Sejumlah Ternak di Kabupaten Magelang Terpaksa Dipotong
Pemotongan hewan biasanya dilakukan saat ternak sudah bergejala parah, di antaranya kuku-kuku kakinya copot, sehingga hewan tersebut tidak bisa berdiri lagi.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sebanyak 29 ekor sapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang diduga terpapar penyakit mulut dan kuku, akhirnya dipotong. Pemotongan hewan ternak terpaksa dilakukan karena gejala sakit yang diderita sudah tergolong parah dan sulit untuk diobati.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang Joni Indarto mengatakan, pemotongan hewan biasanya disarankan saat ternak sudah bergejala parah, di antaranya kuku-kuku kakinya copot, sehingga hewan tersebut tidak bisa berdiri lagi.
”Karena ternak yang sakit parah biasanya membutuhkan pengobatan dalam jangka waktu lama dan belum tentu sembuh, upaya pemotongan dianggap menjadi solusi terbaik daripada membiarkan kondisi tersebut berujung pada kematian ternak,” ujarnya, Rabu (22/6/2022).
Ketika ternak tersebut mati, tubuh hewan itu menjadi bangkai, yang harus dikubur karena tidak layak untuk menjadi bahan pangan. Namun, pada saat ternak yang sakit tersebut dipotong paksa, dagingnya tetap aman untuk dikonsumsi.
Saat ini, jumlah ternak sapi dan kerbau yang diduga terpapar virus dan mengalami gejala penyakit mulut dan kuku mencapai 676 ekor. Semua ternak yang sakit sudah diobati, mendapatkan asupan antibiotik dan beragam vitamin. Sebanyak 495 ekor di antaranya membaik, sementara 29 ekor dipotong paksa dan 3 ekor ternak mati.
Hingga saat ini, Pemerintah Kabupaten Magelang belum mendapatkan informasi terkait distribusi vaksin untuk PMK. Adapun menyangkut upaya penanganan ternak yang sakit, Joni menyebutkan, pihaknya sudah berupaya mengajukan usulan tambahan 400 botol obat antibiotik, di mana tiap botol bisa untuk memberikan suntikan obat untuk 10 ekor sapi.
Namun, sebelum mendapatkan vaksin dan tambahan pasokan antibiotik, peternak diminta memberikan cukup asupan pakan dan obat-obatan herbal, berbahan rempah atau empon-empon.
Selain itu, peternak juga diminta menjaga kebersihan kandang, kebersihan diri sendiri, dan tidak membeli tambahan ternak baru. ”Pembelian tambahan ternak baru, terutama ternak dari luar kota, berisiko memicu terjadinya penularan virus,” ujarnya.
Tarom (50), salah seorang pedagang ternak dan peternak domba asal Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang, mengatakan, sejak PMK mulai merebak hingga sekarang, belum ada satu pun dari 20 ekor ternak domba miliknya bergejala sakit.
Ketika ternaknya sakit, dia biasa langsung menghubungi dokter hewan terdekat. Namun, khusus untuk gejala ringan seperti tiba-tiba menunjukkan gejala tidak mau makan, dia biasa menggunakan metode pengobatan tradisional dengan menggunakan gula merah dan air hangat.
”Cukup dengan meminumkan air hangat dengan gula merah yang diaduk-aduk di dalamnya, keesokan paginya domba atau kambing saya biasanya akan kembali memiliki nafsu makan,” ujarnya.
Rohmat (45), pedagang sekaligus peternak asal Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, mengatakan, sementara ini dia menahan diri tidak membeli ternak karena belum ada permintaan untuk kebutuhan hewan kurban dari pelanggan.
Saat ini, Rohmat hanya memiliki dua ekor sapi betina yang sengaja disimpan sebagai indukan. Dua ekor sapi tersebut sekarang sedang mengandung.
Sebelumnya, dia juga memiliki satu ekor kerbau. Karena saat baru beberapa hari dibeli sudah menunjukkan gejala sakit tidak mau makan, Rohmat memutuskan untuk langsung menyembelih kerbau tersebut.