Suka Cita Menyambut Kembalinya Kemeriahan Silaturahmi Lebaran
Setelah dua tahun dihadang pandemi Covid-19, kemeriahan silaturahmi saat Hari Raya Idul Fitri kembali terasa tahun ini. Warga berbahagia karena bisa berkumpul bersama sanak saudaranya.
Oleh
YOLA SASTRA, AGUIDO ADRI, EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
Setelah dua tahun dihadang pandemi Covid-19, kemeriahan silaturahmi saat Hari Raya Idul Fitri kembali terasa tahun ini. Warga berbahagia karena bisa berkumpul bersama sanak saudaranya. Aneka jenis makanan, termasuk kuliner khas daerah tertentu, juga kembali tersaji untuk menemani kegembiraan saat Lebaran.
Suasana hangat menyelimuti rumah Noval Syahrial (38) di Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (2/5/2022) siang. Di garasi mobil yang disulap jadi ruang tamu, belasan laki-laki dan perempuan beragam usia berkumpul dan bercengkerama. Di hadapan mereka, terhidang beragam makanan khas Lebaran, seperti nastar, kacang bawang, sagu keju, dan lidah kucing.
Di ruang tengah yang menyatu dengan dapur, sepasang suami istri menyantap nasi rendang dan lontong opor ayam. Sesekali pasangan itu menyuapi sepasang anak mereka.
“Senang akhirnya semua anggota keluarga bisa kumpul lagi. Suasananya hampir normal seperti Lebaran sebelum pandemi. Bisa kumpul-kumpul lagi, makan bersama, enggak berjarak kayak dua tahun belakangan,” kata Noval yang tinggal di RT 11/RW 04 Petamburan.
Hari itu, seusai Shalat Idul Fitri, keluarga besar Noval dari berbagai penjuru Jakarta dan sekitarnya berdatangan ke rumahnya untuk melakukan silaturahmi. Ada orangtua, saudara, mertua, ipar, keponakan, dan sebagainya.
Menurut Noval, suasana kehangatan dan kemeriahan saat silaturahmi Lebaran itu sangat kontras dibanding kondisi Idul Fitri tahun 2020 dan 2021. Pada masa itu, acara silaturahmi Lebaran digelar dengan sangat terbatas karena kasus Covid-19 masih tinggi. Akibatnya, tidak semua anggota keluarga besar Noval bisa datang. Para saudara yang berdomisili di luar Jakarta hanya bisa menyapa dan bermaaf-maafan melalui panggilan video.
“Sebelumnya kan lebih terbatas. Interaksi antar-keluarga juga dibatasi. Banyak petugas berkeliling, mengontrol penerapan protokol kesehatan. Kalau sekarang lebih lepas sehingga semarak hari raya kembali terasa,” tutur Noval yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang pakaian di Pasar Tanah Abang.
Semarak silaturahmi Idul Fitri juga terasa di rumah Erni (54), warga RT 6/RW 3 Petamburan. Sejak sekitar pukul 08.00, puluhan tetangga dan anggota keluarga silih berganti datang bersilaturahmi. Kebahagian Erni semakin terasa dengan kehadiran cucu pertamanya.
Menurut Erni, semua anggota keluarga besar di Jakarta dan sekitarnya, termasuk saudaranya di Depok dan Tangerang, datang berlebaran ke rumahnya kali ini. Di sana, para sanak famili itu dijamu dengan nasi, ketupat, opor ayam, semur daging, serta berbagai jenis kue.
“Bersyukur sekali akhirnya silaturahmi Lebaran ini kembali ramai. Suasananya kembali seperti kondisi sebelum pandemi Covid-19,” kata Erni.
Makanan khas
Di rumah Halifah (97), warga Kelurahan Gandaria Selatan, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, kemeriahan silaturahmi Lebaran juga terasa. Saat Hari Raya Idul Fitri lalu, sanak saudara, cucu, dan para tetangga silih berganti datang untuk bersilaturahmi. Anak-anak yang hadir saat itu pun sangat gembira karena mendapat uang Lebaran dari orang-orang yang lebih tua.
Halifah yang duduk di kursi roda pun tak mau ketinggalan membagikan uang Lebaran kepada cucu dan anak-anak lainnya. Suasana makin meriah dengan adanya sajian beberapa jenis kue khas Betawi seperti geplak, wajik, dan dodol.
Anak Halifah, Yahya Andi Saputra (60), merasa suasana kemeriahan silaturahmi Lebaran telah kembali setelah dua tahun sepi karena pandemi Covid-19. Itulah kenapa, pada momen silaturahmi Lebaran kali ini, Andi dan keluarganya tak hanya menggelar silaturahmi untuk menguatkan persaudaraan. Mereka juga memanfaatkan momen itu untuk mempromosikan kue khas Betawi.
“Nastar dan kue kekinian lainnya boleh saja selalu ada saat Lebaran. Namun, bagi kami, jangan sampai kehadiran kue itu menghilangkan makanan khas Betawi. Kue khas Betawi ini kan hadir justru sebagai cermin orang Betawi yang berbaur, bersahabat, dan suka mempererat tali kekerabatan,” kata Yahya.
Di Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), Anggia Anggraini (33), juga memasak makanan khas untuk menyambut keluarga yang datang untuk silaturahmi Lebaran. Makanan yang dimasaknya itu adalah kerupuk basah, makanan khas dari Kabupaten Kapuas Hulu, Kalbar, yang terbuat dari bahan baku utama ikan dan biasa disantap dengan sambal kacang.
Pada momen Lebaran tahun ini, Anggia kedatangan anggota keluarganya dari Bogor, Jawa Barat. Momen itu sangat dinantikan setelah dua tahun keluarganya tidak bisa mudik ke Pontianak akibat pandemi Covid-19.
“Tahun lalu ada pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat di Bogor sehingga mereka tidak pulang. Waktu itu tidak pulang kan juga demi keselamatan keluarga di Pontianak,” ungkap Anggia.
Oleh karena itu, Anggia dan keluarganya benar-benar memanfaatkan Lebaran tahun ini untuk bersilaturahmi dan melepas kerinduan. Sehari sebelum Lebaran, Anggia sebenarnya telah menyiapkan kamar untuk tempat tidur keluarganya dari Bogor. Namun, ia dan keluarganya justru tidur beramai-ramai di ruang tengah rumah agar leluasa untuk bercerita satu sama lain.
“Tidak ada yang tidur di kamar, tapi semua justru tidur di ruangan televisi. Kami bercerita berbagai hal, termasuk suasana dua tahun terakhir,” tutur Anggia.