Sumut Kekurangan Obat untuk Penyakit Mulut dan Kuku
Sumut kekurangan obat-obatan penyakit mulut dan kuku ternak. Deli Serdang sudah sepekan kehabisan obat, sementara stok obat di Langkat hanya cukup untuk beberapa hari.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Sumatera Utara kekurangan obat-obatan untuk menangani penyakit mulut dan kuku yang semakin meluas. Kabupaten Deli Serdang sudah sepekan kehabisan obat, sementara stok obat di Langkat sudah menipis dan hanya cukup untuk beberapa hari. Pengobatan dari pemerintah berfokus pada peternakan skala kecil.
”Pasokan obat untuk penyakit mulut dan kuku (PMK) sudah sepekan habis di Deli Serdang. Kami berfokus menangani peternakan skala kecil. Untuk peternakan populasi besar, kami minta menyediakan obat sendiri,” kata Kepala Dinas Pertanian Pemerintah Kabupaten Deli Serdang Rahman Saleh Dongaran, Jumat (27/5/2022).
Dongaran mengatakan, ternak yang sudah terinfeksi PMK di Deli Serdang sebanyak 430 sapi. Penanganan pun dilakukan maksimal karena Deli Serdang merupakan salah satu sentra peternakan sapi di Sumut dengan populasi sekitar 103.800 ekor.
Meskipun di tengah keterbatasan obat, penanganan di Deli Serdang masih terkendali dan tidak ada yang mati karena PMK. Namun, ada satu ternak yang disembelih setelah terjangkit PMK.
Di tengah keterbatasan bantuan obat dari pemerintah, kata Dongaran, peternak diminta membeli sendiri kebutuhan obat untuk ternaknya, khususnya peternak dengan sapi empat ekor atau lebih. Pengobatan PMK sangat penting untuk mengatasi infeksi sekunder dengan antibiotik, vitamin, dan penurun demam.
”Kami sudah mengajukan permintaan obat PMK ke Pemprov Sumut dan Kementerian Pertanian,” ujar Dongaran.
Hal serupa juga dialami peternak di Kabupaten Langkat. Jumlah ternak yang terinfeksi di daerah itu sudah 1.081 ekor. Daerah itu termasuk yang pertama terpapar PMK karena berbatasan langsung dengan Aceh Tamiang yang sudah ditetapkan Kementerian Pertanian sebagai daerah wabah PMK.
”Stok obat kami hanya cukup untuk beberapa hari ini. Kami hanya mendapat bantuan obat dari Pemprov Sumut,” kata dokter hewan di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemkab Langkat, Chalikul Bahri.
Chalikul mengatakan, pihaknya kini meminta peternak membeli obat-obatan agar ternak yang terinfeksi PMK bisa ditangani dengan cepat. Petugas dari dinas pun membantu membelikan obat-obatan dengan biaya sekitar Rp 40.000 per ekor untuk sekali pengobatan.
Pasokan sapi untuk Sumut masih cukup untuk beberapa bulan terdepan, termasuk untuk Idul Adha Juli ini.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Pemprov Sumut Azhar Harahap mengatakan, penanganan PMK di Sumut masih terkendali meskipun semakin meluas. Obat-obatan PMK pun disebut akan segera dipasok lagi, baik oleh Kementerian Pertanian maupun Pemprov Sumut.
”Hingga saat ini sudah sembilan kabupaten/kota di Sumut yang terjangkit PMK dengan jumlah ternak yang terinfeksi 2.600 ekor. Namun, tidak ada ternak yang mati karena PMK,” kata Azhar.
Azhar mengatakan, penutupan lalu lintas ternak pun dilakukan dengan ketat di desa-desa yang telah ditemukan PMK. Ada 48 desa di sembilan kabupaten/kota yang dilarang mengeluarkan ternak dari daerahnya. Lalu lintas ternak antarprovinsi pun ditutup.
Dengan penutupan lalu lintas ternak, pasokan sapi untuk Sumut masih cukup untuk beberapa bulan terdepan, termasuk untuk Idul Adha Juli ini. Azhar mengatakan, ada lebih dari 17.000 sapi siap potong di Sumut.
Maryoto (40), peternak sapi di Desa Sampali, Kabupaten Deli Serdang, mengatakan, para peternak membeli obat-obatan secara mandiri sebagai persediaan jika terserang PMK. ”Kami menyediakan vitamin, antibiotik, dan penurun demam yang memang sudah biasa kami gunakan,” kata Maryoto.
Peternak pun berharap bisa mendapat pendampingan dan sosialisasi dari pemerintah untuk menghadapi PMK.