Dampak Penyakit Mulut dan Kuku yang Kembali Muncul
Masuknya tiga penyakit ke Indonesia dalam waktu relatif berdekatan menggambarkan melemahnya bidang kesehatan hewan dalam struktur organisasi kepemerintahan. Perlu penguatan bidang kesehatan hewan, di pusat dan daerah.
Oleh
SOEHARSONO
·4 menit baca
HERYUNANTO
Heryunanto
Harian Kompas (7/5/2022) memuat berita berjudul ”Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Kembali Muncul”. Sejumlah sapi di beberapa kabupaten di Jawa Timur terserang penyakit ini. Dari webinar Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (7/5/2022) terungkap bahwa PMK juga ditemukan di Aceh.
Penyakit ini menyerang sapi potong dengan gejala antara lain berupa demam tinggi, air liur berlebihan (hipersalivasi), lepuh pada rongga mulut dan lidah, dan pincang.
PMK menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar sehingga dimasukkan ke dalam List A oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) yang berkedudukan di Paris, Perancis. Laboratorium Rujukan Internasional ada di Pirbright (Inggris), sedangkan laboratorium tingkat regional ada di Pak Chong (Thailand).
Ciri epidemiologik PMK adalah angka kesakitan ( morbidity rate) yang sangat tinggi, sedangkan angka kematian ( case fatality rate) sangat rendah.
Ciri epidemiologik PMK adalah angka kesakitan (morbidity rate) yang sangat tinggi, sedangkan angka kematian (case fatality rate) sangat rendah. Penularannya sangat cepat, tetapi tidak menular ke manusia. Selain sapi, ternak lain yang peka adalah kerbau, babi, kambing, dan domba.
Di Jawa Timur, mula-mula PMK ditemukan di Gresik pada 402 ekor sapi potong, akhir April 2022. Awal Mei 2022 ditemukan di Lamongan, pada 102 ekor sapi. Dua hari kemudian sebanyak 148 sapi potong di Mojokerto tertular. Sejauh ini belum dilaporkan adanya ternak yang mati.
Daging kerbau India?
Sebelumnya Indonesia pernah tertular PMK pada tahun 1983, dimulai dari Jawa Timur kemudian menyebar ke Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Dengan susah payah Indonesia berhasil bebas dari penyakit ini pada 1990 melalui vaksinasi massal hewan peka PMK dan pengawasan lalu lintas hewan yang sangat ketat. Menjadi pertanyaan, dari mana penyakit tersebut masuk kembali ke Indonesia, dan apa dampaknya?
Infografik Peta Status Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Anggota Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE)
Belum diketahui dengan jelas asal penyakit tersebut, tetapi ketika harga daging sapi melonjak menjelang hari raya Idul Fitri, Indonesia mengimpor daging beku kerbau dari India sebanyak 36.000 ton (money.kompas.com 14/4/ 2022). Kerbau sangat peka terhadap infeksi virus PMK.
Ketika jumlah impor daging kerbau sangat banyak, kemungkinan eksportir mengambil kerbau dari wilayah yang belum sepenuhnya bebas dari PMK, tetapi tidak terlihat gejala klinis PMK.
Sebagai informasi, kerbau Afrika dapat bertindak sebagai pembawa (carrier) virus PMK dalam waktu yang cukup lama (Bengis dkk, 1986 ”Foot and Mouth Disease and the African Buffalo (Syncerus caffer). Carriers as source of infection for cattle”) dan bisa menjadi sumber penular ke sapi. Virus PMK dapat bertahan lama dalam daging beku. Diduga lewat daging kerbau beku, virus PMK masuk ke Indonesia.
Daging kerbau dari India memang lebih murah dibandingkan dengan daging sapi dari Australia yang bebas PMK. Pertimbangan ekonomi inilah yang menyebabkan Indonesia memilih daging kerbau dari India meskipun ada potensi tertular PMK. Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah India mempunyai serotipe O, A, dan Asia 1, sedangkan dahulu hanya ada serotipe O di Indonesia.
Pertimbangan ekonomi inilah yang menyebabkan Indonesia memilih daging kerbau dari India meskipun ada potensi tertular PMK.
Untuk memastikan serotipe virus PMK, sampel jaringan sapi tertular dikirim dengan perlakuan khusus ke Pirbright, Inggris. Setelah diketahui serotipe virus penyebab penyakit, maka untuk mengendalikan penyakit dipergunakan vaksin sesuai dengan serotipe yang menimbulkan wabah.
Dampak PMK
Kerugian ekonomi akibat PMK adalah penurunan berat badan karena nafsu makan ternak menurun seiring adanya lepuh-lepuh pada mulut dan lidah. Pada sapi perah, produksi susu turun drastis.
Sapi atau kerbau yang dipergunakan untuk membajak di sawah atau menarik pedati kehilangan tenaga karena terjadi lepuh pada perbatasan kulit dengan kuku. Di samping itu negara yang tertular juga tidak dapat mengekspor daging hewan yang peka PMK (kambing, domba, babi, kerbau, dan sapi).
Negara tetangga yang mempunyai ternak dalam jumlah besar seperti Australia sangat khawatir mendengar Indonesia tertular PMK. Pada wabah tahun 1983-1985 Australia membantu menangani PMK dengan harapan penyakit tidak menyebar ke sana.
Penumpang pesawat dari Indonesia yang akan masuk ke Australia akan ditanya apakah pernah mengunjungi peternakan sapi, kerbau, atau babi beberapa hari terakhir. Apabila jawabnya ”ya”, penumpang itu akan menjalani disinfeksi alas kaki, dan lain-lain. Virus PMK bisa terbawa sepatu selama beberapa hari apabila sebelumnya mengunjungi peternakan tertular.
Vaksinasi
Meskipun belum ada konfirmasi resmi dari laboratorium di Pirbright, sebagai tindakan awal harus dilakukan pengetatan lalu lintas hewan agar PMK tidak menyebar ke Jawa Tengah atau Jawa Barat. Persiapan dana untuk impor vaksin dan operasionalisasi vaksinasi dengan strategi yang bagus perlu dilakukan.
Struktur ini terlihat tidak hanya di tingkat pusat, tetapi juga di tingkat daerah.
Masuknya tiga penyakit, yakni african swine fever (2019), lumpy skin disease, dan PMK (2022), ke Indonesia dalam waktu relatif berdekatan menggambarkan melemahnya bidang kesehatan hewan dalam struktur organisasi kepemerintahan.
Struktur ini terlihat tidak hanya di tingkat pusat, tetapi juga di tingkat daerah. Apabila tidak dilakukan penguatan bidang kesehatan hewan, dikhawatirkan akan masuk lagi penyakit baru, lebih-lebih yang mampu menular dari hewan ke manusia (zoonosis).