Konsumsi BBM Subsidi di Jatim Naik, Pertamina Jamin Pasokan Lancar
Konsumsi harian bahan bakar minyak bersubsidi di Jawa Timur meningkat 7-8 persen dibandingkan rata-rata pada bulan lalu. Masyarakat diimbau tidak membeli BBM secara panik sehingga memicu penumpukan antrean.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Konsumsi harian bahan bakar minyak bersubsidi di Jawa Timur meningkat 7-8 persen dibandingkan rata-rata pada bulan lalu. Meski demikian, Pertamina menjamin kelancaran pasokan BBM ke distributor dan konsumen. Masyarakat diimbau tak membeli BBM secara panik agar tidak terjadi penumpukan antrean kendaraan.
Section Head Communication and Relation PT Pertamina Jatimbalinus, Arya Yusa Dwi Candra, mengatakan, rata-rata konsumsi pertalite pada Juni dan Juli 2022 mencapai 12.000 kiloliter (kl) per hari. Sementara itu, saat ini, konsumsi pertalite telah mencapai 13.000 kl per hari atau naik sekitar 8 persen dibandingkan rata-rata konsumsi harian bulan sebelumnya.
”Selain pertalite, kenaikan konsumsi BBM bersubsidi juga terjadi pada jenis solar,” ujar Arya, Kamis (1/9/2022).
Dia mengatakan, rata-rata konsumsi solar subsidi di Jatim sebesar 7.000 kl per hari. Namun, saat ini, konsumsi masyarakat meningkat menjadi 7.500 kl per hari. Artinya, ada kenaikan konsumsi solar subsidi sebesar 7 persen dibandingkan rata-rata harian, bulan lalu.
Arya mengimbau masyarakat tidak melakukan pembelian secara panik (panic buying). Sebab, hal itu akan memicu penumpukan antrean pembeli di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU). Tingginya penumpukan antrean pembeli juga bisa menyebabkan terjadinya kelangkaan barang sehingga masyarakat kesulitan mendapatkan BBM.
Menurut Arya, Pertamina Jatimbalinus terus berupaya menjaga stok BBM, terutama yang bersubsidi. Selain itu, Pertamina juga memastikan kelancaran proses distribusi sehingga pasokan BBM ke distributor dan SPBU tetap terjaga kontinuitasnya. Hal itu penting agar masyarakat mudah mendapatkan BBM.
”Terkait dengan hal lain, seperti soal harga dan kuota atau alokasi BBM, kami menunggu instruksi dari pemerintah pusat,” kata Arya.
Sementara itu, pada Rabu (31/8/2022), sejumlah SPBU di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, diserbu warga sehingga terjadi penumpukan antrean kendaraan. Kondisi itu antara lain terjadi di SPBU Jalan Jenggolo, SPBU Jalan Cemengkalang, dan sejumlah SPBU di Jalan Raya Juanda.
Sejumlah SPBU bahkan kehabisan stok pertalite dan solar pada pukul 21.00 karena antrean pembeli yang mengular sejak sore hari. Antrean pembelian itu terjadi di semua jalur kendaraan, mulai sepeda motor, kendaraan pribadi, hingga truk atau angkutan logistik.
Ramainya antrean pembelian BBM bersubsidi itu dipicu oleh isu kenaikan harga yang akan diterapkan pada 1 September 2022. Salah satu pembeli, Johansyah (45), mengaku mengantre di SPBU Jalan Raya Juanda sejak pulang kerja atau sekitar pukul 17.00.
”Saya isi penuh tangki motor karena khawatir harga pertalite naik jadi Rp 10.000 per liter. Kenaikan harga itu pasti akan menambah pengeluaran harian di tengah penghasilan yang pas-pasan,” ujar warga Sidoarjo yang bekerja sebagai karyawan toko seluler itu.
Pertamina juga memastikan kelancaran proses distribusi sehingga pasokan BBM ke distributor dan SPBU tetap terjaga kontinuitasnya.
Sementara itu, kalangan nelayan di Sidoarjo mengeluhkan pembatasan pembelian solar bersubsidi. Pembelian solar bersubsidi oleh nelayan dibatasi 7 liter per hari. Selain itu, mereka tidak bisa membeli langsung ke SPBU karena larangan pembelian dengan jeriken.
”Nelayan harus beli BBM di agen. Namun, jumlah pembeliannya dibatasi 7 liter per hari, sementara kebutuhan melaut per perahu rata-rata 10 liter sekali jalan,” ujar Ketua Himpunan Nelayan Sidoarjo Alimin Taubah.
Jumlah nelayan di Sidoarjo saat ini sebanyak 625 orang. Mereka berharap kebutuhan akan BBM bisa dipenuhi dengan mudah agar kegiatan usaha melaut tidak terganggu. Salah satu solusi yang diusulkan adalah pembangunan stasiun pengisian bahan bakar umum khusus nelayan (SPBN).