13 Sapi Suspek PMK Ditemukan di Wonogiri, Pasar Hewan Ditutup Dua Pekan
Penemuan suspek berawal dari pemeriksaan ternak yang dilakukan di Pasar Hewan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Senin (23/5/2022).
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
WONOGIRI, KOMPAS — Sebanyak 13 sapi suspek penyakit mulut dan kuku ditemukan di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Adanya temuan tersebut ditindaklanjuti dengan penutupan pasar hewan selama dua pekan ke depan. Penutupan pasar hewan bertujuan untuk mencegah adanya lalu lintas ternak antardaerah.
Penemuan suspek berawal dari pemeriksaan ternak yang dilakukan di Pasar Hewan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Senin (23/5/2022). Hasil pemeriksaan menunjukkan gejala penyakit mulut dan kuku (PMK) dialami 13 sapi. Semuanya berasal dari luar daerah. Sebanyak 8 ekor dari Kabupaten Boyolali (Jawa Tengah), 4 ekor dari Kabupaten Magetan (Jawa Timur), dan 1 ekor dari Kabupaten Pacitan (Jawa Timur).
”Langkah kami atas kasus itu, kami minta kepada pedagangnya untuk dibawa balik. Tidak boleh diperjualbelikan di pasar tersebut. Kami juga bersurat kepada dinas terkait dari daerah asal ternak tersebut bahwa ada sapi mereka yang bergejala di pasar kami,” kata Bupati Wonogiri Joko Sutopo saat dihubungi, Selasa (24/5).
Pemeriksaan ternak sudah dilakukan secara bergilir ke sejumlah pasar hewan yang ada di Kabupaten Wonogiri, sejak dua pekan lalu. Pasar-pasar yang menjadi sasaran pemeriksaan antara lain Pasar Hewan Pracimantoro, Pasar Hewan Sidoharjo, Pasar Hewan Purwantoro, dan Pasar Hewan Wuryantoro.
Joko menjelaskan, pemeriksaan ternak menjadi upaya deteksi dini atas potensi munculnya PMK pada ternak di daerah tersebut. Kebijakan itu dikeluarkan begitu adanya imbauan peningkatan kewaspadaan akan meluasnya penularan penyakit tersebut oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Pihaknya merespons imbauan itu dengan membentuk tim khusus yang melakukan pemeriksaan ternak setiap hari pasaran.
”Ini karena wilayah kami juga berbatasan dengan sejumlah kabupaten di Jawa Timur, seperti Kabupaten Magetan, Kabupaten Ponorogo, dan Kabupaten Pacitan. Awalnya, pemeriksaan ke sejumlah pasar nihil kasus. Nah, baru di Pasar Hewan Pracimantoro ditemukan ada ternak yang bergejala,” ujar Joko.
Selain itu, Joko menambahkan, pihaknya juga memutuskan menghentikan aktivitas jual beli ternak di pasar hewan untuk sementara waktu setelah ditemukannya suspek PMK di Pasar Hewan Pracimantoro. Penutupan pasar dilakukan untuk mencegah terjadinya pergerakan lalu lintas ternak antardaerah sekaligus melakukan sterilisasi di pasar-pasar hewan yang ada.
Awalnya, pemeriksaan ke sejumlah pasar nihil kasus. Nah, baru di Pasar Hewan Pracimantoro ditemukan ada ternak yang bergejala.
Kebijakan penutupan pasar tersebut dituangkan dalam Surat Edaran Nomor 443/39/7914 tentang Penutupan Sementara Operasional Pasar Hewan Se-Kabupaten Wonogiri. Masa penutupan berlangsung selama dua pekan, mulai dari 24 Mei 2022 hingga 6 Juni 2022.
”Dengan pasar ditutup, otomatis lalu lintas ternaknya berhenti. Kami juga melakukan sosialisasi untuk memberi pemahaman kepada masyarakat dan pelaku niaga (jual beli ternak) agar ekstra hati-hati. Sambil kami lihat apakah terjadi penularan di sini atau tidak. Karena, di sini, sama sekali belum ditemukan ternak yang bergejala (PMK),” tutur Joko.
Joko menambahkan, dokter hewan dan mantri ternak yang terdapat di kelurahan juga diminta mengawasi kondisi penularan yang terjadi di daerahnya masing-masing. Untuk itu, pihaknya membuat sistem kunjungan dokter atau mantri ke kandang-kandang milik peternak. Khususnya mereka yang biasanya melakukan jual beli ternak lintas daerah.
”Apabila nanti ada yang akan dikirim ke Jakarta atau kota-kota besar lainnya, itu wajib dilakukan pemeriksaan. Hewan yang dikirim harus disertai SKKH (surat keterangan kesehatan hewan) dari pihak yang berwenang. Kami ingin memastikan ternak yang dikirim lolos uji kesehatan dari para petugas,” ujar Joko.
Sementara itu, enam sapi dilaporkan terkonfirmasi positif PMK di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Sebanyak tiga ekor terdapat di Kecamatan Tanon, sedangkan tiga ekor lainnya di Kecamatan Plupuh. Penyebab terjadinya penularan diduga berawal dari kedatangan sapi yang berasal dari wilayah Jawa Timur.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen Rina Wijayanti menjelaskan, sebenarnya hanya ada masing-masing satu ekor sapi asal Jawa Timur di dua kecamatan tersebut. Lalu, sapi yang baru datang itu menularkan PMK kepada sapi-sapi lainnya di kedua kandang yang ada di Kabupaten Sragen. Penanganan yang dilakukan ialah mengobati ternak sekaligus mengisolasi ternak itu dari kandang-kandang yang ada di sekitarnya.
”Kami juga mengintensifkan pemeriksaan oleh petugas lapangan, seperti mantri hewan. Itu sudah ada di 20 kecamatan. Kami kerja sama juga dengan mereka agar jika ada peternak yang menemukan gejala serupa pada ternaknya segera dilaporkan. Nanti akan segera kami cek,” tutur Rina.
Akan tetapi, kata Rina, pihaknya tidak mengambil kebijakan penutupan pasar hewan kendati kasus positif sudah ditemukan. Aktivitas jual beli ternak tetap berlangsung dengan pengawasan ketat. Pihaknya menyiagakan petugas kesehatan hewan setiap hari pasaran untuk mengecek kondisi ternak sebelum masuk ke pasar. Apabila ditemukan yang bergejala PMK, ternak tidak diperbolehkan memasuki pasar.