Transportasi Sulit dan Stok Terbatas di Natuna, Harga Minyak Goreng Melambung
Harga minyak goreng naik menjadi Rp 25.000 per liter di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Kendala transportasi kapal dan keterbatasan stok di daerah penyuplai disebut menjadi penyebab.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Warga mengeluh harga minyak goreng melambung hampir dua kali lipat dari biasanya menjadi Rp 25.000 di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Kendala transportasi kapal dan keterbatasan stok minyak goreng di daerah penyuplai disebut menjadi penyebab.
Salah satu pemilik toko kelontong di Natuna, Muslikhin Azali (40), Senin (14/3/2022), mengatakan, kelangkaan minyak goreng sudah terjadi sejak pertengahan Februari. Sebenarnya, minyak goreng bersubsidi masih ada, tetapi jumlahnya juga sangat terbatas.
”Minyak goreng bersubsidi masih dijual Rp 14.000 per liter. Namun, minyak goreng bersubsidi itu sangat langka, setiap ada stok biasanya langsung habis diserbu warga,” kata Azali saat dihubungi dari Batam.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro Kabupaten Natuna Marwan Syahputra mengatakan, sejumlah warga bahkan melaporkan di beberapa tempat harga minyak goreng naik menjadi Rp 25.000 per liter. Harga setinggi itu umumnya dipatok pedagang warung-warung kecil.
Pada 27 Januari 2022, Kementerian Perdagangan telah mematok harga eceran tertinggi (HET), yakni Rp 11.500 per liter untuk minyak goreng curah, Rp 13.500 per liter untuk minyak goreng kemasan sederhana, dan Rp 14.000 per liter untuk minyak goreng premium.
Menurut Marwan, tingginya harga minyak goreng di Natuna itu disebabkan stok yang menipis di daerah penyuplai. Stok minyak goreng untuk warga Natuna didapat dari ibu kota provinsi Kepri di Tanjung Pinang.
”Kami sudah minta distributor segera kirim 20 ton minyak goreng ke Natuna. Semoga itu bisa sampai dalam minggu ini,” ujar Marwan.
Kebutuhan minyak goreng di Natuna sekitar 50 ton per bulan. Namun, menurut Marwan, Pemerintah Kabupaten Natuna saat ini kesulitan mencari distributor minyak goreng yang dapat memenuhi kebutuhan warga.
”Kami minta 20 ton (minyak goreng) itu saja harus lewat diskusi panjang. Awalnya, distributor hanya bisa kirim 10 ton,” ucapnya.
Selain soal menipisnya stok di daerah penyuplai, tingginya harga minyak goreng di Natuna juga disebabkan oleh faktor transportasi. Bahan pokok dari Tanjung Pinang harus diangkut dengan kapal. Perjalanan laut itu memakan waktu lebih dari 20 jam.
”Butuh biaya besar untuk transportasi, maka kami masih bisa menolerir kalau para pedagang menjual minyak goreng Rp 15.000 per liter. Namun, pedagang yang menjual di atas harga itu akan segera kami tegur,” kata Marwan.
Marwan berharap, pemerintah pusat bisa segera membantu pemenuhan kebutuhan minyak goreng warga di Natuna. Jika minyak goreng yang dikirim ke Natuna masih terus kurang dari 50 ton per bulan, diprediksi harga pun bakal terus melambung.
”Warga daerah kepulauan, apalagi di perbatasan, seperti Natuna, pasti menjadi yang paling terdampak kenaikan harga kebutuhan pokok. Kami berharap segera ada solusi dari pemerintah pusat,” ujarnya.