Jawa Timur, Habis Covid-19 Terbit Penyakit Mulut dan Kuku
Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang populasi ternak semakin meluas di Jawa Timur sehingga berdampak kompleks terhadap ketahanan pangan atau daging nasional. Status bebas PMK sejak 1986 ternoda.

Suasana pekan ternak di Pasar Sibreh, Kecamatan Suka Makmur, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Rabu (7/9/2016).
Pandemi Covid-19 (Coronavirus disease 2019) belum benar-benar teratasi di Brang Wetan yang berpopulasi 40 juta jiwa. Namun, wabah lama kembali datang yakni penyakit mulut dan kuku (PMK). Wabah menyerang ternak, meluas cepat, dan mengancam lumbung daging nasional dengan ketersediaan 4,9 juta sapi potong. Gambaran Jatim bak sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Kholil, peternak sapi perah dan sapi potong di Geluran, Taman, Sidoarjo, awalnya enggan mengakui ternaknya ada yang terserang PMK saat didatangi pada Selasa (10/5/2022) siang. Namun, keengganan itu runtuh saat Camat Taman Muchammad Makhmud dan tim datang untuk pemeriksaan kandang dan kesehatan hewan.
“Sejauh ini, di Taman ditemukan kasus PMK di tiga desa/kelurahan yaitu Geluran, Kedungturi, Sambibulu,” kata Makhmud. Dari pemeriksaan tim, ternak milik Kholil dengan kandang yang bersebelahan dengan “pabrik” tahu berjumlah 40 ekor. Yang sakit dan diobati ada 4 sapi perah dan sapi potong.
Baca juga : Surabaya Tolak Ternak Empat Kabupaten Wabah Penyakit Mulut dan Kuku
Kholil mengangguk dan menyatakan sanggup saat diminta agar seluruh ternak diisolasi. Yang sehat dipisahkan dengan yang sakit dan dikarantina. Tidak boleh ada seekor pun ternak yang keluar dan atau masuk ke lokasi peternakan di tengah permukiman padat di Geluran.
“Berikan pakan yang alami ya. Kami akan pantau setiap hari,” kata Makhmud yang kemudian dibalas dengan anggukan Kholil.

Tim kesehatan meninjau peternakan sapi yang terserang wabah penyakit mulut dan kuku di Geluran, Taman, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (10/5/2022).
Kepada tim kesehatan hewan, Kholil mengatakan, sejumlah ternaknya mengalami gejala sakit. Ada demam, lesu, kehilangan nafsu makan, dan mengurus. Kholil, pensiunan pegawai negeri sipil, curiga ternak sakit tetapi tidak percaya jika PMK.
“Seingat saya Indonesia termasuk Sidoarjo bebas PMK sejak 1986,” kata Kholil. Namun, pemeriksaan dan pengobatan oleh tim kesehatan hewan mengonfirmasi sebaliknya. Ada ternak Kholil yang terserang PMK. Segera terbayang ancaman kerugian material jika ternak harus dipotong paksa atau dimusnahkan dan tidak diganti oleh pemerintah.
Baca juga : Disiapkan Penutupan Zona Wabah Penyakit Mulut dan Kuku
Sebelum kedatangan tim kecamatan, Kholil bercerita, seusai Lebaran 2-3 Mei 2022 atau sepekan terakhir sempat menjual sapi perah yang sudah afkir atau tak produktif menghasilkan susu. “Yang kurusan ada yang saya jual dan harganya jatuh separuhnya,” ujarnya.
Dalam kondisi sehat, Kholil melanjutkan, sapi perah yang afkir bernilai jual Rp 25 juta seekor. Namun, yang “sakit” atau kurus bernilai jual maksimal Rp 12 juta-Rp 13 juta. Ternak miliknya dibeli dari pasar hewan di Krian (Sidoarjo) atau Pasuruan, Mojokerto, dan Gresik yang secara geografis berdekatan dengan Sidoarjo.

Kondisi peternakan sapi yang terserang wabah penyakit mulut dan kuku di Geluran, Taman, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (10/5/2022). Wabah meluas dari empat kabupaten yakni Lamongan, Gresik, Mojokerto, dan Sidoarjo menjadi tujuh kabupaten dengan penambahan Malang, Lumajang, dan Probolinggo.
Kholil bingung jika nanti banyak ternaknya yang sakit, harus potong paksa atau dimusnahkan, berapa potensi kerugian yang akan diderita. Pengobatan dan vaksinasi, jika diberikan dan manjur, belum tentu memulihkan kepercayaan pembeli atau penampung ternak.
Baca juga : Bobolnya Perjuangan 100 Tahun
Meluas
Dinas Peternakan Jatim mengonfirmasi, wabah PMK meluas. Awalnya, wabah ditemukan dan menyerang 1.247 sapi perah, sapi potong, kerbau, kambing, dan domba di Gresik (28 April 2022), Lamongan dan Sidoarjo (1 Mei 2022), dan Mojokerto (3 Mei 2022).
Namun, pada Selasa ini, sebaran wabah telah meluas dan terkonfirmasi dari hasil uji sampel di laboratorium. Wabah PMK juga telah menyerang ternak di Kabupaten Probolinggo, Lumajang, dan Kabupaten Malang.
Ada juga kasus terduga wabah PMK tetapi sampel masih dalam pengujian. Wilayah terduga ialah Surabaya, Jombang, Batu, Jember, dan Kabupaten Pasuruan. Dari 38 kabupaten/kota di Jatim, yang sementara aman tersisa 26 daerah.

Ilustrasi. Peternak memberi pakan ke sapi ternak di kandang Kelompok Tani Tunggal Rasa di Desa majasari, Kacamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Minggu (12/11/2017).
Menurut Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar (PPSDS) Jatim Muthowif, outbreak atau wabah kian meluas cuma masalah waktu karena belum terlihat langkah taktis dan strategis dari aparatur terpadu dan pemangku kepentingan. “Dalam pantauan tim kami, ternak yang terserang sudah 1.964 sapi,” ujarnya mengklaim.
Muthowif melanjutkan, ternak yang terserang itu belum termasuk kerbau, kambing, domba, dan babi atau ternak kategori mamalia lainnya yang dagingnya dikonsumsi antara lain kuda. Yang jelas, wabah mengancam ketahanan pangan daging Jatim sebagai daerah dengan populasi sapi potong terbesar di Nusantara dengan 4,9 juta ekor. Selanjutnya, Jawa Tengah (1,9 juta) dan Sulawesi Selatan (1,8 juta).
“Jika wabah tidak ditangani secara serius, rantai pasok daging di Indonesia akan terganggu karena Jatim babak belur,” kata Muthowif.
Baca juga : Penyakit Mulut dan Kuku Jangkiti Ternak di Jatim, Kementan Terjunkan Tim
Ternak yang positif terserang PMK, lanjut Muthowif, amat disarankan untuk dimusnahkan. Yang sehat divaksin. Kerugian peternak karena pemusnahan ditanggung pemerintah. “Dalam penanganan Covid-19 terlihat betapa kuat perhatian dan anggaran. Sepatutnya, pemerintah memberikan perhatian besar untuk penanganan wabah PMK,” ujarnya.
Jika wabah tidak ditangani secara serius, rantai pasok daging di Indonesia akan terganggu karena Jatim babak belur
Muthowif menyarankan biaya penggantian kepada peternak terdampak diambil dari dana taktis penanganan wabah seperti tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2014 tentang Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan. Cara lain, refocusing anggaran program desa korporasi sapi.
Secara terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Daging dan Hewan Ternak (Aspednak) Indonesia Isa Anshori mengatakan, wabah PMK berdampak kompleks terhadap ketahanan pangan (daging) terutama di Jatim. Kalangan peternak sebenarnya mulai bersiap karena Idul Adha atau hari raya kurban mendekat, 2 bulan lagi, sehingga saat ini menjadi waktu untuk pemeliharaan kesehatan hewan sehingga ternak sehat dan berkualitas saat dikurbankan.
“Situasi wabah menyulitkan peternak,” kata Isa. Makin banyak ternak terutama di tujuh daerah terjangkit terpaksa karantina atau isolasi. Pasar hewan juga ditutup. Jika wabah tidak segera tertangani, ketersediaan daging saat Idul Adha berpotensi anjlok atau langka.

Wabah juga memaksa peternak di daerah belum terjangkit menahan menjual ternak. Perdagangan ternak lesu. Lalu lintas ternak harus diawasi dengan ketat. Segala tindakan penanganan dan pencegahan wabah menguras biaya dan membuat frustrasi.
Baca juga : Susun Strategi Pemberantasan PMK, Terapkan Karantina Kandang di Jatim
Antisipasi
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya Antiek Sugiharti mengatakan, wabah kian meluas sehingga meminta Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan Surya untuk tidak menerima penyembelihan ternak dari daerah terjangkit.
Antiek melanjutkan, ternak yang dibolehkan disembelih di RPH Surya ialah dari daerah tidak positif atau tidak terduga terjangkit. Selain itu, ternak harus dilengkapi dengan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH).
Aparatur di Surabaya juga bersiap jika ibu kota Jatim ini menjadi wilayah positif terjangkit. Seluruh ternak harus diawasi dan diperiksa untuk karantina atau isolasi. Sterilisasi dengan penyemprotan disiapkan. Lalu lintas ternak diperketat sehingga yang masuk Surabaya hanya dari daerah aman dan sehat.
Langkah-langkah taktis harus segera diambil, jika tak ingin pasokan daging nasional terganggu.