Di sela-sela penampilan dalam turnamen, petenis Rusia, Andrey Rublev dan Daniil Medvedev, menyerukan perdamaian terkait serangan Rusia ke Ukraina. Saat ini, tenis tak lebih penting dari perdamaian.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
Andrey Rublev dan Daniil Medvedev adalah dua petenis Rusia yang pekan ini tampil dalam turnamen tenis ATP 500 di Dubai, Uni Emirat Arab, dan Acapulco, Meksiko. Di sela-sela turnamen, mereka mengungkapkan rasa gundah akibat serangan Rusia ke Ukraina.
”Tolong, jangan ada perang”. Kalimat itu ditulis Rublev dalam lensa kamera setelah memenangi semifinal di Dubai, Jumat (25/2/2022) tengah malam waktu Indonesia.
Dia menang atas Hubert Hurkacz, 3-6, 7-5, 7-6 (5), dan akan berhadapan dengan petenis kualifikasi asal Ceko, Jiri Vesely, di final. Vesely mengalahkan Denis Shapovalov dalam laga epik, 6-7 (7), 7-6 (2), 7-6 (3), setelah sehari sebelumnya membuat kejutan dengan menyingkirkan Novak Djokovic pada perempat final.
Menjadi tradisi dalam pertandingan tenis profesional, terutama level tinggi, pemenang pertandingan harus membubuhkan tanda tangan dalam lensa kamera. Namun, belakangan, banyak petenis memanfaatkan momen itu untuk hal lain, seperti menggambar, menulis pesan untuk menyapa keluarga dan penggemar, atau seperti yang dilakukan Rublev, menyampaikan pesan kemanusiaan.
Sebagai bagian dari cabang olahraga profesional, petenis tak hanya bersaing, tetapi juga berpartner dalam nomor ganda, bahkan bersahabat dengan petenis dari negara berbeda. Pekan lalu, Rublev menjuarai ATP 250 Marseille pada nomor tunggal dan ganda. Di nomor ganda, dia berpasangan dengan petenis Ukraina, Denys Molchanov.
Rublev resah atas serangan Rusia ke Ukraina, sama seperti rekannya, Medvedev, yang bertanding di Acapulco yang berjarak 14.407 kilometer dari Dubai. Pada semifinal yang berlangsung Sabtu siang waktu Indonesia, Medvedev kalah 3-6, 3-6 dari Rafael Nadal pada semifinal.
Medvedev sebenarnya berkesempatan meraih gelar pertama tahun ini. Dia mendapat peluang itu untuk melengkapi status barunya sebagai petenis nomor satu dunia. Medvedev memenangi perburuan poin untuk menjadi petenis nomor satu dunia setelah Djokovic tersingkir pada perempat final di Dubai.
Akan tetapi, penampilan Nadal terlalu solid untuk diantisipasi petenis berusia 26 tahun itu. Di sisi lain, yang terpenting baginya, saat ini, bukanlah tenis. Dia lebih menginginkan adanya perdamaian dunia.
Sebagai petenis, saya ingin mengimbau untuk menciptakan perdamaian dunia. Kami bermain di banyak negara sejak dari yunior hingga profesional sehingga tak mudah untuk mendengar apa yang terjadi saat ini antara Rusia dan Ukraina.
”Sebagai petenis, saya ingin mengimbau untuk menciptakan perdamaian dunia. Kami bermain di banyak negara sejak dari yunior hingga profesional sehingga tak mudah untuk mendengar apa yang terjadi saat ini antara Rusia dan Ukraina. Sedih rasanya melihat berita yang terjadi di negara saya ketika saya bangun di sini. Pada momen sekarang, tenis tidaklah lebih penting dari perdamaian,” tuturnya.
Rublev mengatakan hal serupa. Meski senang karena mendapat peluang meraih gelar juara dalam dua turnamen beruntun, momen yang berpengaruh pada hidupnya saat ini adalah serangan Rusia terhadap Ukraina. Akibat kejadian itu, Rublev bahkan menerima banyak komentar buruk di media sosial.
”Apa yang saat ini terjadi sangat buruk. Dengan situasi ini, kita pun sadar betapa pentingnya perdamaian dan saling menghargai antara sesama umat manusia. Kita harus saling menjaga,” katanya.
Baik Rublev maupun Medvedev tak ingin berpendapat tentang sumber masalah yang sebenarnya terjadi antara dua negara. Mereka hanya menyampaikan kegundahan karena serangan seperti yang saat ini terjadi akan banyak menimbulkan korban.
”Saya tak mengerti pada zaman sekarang masih ada kejadian seperti itu. Saya benar-benar tak mengerti. Saya harap hal buruk ini segera berakhir,” kata Medvedev.
Selain menyampaikan pendapat dalam konferensi pers seperti yang disampaikan Medvedev dan Rublev, petenis lain memasang foto bendera Ukraina pada akun media sosial masing-masing. Di antara mereka yang melakukannya adalah petenis dan mantan petenis Ukraina, Elina Svitolina dan Alexandr Dolgopolov, serta mantan petenis Rusia, Yevgeny Kafelnikov. (REUTERS)