Dugaan PMK pada 10 Ternak, Semua Pasar Hewan di Magelang Ditutup
Sebanyak 10 hewan ternak di Kabupaten Magelang diduga terpapar PMK. Untuk mengantisipasi penyebaran penyakit tersebut, semua pasar hewan di Kabupaten Magelang ditutup selama dua minggu.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sebanyak 10 ternak sapi dan kerbau di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, diduga terpapar penyakit mulut dan kuku atau PMK. Mengantisipasi penyebaran penyakit, mulai Selasa (24/5/2022), pemerintah setempat langsung menutup semua pasar hewan di Kabupaten Magelang.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang Joni Indarto mengatakan, berdasarkan keterangan para pemilik ternak, hewan-hewan yang sakit tersebut baru saja dibeli dari pasar hewan. ”Ada hewan yang sakit setelah lima hari lalu. Bahkan ada pula yang langsung menunjukkan gejala selang dua hari setelah dibeli dari pasar hewan,” ujarnya, Selasa (24/5/2022).
Saat ini, lanjut Joni, sampel darah hewan ternak tersebut sudah diambil dan dikirim untuk diperiksa lebih lanjut di Balai Besar Veteriner Yogyakarta. Menurut Joni, pihaknya tetap siaga dan masih harus kembali melakukan pengecekan hewan ternak karena baru saja mendapatkan informasi temuan hewan ternak diduga terpapar PMK dari Semarang. Sebagian hewan tersebut bahkan sudah dikirim ke pasar hewan di Kabupaten Magelang.
Menyikapi rawannya penyebaran PMK di pasar hewan, delapan pasar hewan di Kabupaten Magelang ditutup selama dua minggu, terhitung mulai Selasa (24/5/2022) hingga Senin (6/6/2022). Delapan pasar tersebut tersebar di Kecamatan Muntilan, Grabag, Pakis, Ngablak, Salaman, Widusari, dan Borobudur. Lama penutupan selama 14 hari sesuai masa inkubasi penularan virus.
Upaya penutupan pasar ini, menurut Joni, diharapkan dapat membantu menekan potensi meluasnya penyebaran virus penyebab PMK. Kendati demikian, dia mengakui hal tersebut tidak bisa seketika menghentikan potensi munculnya kasus baru karena transaksi perdagangan ternak bisa dilakukan di mana saja, salah satunya di jalan-jalan kampung yang tidak dilengkapi posko pemeriksaan ternak.
Adapun 10 hewan ternak yang diduga terpapar PMK itu terdiri dari sembilan sapi dan satu kerbau. Kasus tersebut ditemukan di Kecamatan Salam, Salaman, Grabag, dan Dukun.
Dari hasil pemeriksaan sementara, semua hewan ternak tersebut memiliki gejala-gejala sakit seperti gejala PMK, antara lain daerah sekitar mulut melepuh dan mengelupas, ada semacam sariawan atau luka di lidah, serta bengkak di sela-sela kuku. Semua hewan yang sakit tersebut menjalani isolasi di kandang pemiliknya masing-masing. Ternak yang sakit ditempatkan terpisah dari ternak lain. Adapun upaya pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik.
Populasi ternak sapi di Kabupaten Magelang terdata sekitar 79.500 ekor, sedangkan ternak kambing atau domba sebanyak 172.132 ekor dan kerbau 5.814 ekor.
Sejauh ini, Joni menuturkan, PMK tidak terlalu mengganggu aktivitas peternakan dan populasi ternak di desa. Kendati demikian, dia berharap pemerintah pusat segera menetapkan kebijakan untuk mengatasi penyebaran PMK yang mungkin bisa dilakukan dengan kegiatan vaksinasi ternak.
Priyatin (50), pedagang kambing asal Desa Sengi, Kecamatan Dukun, mengatakan, kendati mengetahui PMK tengah merebak luas belakangan, dia belum pernah menemukan gejala PMK pada hewan-hewan ternak milik petani yang akan dibelinya. Sejauh ini, gejala sakit ternak yang biasa ditemui sebatas kembung atau masuk angin, yang kerap menunjukkan gejala berupa penurunan nafsu makan dan perut agak membesar.
Jika ditemukan kasus semacam itu, dia biasa menggunakan teknik pengobatannya sendiri. ”Cukup memberi minyak kelapa yang dicampur garam, lalu dipijat-pijatkan ke lidahnya, maka ternak tersebut biasanya akan berangsur pulih, sehat kembali seperti sediakala,” ujarnya.
Sodikin (43), pedagang ternak kambing asal Kecamatan Candimulyo, mengatakan, sebelum akhirnya satu per satu laku dijual, hewan ternak yang dibeli dari peternak biasanya akan berdiam di kandang di rumahnya selama sekitar seminggu. Namun, dirinya sejauh ini juga belum menemukan hewan ternak dengan gejala sakit PMK.
Oleh karena semua pasar hewan ditutup, dia akan menjalankan aktivitas perdagangan dengan membuka akses jual beli langsung kepada pelanggan. ”Karena pasar ditutup, saya akan menjalankan transaksi jual beli langsung kepada pelanggan perorangan di desa-desa,” ujarnya.