Penonton Bangga dan Antusias, Tetapi Berharap Banyak Evaluasi
Rangkaian ajang MotoGP Mandalika sukses digelar. Penonton antusias dan bangga bisa datang langsung menonton. Tetapi masih banyak catatan yang harus menjadi evaluasi.
PRAYA, KOMPAS – Masyarakat dari berbagai wilayah di Tanah Air, datang dan memadati tribune penonton Sirkuit Internasional Jalan Raya Pertamina Mandalika, untuk menyaksikan rangkaian balapan MotoGP, Minggu (20/3/2022). Di tengah antusiasme dan kebanggaan yang tinggi, mereka menyampaikan berbagai masukan untuk penyelenggaraan MotoGP Mandalika di masa datang.
Para penonton yang datang dari berbagai titik di Lombok, terpantau memasuki kawasan Sirkuit Mandalika pada Minggu pagi sekitar pukul 07.00 Wita. Sebagian besar memilih datang lebih awal guna menghindari kemacetan.
Semakin siang, jumlah penonton makin banyak. Pada pukul 09.00 Wita, antrean panjang penonton terjadi di gerbang 1 di sisi utara sirkuit. Gerbang ini menjadi pintu masuk bagi pemegang tiket tribune premium dan juga standar.
Baca juga: Presiden: MAsih Ada yang Harus Dievaluasi
Untuk mencegah penumpukan, petugas memutuskan memecah antrean dengan membuka pagar pembatas. Petugas juga tidak lagi melakukan pemeriksaan tas dan gelang sebagai pengganti tiket. Penonton hanya diminta mengangkat tangan sebelum melewati gerbang tersebut.
Semakin siang, penonton yang datang semakin banyak. Terlihat dari terowongan pertama sirkuit Mandalika yang penuh dari ujung ke ujung. Terowongan ini harus dilewati dengan berjalan kaki untuk mencapai tribune penonton.
Pada siang hari, gerimis mulai turun di kawasan Mandalika, disusul dengan hujan deras sekitar pukul 14.00. Namun, kondisi itu tidak menghalangi penonton untuk masuk ke kawasan sirkuit. Begitu hujan turun, mereka langsung mengenakan jas hujan atau payung yang telah dipersiapkan.
Para penonton datang berasal dari berbagai wilayah di Tanah Air. Penyelenggara mencatat sekitar 62.000 penonton datang pada hari ketiga, yang merupakan hari terakhir balapan Moto2, Moto3, dan MotoGP. Juga ada balapan kedua Idemitsu Asia Talent Cup. Adapun sehari sebelumnya tercatat sekitar 33.000 penonton.
Baca juga: Pengalaman Mahal di Sela MotoGP
“Rasanya sangat senang dan antusias, karena MotoGP kembali lagi ke Indonesia,” kata Ali Saefullah (38) yang datang dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, bersama enam rekannya.
Dani Cipto Hartono (47) dari Jakarta mengatakan, tidak ingin melewatkan kesempatan menonton MotoGP yang diselenggarakan di Tanah Air sendiri. “Keluar negeri saja sudah beberapa kali lihat. Sekarang di dalam negeri, masak tidak kita lihat. Harus,” kata Dani.
Penonton asal Lombok juga tidak kalah antusias. Sebagi tuan rumah, mereka tidak ingin kehilangan momen bersejarah ini.
Rasanya sangat senang dan antusias, karena MotoGP kembali lagi ke Indonesia.
“Baru pertama kali MotoGP di Lombok. Jadi penasarannya tidak terbendung dan harus beli tiket. Soal bangga, rasanya sulit diungkapkan dengan kata-kata. Apalagi saat melihat begitu banyak penonton dari luar yang berarti memberi dampak positif bagi masyarakat di Lombok,” kata Bambang Sukarno (34), penonton asal Lombok Tengah.
Bahagia
Gubernur NTB Zulkieflimasyah kepada Kompas mengatakan sangat bahagia melihat gelaran MotoGP bisa dilaksanakan langsung di Mandalika.
“Apa yang sama rasakan juga sama dengan yang lain. Juga dengan yang dirasakan Bapak Presiden Joko Widodo. Saya tidak bisa pernah melihat presiden segembira itu melihat deru motor. Itu membikin saya jadi terharu juga. Bayangkan ada motor melintas begitu cepat, meraung, tidak peduli lintasan licin. Rasanya, semua kelelahan, kecapekan, hilang mendengar deru mesin motor itu,” kata Zulkieflimansyah.
Menurut Zulkieflimansyah, kebahagiaan dan rasa bangga itu, tentu tidak lepas dari keberhasilan kembali menggelar MotoGP setelah 25 tahun lamanya tidak diselenggarakan di Indonesia.
“Ini event pertama saat pandemi Covid-19, saat bukan situasi normal. Ini tentu membuka ruang untuk event-event di masa depan. Penyelenggaran relatif baik. Memang ada hal-hal yang perlu disempurnakan untuk penyelenggaran event berikutnya, seperti World Superbike pada November 2022,” kata Zulkieflimansyah.
Baca juga: Marc Marquez Dinyatakan Tidak Bugar untuk Balapan
Zulkieflimansyah juga menyoroti soal antusiasme penonton. Menurutnya, setelah dua tahun pandemi, tentu masyarakat jenuh juga. Sehingga setelah tidak ada karantina, juga syarat tes Covid-19, mereka datang untuk melepas kejenuhan. Apalagi, Indonesia termasuk salah satu basis penggemar MotoGP terbesar di dunia.
Menurut Zulkieflimansyah, dengan populernya Mandalika dan berbagai even ke depan, tentu akan semakin berdampak ke masyarakat.
Menurut Zulkieflimansyah, dengan populernya Mandalika dan berbagai event ke depan, tentu akan semakin berdampak ke masyarakat.
Ini event pertama saat pandemi Covid-19, saat bukan situasi normal. Ini tentu membuka ruang untuk event-event di masa depan. Penyelenggaran relatif baik.
Zulkieflimansyah mengatakan, memang untuk berubah butuh waktu. Di awal, tidak sedikit masyarakat yang tidak percaya bahwa Mandalika bisa menyelenggarakan MotoGP, sehingga belum tergerak untuk menyiapkan semua yang dibutuhkan, misalnya akomodasi.
Tetapi sekarang, dengan suksesnya penyelenggaraan MotoGP di Mandalika, lalu kepastian event internasional lainnya, maka masyarakat pasti akan tergerak, juga investasi baru.
Berbagai masukan
Di saat para penonton yang sudah tiba lebih dulu telah mengikuti jalannya balapan, pada Senin siang, masih banyak penonton yang tertahan di jalan juga pintu masuk. Khususnya di pintu masuk timur. Ada rombongan yang terpaksa membatalkan keinginan menonton.
“Rombongan kami berangkat pukul 08.30 Wita dan baru sampai di parkir timur pukul 13.00 Wita karena macet. Dari parkir, kami jalan kaki lagi ke tenda shuttle dan mengantre lama. Akibatnya, satu anggota rombongan hampir pingsan, dan kami memutuskan kembali ke hotel di Lombok Utara,” kata Minarni, penonton asal Padang, Sumatera Barat.
Menurut Minarni yang pada hari kedua datang menyaksikan sesi kualifikasi, pada Sabtu kemarin kondisi jauh lebih baik, dan hari Minggu benar-benar padat. Disamping itu, rekayasa jalan kurang bagus, dan jalan kurang lebar. Dia merasa petugas kurang banyak dan kendaraan pribadi harus dibatasi.
“Parkir mobil sembarangan. Dari pengalaman nonton sepak bola di luar negeri, ada kawasan steril mobil di radius sekain kilometer,” kata Minarni.
Baca juga: Dari Atas Kuburan, Mereka Menonton Balapan
Minarni juga menyarankan perlunya percobaan memberi petunjuk pada orang yang tidak tahu apa-apa, tidak biasa pegang telepon pintar, atau tidak bisa berbahasa asing untuk mencari parkir, shuttle bus, tempat menonton, toilet, dan sebagainya.
“Karena ini gelaran perdana, harusnya ada video khusus yang jadi patokan agen travel, terutama dari luar Lombok. Agen perjalanan kami dari Surabaya hampir tidak paham harus parkir dimana, juga berapa menit jalan kaki ke area keberangkatan,” kata Minarni.
Dani Cipto juga menyoroti masalah shuttle bus yang digunakan mengangkut penonton dari parkir timur maupun barat ke sirkuit. “Jalan di parkir timur sangat macet, membuat bus terlambat datang, sehingga kami juga terlambat tiba di sirkuit,” kata Dani, yang sehari-hari berprofesi sebagai wirausahawan.
Ali Saefullah menambahkan, antrean tiket di lokasi membuat pergerakan penonton ke sirkuit semakin lama. Memang telah ada penukaran tiket di awal, tetapi itu juga sulit diakses karena banyaknya yang datang penukaran dan kesiapan tidak maksimal.
Baca juga: Poin Pertama Mario Aji
“Di samping itu, persoalan akomodasi juga sangat penting untuk ditingkatkan. Kami harus bergerilya mencari hotel, dan akhirnya mendapat hotel melati. Adapun hotel berbintang sudah penuh semua,” kata Ali.
Menurut Bambang, pembagian jalur barat (Bandara-Desa Sade) dan timur (Bypass BIL-Mandalika) harus dievaluasi lagi.
“Di jalur barat, kemacetan sampai tujuh kilometer dari Desa Sade hingga Mandalika. Seharusnya, mungkin lewat jalur bypass semua karena di sana lebih cepat. Soal shuttle bus, agak lama karena memang jalur pendukung belum seratus persen,” kata Bambang.
Saat pulang setelah balapan berakhir, ribuan penonton juga terpaksa harus berjalan kaki hingga empat kilometer ke pintu timur. Hal itu karena tidak ada shuttle bus yang menjemput akibat sulitnya masuk ke area gerbang menyusul kemacetan di jalur utama Sirkuit Mandalika.