Aceh Tamiang Catatkan Kesembuhan Ternak dari PMK Paling Tinggi di Aceh
Pada awal kemunculan PMK di Aceh Tamiang, warga dan pemerintah setempat sangat panik. Penyebarannya sangat cepat. Namun, kini, wilayah itu mencatatkan tingkat kesembuhan ternak dari PMK paling tinggi di Aceh.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
KOMPAS/ZULKARNAINI
Petugas memeriksa kesehatan sapi di rumah potong hewan di Lambaro, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Jumat (10/6/2022). Penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) di Aceh tidak terkendali. Sebanyak 20.700 ekor ternak dilaporkan terpapar PMK.
KARANG BARU, KOMPAS — Tingkat kesembuhan ternak yang terpapar penyakit mulut dan kuku atau PMK di Kabupaten Aceh Tamiang paling tinggi di Provinsi Aceh. Dari 8.805 ekor hewan yang terpapar PMK, sebanyak 8.497 ekor sembuh. Aceh Tamiang dianggap berhasil mengendalikan penyebaran PMK.
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan (Distanbunak) Aceh Tamiang Safuan saat dihubungi, Senin (4/7/2022), menuturkan, penyebaran wabah PMK di Aceh Tamiang mulai terkendali. Jumlah ternak yang sembuh terus bertambah dan jumlah kasus baru menurun.
Pada awal kemunculan PMK di Aceh Tamiang, warga dan pemerintah setempat sangat panik. Penyebaran terjadi sangat cepat. Ternak-ternak milik warga tiba-tiba didapatkan dalam keadaan sakit, mulut dan kuku terluka.
Dari Aceh Tamiang, virus PMK menyebar dengan cepat ke kabupaten tetangga, seperti Aceh Timur, Langsa, dan Aceh Utara. Kini, sebanyak 17 kabupaten/kota di Aceh zona merah PMK. Aceh Tamiang menjadi sumber PMK di provinsi itu.
Dalam sebulan, angka kesembuhan meningkat. Dari 8.805 ekor hewan yang terpapar PMK, sebanyak 8.497 ekor sembuh dan sebanyak 99 ekor mati. ”Saat ini yang tersisa dalam perawatan hanya 207 ekor,” kata Safuan.
Kasus PMK di Aceh belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Berdasarkan data per 2 Juli 2022, sebanyak 34.000 ternak didominasi sapi positif PMK. Sebanyak 22.000 ekor telah sembuh dan sebanyak 11.800 ekor dalam perawatan.
Infografik Perkembangan PMK (2 Juni 2022)
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo juga sempat berkunjung ke Aceh Tamiang untuk memberi arahan dan semangat kepada pemkab setempat dalam mengendalikan PMK. Saat itu, Menteri Yasin meminta dalam waktu satu bulan Aceh Tamiang harus dapat keluar dari kondisi darurat PMK.
Kepala Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh Zalsufran menuturkan, Aceh Tamiang contoh baik penanganan PMK. Meski kasus paling tinggi, jumlah kesembuhan ternak dari PMK juga paling tinggi.
Pemerintah setempat dan warga memiliki semangat yang sama menangani PMK membuat mereka berhasil mengendalikannya.
Kasus PMK di Aceh pertama kali ditemukan di Aceh Tamiang. Hanya dalam waktu sepekan PMK menyebar dengan cepat. Pemkab setempat menetapkan masa darurat. Pasar hewan ditutup dan warga dilarang melakukan transaksi jual beli ternak hingga wabah terkendali.
Aceh Tamiang melakukan karantina wilayah, ternak dari luar daerah tidak diizinkan masuk ke sana. Bahkan, mereka melakukan karantina hingga level desa. Langkah ini dinilai efektif untuk menahan laju penyebaran PMK.
Zalsufran mendorong kabupaten/kota lain di Aceh untuk belajar kepada Pemkab Aceh Tamiang. Tiga kabupaten yang kasus PMK tinggi, tetapi angka kesembuhan rendah ialah Aceh Utara, Aceh Besar, dan Bireuen.
Di Aceh Utara, jumlah ternak yang terpapar PMK sebanyak 7.618 ekor dan ternak yang sembuh sebanyak 3.721 ekor. Sementara di Aceh Besar, jumlah ternak yang terpapar PMK sebanyak 5.696 ekor dan yang sembuh 2.192 ekor.
Penyebaran cepat
Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Aceh Besar Firdaus menuturkan, penyebaran virus PMK terjadi sangat cepat sehingga sangat sulit dihentikan. Setiap hari ada saja kasus baru.
Di sisi lain, ketersediaan obat-obatan terbatas dan pengetahuan peternak merawat ternak yang sakit juga masih minim.
HUMAS KEMENTERIAN PERTANIAN
Petugas menyemprotkan disinfektan di kandang ternak sapi di Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, Kamis (12/5/2022). Aceh Tamiang ditetapkan sebagai daerah wabah PMK dengan 2.555 ternak terjangkit.
Firdaus mengatakan, pihaknya telah berusaha maksimal untuk mengendalikan penyebaran melalui penutupan pasar hewan, pemeriksaan ternak, hingga sosialisasi kepada peternak.
”Vaksin datang terlambat setelah sekian banyak ternak terpapar. Ini karena wabah ini muncul tiba-tiba, tidak ada yang siap menghadapi ini,” kata Firdaus.
Meski demikian, Firdaus optimistis secara perlahan penyebaran virus PMK di Aceh dapat dikendalikan.