus meninggal, terdapat pula empat kasus lainnya yang masih dirawat di RSUP Dr Sardjito. Satu anak ditangani di ruang perawatan intensif, sedangkan tiga anak lainnya sudah ditangani di bangsal perawatan. Semuanya berada dalam pantauan ketat pihak rumah sakit.
Tiga kasus lainnya juga dilaporkan telah mengalami kesembuhan. Mereka sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Namun, ada salah seorang pasien yang masih mengalami gangguan saraf setelah terjangkit gangguan ginjal akut.
Apabila dilihat secara keseluruhan, artinya dalam kurun waktu Januari hingga Oktober, telah tercatat 13 kasus gagal ginjal akut pada anak. Laju kenaikannya semakin tinggi dalam beberapa waktu terakhir. Pada periode Januari-Juli hanya tercatat tiga kasus. Jumlahnya meningkat menjadi empat kasus selama Juli-September. Sementara selama September-Oktober sudah tercatat enam kasus.
”Kami memang melihat polanya (yang terkena) anak-anak di bawah lima tahun. Yang sebelumnya hanya satu atau dua kasus sebulan. Beberapa bulan terakhir lebih dari itu. Penyebabnya terus ditelusuri,” kata pakar nefrologi RSUP Dr Sardjito, Retno Palupi.
Retno menambahkan, butuh waktu untuk mencari penyebab pasti paparan gagal ginjal akut. Risiko kematian juga tidak mudah diatasi. Tantangannya terdapat pada tubuh anak-anak yang masih kecil dan rentan. Masa pemulihan juga membutuhkan waktu yang panjang. Penanganan memerlukan kehati-hatian penuh. Jangan sampai langkah-langkah penanganan justru memperparah gejala klinis yang tengah dialami anak tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembajun Setyaningastutie mengimbau agar para orangtua semakin memperhatikan kondisi kesehatan anak masing-masing. Mereka diharapkan memantau produksi urine sehari-hari dari anak-anak mereka. Konsumsi air putih anak-anak juga perlu dijaga agar mereka selalu terhidrasi guna menghindari paparan gagal ginjal. Hendaknya anak-anak juga segera dibawa ke fasilitas layanan kesehatan jika mengalami gejala-gejala penyakit serupa.
Kami memang melihat polanya anak-anak di bawah lima tahun. Yang sebelumnya hanya satu atau dua kasus sebulan.
Di sisi lain, Pembajun mengungkapkan, pihaknya juga mengikuti arahan pemerintah pusat untuk tak menggunakan obat berjenis sirup dalam beberapa waktu ke depan. Ia menanti hasil penelitian pemerintah pusat atas penyebab terjadinya gagal ginjal akut yang marak pada anak-anak belakangan ini.
”Ya, surat edaran itu mari kita lakukan bersama-sama. Tetapi, itu memang masih dalam penelitian. Supaya tidak bertambah lagi kasusnya, sementara kita lakukan itu. Bila anak usia balita sampai 18 tahun demam, berhati-hati. Untuk menurunkan demam bisa dikompres terlebih dahulu sambil memperbanyak asupan air,” kata Pembajun.