Pembangunan Dimulai, Tol Gilimanuk–Mengwi di Bali Ditarget Selesai 2025
Pembangunan konstruksi Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi di Provinsi Bali resmi dimulai. Pembangunan jalan tol sepanjang 96,9 kilometer di sisi selatan Bali tersebut ditargetkan rampung pada tahun 2025.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Pembangunan Jalan Tol Gilimanuk–Mengwi di Provinsi Bali resmi dimulai. Pembangunan jalan tol sepanjang 96,9 kilometer di sisi selatan Bali tersebut ditargetkan rampung pada tahun 2025. Nilai investasi untuk proyek tersebut mencapai Rp 24,6 triliun.
Dimulainya pembangunan Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi ditandai dengan prosesi nasarin atau peletakan batu pertama, Sabtu (10/9/2022). Peletakan batu pertama jalan tol yang diberi nama Jalan Tol Jagat Kerthi Bali itu dilakukan di wilayah Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Bali.
Acara tersebut dihadiri Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Gubernur Bali Wayan Koster, Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Hedi Rahadian, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Danang Parikesit, serta Direktur Utama PT Tol Jagat Kerthi Bali Tito Sulistio.
Jalan Tol Jagat Kerthi Bali menjadi jalan tol kedua di Bali setelah Jalan Tol Bali Mandara. Pengusahaan pembangunan Jalan Tol Gilimanuk–Mengwi dikerjakan konsorsium dari PT Sumber Rhodium Perkasa bersama PT Cipta Sejahtera Nusautama dan PT Bumi Sentosa Dwi Agung melalui PT Tol Jagat Kerthi Bali.
Adapun nilai investasi pembangunan Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi disebutkan mencapai Rp 24,6 triliun. Proyek jalan tol itu termasuk proyek strategis nasional yang diharapkan akan meningkatkan konektivitas antarpusat pertumbuhan ekonomi dan juga menumbuhkan keseimbangan pembangunan di Bali.
Wayan Koster mengatakan, dirinya sudah mengumpulkan para bupati, camat, dan kepala desa di wilayah yang dilintasi proyek jalan tol itu. Koster pun meminta para pejabat itu agar mendukung pembangunan jalan tol Gilimanuk-Mengwi.
”Pembangunan infrastruktur ini akan mendukung perimbangan dan pemerataan pembangunan di Bali,” kata Koster dalam acara peletakan batu pertama Jalan Tol Gilimanuk—Mengwi yang disiarkan secara daring.
Koster menambahkan, pembangunan Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi bertujuan meningkatkan efisiensi distribusi dan transportasi logistik serta mendukung pengembangan obyek wisata baru di daerah yang dilewati jalan tol. Pembangunan proyek infrastruktur itu juga dirancang agar memberdayakan desa-desa di sepanjang jalur tol dengan membangun tempat istirahat dan pelayanan (rest area).
Dalam keterangan proyek disebutkan, Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi mempunyai panjang 96,9 kilometer (km) dan terdiri dari tiga seksi, yaitu seksi 1 ruas Gilimanuk-Pekutatan sepanjang 53,7 km, seksi 2 Pekutatan-Soka sepanjang 24,3 km, dan seksi 3 Soka-Mengwi sepanjang 18,9 km.
Pada ruas Pekutatan dan Mengwi, dibangun pula satu lajur untuk sepeda dan lajur khusus sepeda dan pejalan kaki. Penambahan lajur khusus itu mengakomodasi kepentingan pariwisata dengan tujuan menambah daya tarik wisata.
Jalan Tol Jagat Kerthi Bali menjadi jalan tol kedua di Bali setelah Jalan Tol Bali Mandara.
Jaga citra
Basuki Hadimuljono meminta agar seluruh pengerjaan proyek Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi mengikuti aturan. Dengan begitu, pembangunan itu bisa menghasilkan infrastruktur yang berfungsi, berkualitas, dan estetik. Basuki meminta juga Gubernur Bali agar mengawasi pembangunan jalan tol itu demi menjaga citra Bali sebagai daerah pariwisata internasional.
”Saya akan memberikan surat tugas kepada Gubernur Bali sebagai pengawas lapangan untuk menjaga kualitas jalan tol di Bali ini. Sebagai daerah wisata internasional, kita harus menunjukkan bisa membangun jalan tol berkualitas baik. Dan kontraktornya agar betul-betul memperhatikan estetika,” ujar Basuki.
Basuki menambahkan, pengerjaan jalan tol itu akan diupayakan lebih cepat dari target. Pembangunan fisik yang dimulai tahun 2022-2023 diharapkan bisa selesai pada 2025. Percepatan pembangunan itu mendesak karena jalan tol tersebut dibutuhkan masyarakat.
Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi akan menjadi jalan alternatif dari Gilimanuk di Jembrana sampai wilayah Badung dan selanjutnya terhubung dengan akses ke pusat kota dan pusat pariwisata di Bali. Jalan tol itu akan melintasi wilayah di tiga kabupaten, yakni Jembrana, Tabanan, dan Badung.
Namun, rencana pembangunan jalan tol itu dikritisi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bali karena dinilai akan berdampak terhadap lingkungan dan budaya. Walhi Bali menilai, pembangunan jalan tol itu akan mengalihfungsikan lahan pertanian secara luas, menggusur keberadaan subak, serta berpotensi meningkatkan dampak bencana alam.