Pertarungan Petinju Ukraina untuk Kehidupan dan Negaranya
Petinju kelas dunia asal Ukraina meninggalkan kemewahan di negeri orang. Ia pulang ke kampung halaman untuk memperkuat pertahanan negara.
Sebagian mantan petinju dan petinju top dunia asal Ukraina sedang berjuang demi kehidupan keluarga dan negaranya. Mereka meninggalkan kehidupan mewah menuju garis pertahanan nyata dalam hidup mereka. Keberanian dan simpati kepada sesama tidak hilang di antara desingan peluru dan ledakan bom.
Sembilan tahun silam, laga tinju kelas berat antara Wladimir Klitschko dari Ukraina melawan jagoan Rusia, Alexandre Povetkin, menjadi salah satu yang terpanas. Klitschko tengah berada di puncak karier setelah 14 kali mempertahankan gelar. Sementara Povetkin belum terkalahkan.
Dalam laga itu, di Stadion Olympiyskiy, Moskwa, Minggu (6/10/2013) , Klitschko berhasil mempertahankan gelar juara kelas berat dunia WBA, IBF, dan WBO-nya. Tidak dengan KO, ia menundukkan lawannya dengan angka mutlak. Tiga juri memberi skor 119-104.
Klitschko mengatakan, itu bukan pertarungan mudah. Povetkin adalah lawan tangguh. Meski menerima banyak pukulan, Povetkin tetap berdiri dan mencoba melawan.
Povetkin juga mengakui keunggulan Klitschko. Dia mengatakan, lawannya pantas menjadi juara. ”Tentu saja, dia adalah petarung yang lebih baik, dia yang terbaik di dunia, itu jelas,” kata Povetkin.
Di samping bangga bisa menang, Klitschko juga lega melihat ujung laga yang disaksikan kurang lebih 14.000 orang itu. Tidak ada dampak susulan dari pertemuan di antara pendukung dari dua negara.
”Pada akhirnya laga itu keras dan emosional, seperti olahraga seharusnya. Namun, tidak ada perselisihan buruk (di antara para penggemar) yang menjadi ketakutan saya mengingat situasi politik. Untungnya, semuanya tetap bersahabat,” katanya.
Tahun 2013 disebut sebagai awal mula konflik Ukraina-Rusia mulai menghangat. Ketegangan dipicu tarik-menarik kekuatan pro-Rusia dan Barat.
Baca juga: Pengucilan Rusia dan Belarusia di Olahraga Kian Menggema
Tidak seperti harapan Klitschko, sejak itu hubungan kedua negara tidak pernah sama. Puncaknya, Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari 2022.
Kini, sudah sama-sama pensiun dari tinju, Wladimir dan Povetkin ada dalam pusaran itu. Hanya saja, kondisi bertolak belakang.
Sekarang, Rusia lebih unggul ketimbang Ukraina. Angkatan perangnya jauh lebih besar. Namun, seperti laga Klitschko-Povetkin, tidak ada pihak yang benar-benar ingin menyerah.
Povetkin berusaha membenarkan invasi negaranya ke Ukraina. Dia mengatakan, ada ancaman yang harus dilawan lewat tindakan itu.
Baca juga: Svitolina dan Perjuangan Panjang Petenis Ukraina
Klistchko juga membela negaranya. Sudah mendaftar sebagai tentara cadangan Ukraina, dia mengatakan cinta untuk negara memaksa untuk mempertahankannya.
Hal itu senada dengan saudaranya sesama juara dunia, Vitali Klitschko. Vitali, yang telah menjadi Wali Kota Kiev sejak 2014 atau dua tahun setelah pensiun bertinju, mengatakan siap bertarung lagi untuk negaranya.
”Saya tidak punya pilihan lain, saya harus melakukan itu. Saya akan berjuang. Saya juga percaya pada Ukraina. Percaya pada negara dan rakyat saya,” kata Vitali.
Saya tidak punya pilihan lain, saya harus melakukan itu. Saya akan berjuang.
Sikap Klitschko bersaudara menuai simpati. ”Saya memikirkan Anda, teman-teman saya,” kata aktor dan politikus Arnold Schwarzenegger dalam cuitannya.
”Anda adalah pahlawan saya di atas ring dan sekarang Anda adalah pahlawan saya,” tambahnya.
Tinggalkan hidup mewah
Selain sepak bola, tinju menjadi olahraga sangat populer di Ukraina. Juara dunia dalam berbagai kelas muncul dari negara itu.
Dengan segudang prestasi, tidak sedikit petinju Ukraina mampu memperbaiki kehidupan. Dari awalnya tinggal di daerah pinggiran hingga akhirnya hidup sukses di luar negeri.
Baca juga: Solidaritas atas Ukraina, Rusia Dikucilkan dari Olahraga
Uniknya, saat Ukraina diserang Rusia, sebagian di antara mereka justru pulang kampung. Demi negara, mereka meninggalkan rasa nyaman. Para petarung itu turun ke medan laga mempertahankan ”kehidupan” sesungguhnya.
Petinju Vasiliy Lomachenko tengah dalam pusaran itu. Lomachenko adalah peraih dua emas dalam Olimpiade Beijing 2008 serta London 2012.
Dia mempunyai kehidupan mapan di California, Amerika Serikat, tetapi memilih pulang dan menjadi tentara untuk menjaga garis pertahanan di pedalaman Ukraina.
Saat Rusia menyerang, ia sedang berada di Yunani. Namun, ia kembali ke Ukraina meskipun jalannya tidak mudah.
Baca juga: Tenis Tidak Lebih Penting daripada Perdamaian
Dia harus singgah di Bukares (Romania) untuk sampai ke kota kelahirannya di Odessa. Fotonya di garis pertahanan dengan seragam militer Ukraina sudah tersebar di media sosial.
Lomachenko tidak sendirian. Ada teman dan sesama juara dunia Oleksandr Usyk yang pulang kampung dan ingin berjuang demi keluarga dan negara. Ketika Rusia menyerang, ia berada di Inggris untuk keperluan pembuatan video gim.
Dalam wawancara eksklusif dengan CNN, Usyk mengatakan sudah berada di Ukraina. Dia bersama keluarga, teman, dan tetangga berlindung bersama.
Selama wawancara, terdengar suara anak-anak di belakangnya, seperti berada di ruang bawah tanah. Memiliki tiga anak, berada dalam ruang aman saat hujan bom dan peluru bisa jadi salah satu jalan terbaik bagi dia.
”Pengeboman ini gila,” kata Usyk. Namun, dia menegaskan, dia tidak gentar. Usyk tidak takut.
”Jiwaku milik Tuhan. Tubuh dan kehormatan milik negaraku, milik keluargaku. Jadi tidak ada rasa takut. Hanya kebingungan, bagaimana (perang) bisa terjadi di abad ke-21.”
Terkait karier tinju, ia mengatakan belum berencana berlaga di ring dalam waktu dekat. Saat ini, yang terpenting bagi juara dunia kelas berat IBF, WBA WBO, dan IBO ini adalah negaranya.
Meski dibakar nasionalisme, para petinju kelas dunia ini tetap berusaha bijak. Meski peluru bisa saja dengan mudah menembus tubuh besarnya, mereka berusaha menyikapi tekanan dunia bagi rakyat hingga atlet Rusia dengan akal sehat.
Wladimir mengatakan, rakyat Ukraina terbukti kuat di tengah cobaan ini. ”Warga Ukraina merindukan kedaulatan dan perdamaian. Orang (Ukraina) yang menganggap orang Rusia sebagai saudara mereka,” katanya.
Usyk juga yakin, banyak orang Rusia tidak benar-benar tahu dengan keadaan yang terjadi di Ukraina. ”Mereka tidak melihat yang terjadi. Mereka adalah korban presidennya,” ujarnya.
Dalam akun Instagramnya, Lomachenko jelas tidak ingin peperangan. Dia mengunggah ilustrasi dua tangan bergambar bendera Ukraina dan Rusia.
Kedua tangan dinaungi burung merpati yang biasa dikenal sebagai lambang perdamaian.
Lomachenko juga menuliskan harapan lewat tulisan panjang yang disebutnya sebagai ”Doa untuk Kedamaian Seluruh Dunia dan Pencerahan Orang-orang di Bumi”. Tidak hanya untuk Ukraina-Rusia, doa itu juga bagi seluruh manusia.
”...Semoga orang-orang melupakan kesedihan Bumi, dan semoga mereka meninggalkan semua kejahatan dan melekat pada-Mu dengan cinta, dan semoga mereka hidup dalam damai, melakukan kehendak-Mu untuk kemuliaan-Mu.” (AFP/AP)