Solidaritas atas Ukraina, Rusia Dikucilkan dari Olahraga
Agresi atas Ukraina membuat Rusia terkucilkan dari panggung olahraga internasional. FIFA memutuskan mencoret keikutsertaan Rusia di Piala Dunia Qatar 2022. Langkah serupa diikuti Komite Olimpiade Internasional (IOC).
Oleh
YULVIANUS HARJONO
·3 menit baca
ZURICH, SELASA – Solidaritas atas Ukraina, menyusul serangan Rusia, kian menguat di panggung olahraga. “Football stands together,” bunyi tulisan di layar raksasa Stadion Wembley, London, saat final Piala Liga Inggris, akhir pekan lalu, mempertegas solidaritas itu.
Ketegasan itu juga diperlihatkan FIFA dengan mencoret Rusia dari Piala Dunia, ajang olahraga terakbar sejagat. “Sbornaya”, julukan tim nasional sepak bola Rusia, sedianya dijadwalkan tampil pada babak playoff Piala Dunia Qatar menghadapi Polandia di Moskwa, 24 Maret mendatang. Namun, Polandia menolak berlaga meskipun Rusia mengusulkan pertandingan itu digelar di lokasi netral. FIFA pun turun tangan dan menyatakan Rusia tidak bisa tampil di laga playoff itu.
“Sepak bola bersatu dan sepenuhnya bersama semua orang yang terdampak (perang) di Ukraina. Kami berharap situasi di Ukraina membaik signifikan dan sepak bola bisa kembali menjadi pembawa persatuan dan kedamaian,” bunyi pernyataan bersama FIFA dan Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) seperti diberitakan BBC, Selasa (1/3/2022).
Selain FIFA, UEFA sebelumnya juga telah menghukum Rusia. UEFA membatalkan lokasi final Liga Champions Eropa musim 2021-2022 di Saint Peterseburg, Rusia. Lokasi final kompetisi antarklub sepak bola Eropa itu lantas dipindah ke Stadion Stade de France, Paris, Perancis.
Tak berhenti di sana, UEFA juga mencoret seluruh klub sepak bola Rusia, baik putra dan putri, dari kompetisi Eropa. Dengan demikian, klub Rusia, Spartak Moskwa, batal tampil melawan wakil Jerman, RB Leipzig, di babak 16 besar Liga Europa. Leipzig pun lolos ke perempat final tanpa harus berkeringat.
UEFA bahkan membatalkan kerjasama sponsor senilai 40 juta euro atau Rp 642 miliar per tahun dengan Gazprom, perusahaan nasional Rusia di bidang energi. Tidak hanya lembaga, kecaman atas serangan Rusia ke Ukraina juga datang dari sejumlah individu berpengaruh di sepak bola.
Jika rekomendasi itu ditaati seluruh federasi olahraga, Rusia bakal menjadi negara ketiga sepanjang sejarah yang dikucilkan IOC. Sebelumnya, pengalaman buruk itu dialami Yuglosavia (negara pecahan Rusia) pada rezim Slobodan Milosevic dan Afrika Selatan pada masa pergolakan apartheid.
Manajer Tottenham Hotspur Antonio Conte misalnya, menyatakan, sepak bola harus bersatu melawan agresi. “Seluruh dunia harus kompak dan menunjukkan solidaritasnya atas keputusan bodoh sejumlah orang. Tunjukkan bahwa sepak bola dan UEFA itu kuat,” ujarnya.
Langkah serupa FIFA dan UEFA dilakukan IOC, induk organisasi multicabang olahraga dunia. Mereka merasa kebijakan mengucilkan Rusia dan sekutunya, Belarus, adalah dilema yang tidak bisa diatasi menyusul serangan mereka terhadap Ukraina.
“Ketika atlet-atlet Rusia dan Belarus bisa tampil di ajang olahraga, banyak atlet dari Ukraina tidak bisa melakukannya karena serangan (Rusia-Belarus). Untuk melindungi integritas olahraga dan keamanan peserta, kami merekomendasikan seluruh federasi olahraga internasional dan para penyelenggara olahraga untuk tidak mengikutsertakan atlet dan ofisial Rusia serta Belarus,” ungkap IOC dalam keterangan resminya.
Pengalaman buruk
Jika rekomendasi itu ditaati seluruh federasi olahraga, Rusia bakal menjadi negara ketiga sepanjang sejarah yang dikucilkan IOC. Sebelumnya, pengalaman buruk itu dialami Yuglosavia (negara pecahan Rusia) pada rezim Slobodan Milosevic dan Afrika Selatan pada masa pergolakan apartheid. Mereka tidak bisa mengikuti Olimpiade pada masanya.
Adapun langkah IOC telah lebih dulu dijalankan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF). Pada Senin, mereka telah memutuskan membatalkan seluruh turnamen di Rusia dan Belarus. Bendera dan lagu kebangsaan mereka pun dilarang muncul di seluruh turnamen BWF. Langkah serupa dilakukan Federasi Rugbi Internasional.
Pengucilan ramai-ramai itu pun ditentang Rusia. Federasi Sepak Bola Rusia (RFU), misalnya, menyatakan bakal melakukan langkah hukum menyusul pencoretan mereka dari Piala Dunia oleh FIFA. Langkah hukum yang bisa ditempuh itu adalah melakukan banding di Mahkamah Arbitrase Olahraga Internasional (CAS).
“Saya prihatin dengan nasib anak-anak (para pemain timnas sepak bola Rusia). Mereka bermimpi bisa bermain di Piala Dunia. Kini, harapan mereka sirna,” ujar Valery Karpin, pelatih timnas sepak bola Rusia.
Rusia terakhir kali tampil di Piala Dunia yang digelar di rumah mereka sendiri pada 2018. Saat itu, mereka membuat kejutan besar dengan melangkah jauh, yaitu ke perempat final, seusai menyingkirkan Spanyol di babak 16 besar. (AFP/BBC)