Cegah Penyebarluasan, Vaksinasi untuk Penyakit Mulut dan Kuku Dimulai
Pelaksanaan vaksinasi untuk penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak dimulai Selasa (14/6/2022). Vaksinasi secara massal dinilai sebagai jalan menghentikan penularan penyakit dan menyelamatkan ternak di Tanah Air.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Kementerian Pertanian Republik Indonesia memulai pelaksanaan vaksinasi untuk penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak pada Selasa (14/6/2022). Vaksinasi secara massal dinilai sebagai jalan menghentikan penularan penyakit mulut dan kuku yang semakin masif.
Vaksinasi perdana untuk penyakit mulut dan kuku atau PMK dilaksanakan di dua peternakan sapi perah di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Lokasinya Dusun Tanjunganom, Desa Tanjungsari, dan Dusun Banjar Anyar, Desa Pertapaan Maduretno, Kecamatan Taman.
”Melalui vaksinasi ini kita harapkan dapat membantu mencegah penyebarluasan penyakit, terutama di sentra peternakan sapi perah dan wilayah sumber bibit ternak,” ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Nasrullah di Sidoarjo.
Nasrullah mengatakan, vaksinasi massal secara nasional ini merupakan salah satu tindakan yang dilakukan secara permanen. Selain itu, upaya serius pemerintah dalam rangka pencegahan dan pengendalian PMK melalui pengebalan hewan yang rentan terhadap serangan penyakit.
”Vaksin tahap pertama ini akan kita prioritaskan untuk ternak yang sehat dan berada di zona merah dan kuning karena jumlah vaksin kita saat ini masih terbatas. Hanya ternak terpilih yang akan divaksin,” kata Nasrullah.
Hewan ternak yang sudah sembuh dari PMK sudah memiliki kekebalan terhadap virus sehingga belum mendesak untuk divaksin. Untuk pencegahan terhadap penularan PMK, peternak dianjurkan menerapkan biosekuriti dan desinfeksi kandang secara rutin.
Pemerintah pada tahap pertama akan mengadakan vaksin sebanyak 800.000 dosis dan direncanakan tahap berikutnya sebanyak 2,2 juta dosis. Pada 12 Juni 2022 telah tiba sebagian vaksin tahap pertama sebanyak 10.000 dosis.
Vaksin tahap pertama ini akan kita prioritaskan untuk ternak yang sehat dan berada di zona merah dan kuning karena jumlah vaksin kita saat ini masih terbatas.
Vaksin tersebut akan didistribusikan ke koperasi unit desa (KUD) sapi perah di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, serta 4 Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pembibitan, yaitu Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturaden, Balai Embrio Transfer Cipelang, Balai Inseminasi Buatan Lembang, dan Balai Inseminasi Buatan Singosari.
Distribusi dan pelaksanaan vaksin tahap selanjutnya mempertimbangkan prioritas komoditas, wilayah rentan PMK, dan tujuan pengembangan ternak. Selain itu, memperhatikan kondisi teknis lainnya, seperti ketersediaan vaksin, vaksinator, serta manajemen rantai dingin untuk menjaga kualitas vaksin.
Adapun untuk efektivitas pelaksanaan vaksinasi akan dilakukan penandaan sekaligus pendataan melalui ear tag (QRcode). Setelah didata dan divaksin, maka QR Code yang terdapat di Eartag akan dapat discan melalui Mobile Apps berbasis Android.
Melalui pendataan tersebut, riwayat vaksinasi akan ditampilkan dalam bentuk kartu vaksin yang berisi nomor identifikasi ternak, jenis/rumpun ternak, jenis kelamin, jenis vaksin, riwayat vaksinasi, hingga lokasi dan tanggal vaksinasi.
”Kami telah menyiapkan penandaan ternak pascavaksinasi di Provinsi Jawa Timur sebanyak 233.300 buah yang dilengkapi dengan Secured QR Code,” kata Nasrullah.
Untuk pelaksanaan vaksinasi perdana Kementan RI telah menyiapkan 1.000 buah Eartag Secured QR Code dan akan didistribusikan ke Jatim beserta 5 unit aplikator. Fasilitas tersebut diharapkan bisa mendata ternak yang sudah divaksin dalam aplikasi Kementan RI.
Selain pencanangan vaksinasi di Kabupaten Sidoarjo, Kementerian Pertanian juga memberikan bantuan obat-obatan berupa antihistamin 500 dosis, vitamin 200 dosis, obat luka sebanyak 240 dosis dan desinfektan. Bantuan obat juga diberikan untuk Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten Madiun.
Peternak sapi perah di Dusun Tanjunganom, Afandi (50), sangat senang dan bersyukur ternaknya telah divaksin. Total populasi sapinya sebanyak 18 ekor, tetapi yang memenuhi syarat untuk divaksin 13 ekor. Kondisi ternaknya semua sehat dan tidak terkena penyakit mulut dan kuku.
”Dari 18 ekor sapi perah, sebanyak 13 ekor di antaranya telah divaksin PMK. Ternak lainnya tidak divaksin karena dalam kondisi hamil dan ada juga yang disiapkan untuk hewan kurban pada perayaan Idul Adha ini,” ujar Afandi.
Afandi mengatakan sejak penyakit mulut dan kuku mewabah di Sidoarjo, dia selalu menjaga sanitasi kandang. Selain itu mengondisikan ternaknya dalam keadaan yang prima dengan memberikan nutrisi yang cukup termasuk vitamin. Kekebalan tubuh yang baik merupakan cara efektif menangkal serangan virus.
Sementara itu, Kepala Bidang Produksi Peternakan Dinas Pangan dan Pertanian Sidoarjo Tony Hartono mengatakan wilayahnya merupakan daerah wabah PMK berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI. Sejak April 2022 hingga kini, total 1.622 ekor hewan ternak yang terpapar penyakit.
Sebanyak 899 ternak hingga saat ini dalam kondisi sakit. Sebanyak 591 ekor ternak telah dinyatakan sembuh, 92 ekor dipotong paksa, dan 37 ekor mati. Tingkat kesembuhan ternak cukup tinggi, yakni mencapai 60 persen.
”Terkait vaksinasi untuk PMK ini akan diprioritaskan pada hewan ternak yang sehat. Pendataan sudah dilakukan melalui peternak dan diverifikasi oleh pemerintah desa,” kata Tony.