Diguyur Hujan, Demo Mahasiswa Tolak Perpanjangan Masa Jabatan Presiden di Bandung Tertib
Massa aksi yang berlangsung di tengah bulan puasa ini mencapai 600 orang. Mereka memprotes wacana perpanjangan periode jabatan Presiden Joko Widodo yang dinilai mencederai konstitusi.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Ratusan mahasiswa menggelar demonstrasi memprotes wacana perpanjangan masa jabatan Presiden Joko Widodo di Kota Bandung, Senin (11/4/2022). Meskipun disertai bakar ban, demonstrasi berlangsung kondusif di tengah hujan deras yang melanda Bandung.
Massa mulai berdatangan pukul 13.00 siang di dua titik sepanjang Jalan Diponegoro, Kota Bandung, yakni di Gedung Sate dan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPR) Jawa Barat. Ratusan mahasiswa dengan berbagai warna seragam almamater mengikuti aksi dengan membawa bendera kampus, organisasi, hingga spanduk-spanduk yang berisi protes.
Bakar ban pun dilakukan oleh sekelompok massa yang berkumpul di depan Gedung Sate. Pintu gerbang bangunan bersejarah yang menjadi pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat ini ditutupi kawat berduri untuk mencegah massa masuk ke dalam.
Orasi sejumlah mahasiswa dilaksanakan di depan jalan yang memisahkan Gedung Sate dan Lapangan Gasibu. Protes tetap diserukan meski hujan deras melanda hingga aksi berakhir pukul 17.00.
Salah satu orator dari Institut Teknologi Bandung, M Hanif Ihsan Syuhada (22), menyatakan, pihaknya membawa lebih dari 100 mahasiswa. Bersama ratusan mahasiswa lainnya, dia menyatakan protes terhadap wacana perpanjangan masa jabatan Presiden Joko Widodo dan penundaan pemilu.
”Kami KM (Keluarga Mahasiswa) ITB melihat bagaimana kondisi hari ini, tentang elite-elite dan pejabat publik yang melangkahi konstitusi dengan sengaja. Padahal, penundaan pemilu ini berdampak buruk bagi politik hingga ekonomi,” ujarnya.
Menurut Hanif, perpanjangan masa jabatan presiden berdampak negatif dalam aspek politik, demokrasi, dan ketatanegaraan. Sementara dari aspek ekonomi, perpanjangan kekuasaan itu berpotensi menimbulkan korupsi dalam pemerintahan.
Tidak hanya di Kota Bandung, demonstrasi juga terjadi di daerah lainnya di Jabar. Koordinator Aliansi Mahasiswa Jawa Barat Menggugat, Agung Andrian, menyatakan, aksi dilakukan di setiap daerah di Jabar dengan tuntutan yang sama.
Permasalahan yang disoroti dalam demonstrasi kali ini tidak hanya terkait wacana perpanjangan periode pemerintahanan. Massa aksi juga memprotes kenaikan harga bahan bakar serta harga kebutuhan pokok lainnya yang dianggap memberatkan masyarakat.
Itu akan memberikan keleluasaan bagi begal demokrasi yang sewenang-wenang dalam melemahkan supremasi hukum di Indonesia. (Agung Andrian)
”Kami seluruh elemen mahasiswa Jawa Barat menelaah dan menimbang secara sadar bahwa rakyat sebagai kekuatan demokrasi harus segera melawan, berteriak dengan kencang. Jika tidak, itu akan memberikan keleluasaan bagi begal demokrasi yang sewenang-wenang dalam melemahkan supremasi hukum di Indonesia,” ujar Agung melalui pernyataan tertulis.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jawa Barat Komisaris Besar Ibrahim Tompo menyatakan, aksi mahasiswa dan komponen masyarakat lain yang serupa di beberapa titik berlangsung kondusif. Bahkan, beberapa daerah telah membubarkan diri sebelum pukul 12.00 siang hari.
”Di Jabar, demonstrasi keseluruhan lebih kurang ada di 25 titik di beberapa kabupaten. Secara umum berlangsung aman dan kondusif. Memang ada sejumlah gesekan, seperti bakar ban dan aksi dorong, tetapi semua dalam kondisi terkendali,” paparnya.
Ibrahim memprediksi massa aksi di Kota Bandung mencapai 600 orang. Mereka mulai berdatangan dari berbagai arah dan memusatkan demonstrasi di Gedung Sate dan DPRD Jabar.
”Sekitar pukul 13.00, massa mulai mengalir dan berjumlah sekitar 250 orang. Lalu, massa semakin bertambah. Semua berlangsung aman dan tertib. Melihat kondisi psikologis massa yang aman dan tertib, diharapkan selesai sebelum maghrib,” ujarnya.