Kasus Penularan Covid-19 Masih Bertambah, Surakarta Berencana Gelar PTM Pekan Depan
Pemkot Surakarta berencana memulai lagi pembelajaran tatap muka bagi jenjang TK hingga SMP pekan depan. Kapasitas kelas dibatasi 50 persen demi menjamin protokol kesehatan dapat diterapkan ketat.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Di tengah kasus baru Covid-19 yang masih terus bertambah, Pemerintah Kota Surakarta berencana memulai lagi pembelajaran tatap muka bagi jenjang TK hingga SMP pekan depan. Kapasitas kelas diklaim bakal dibatasi 50 persen. Siswa yang masih menghendaki pembelajaran jarak jauh tetap difasilitasi.
Sekolah dari jenjang TK hingga SMP, di Kota Surakarta, Jawa Tengah, sudah menjalani pembelajaran jarak jauh sejak Senin (7/2/2022). Alasannya, merebaknya kasus Covid-19 di lingkungan sekolah. Masa pembelajaran jarak jauh (PJJ) dimanfaatkan untuk mengevaluasi pembelajaran tatap muka (PTM) yang sudah dilakukan sebelumnya.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka menyampaikan, pihaknya berencana melaksanakan kembali PTM kembali pekan depan. Namun, pihaknya tidak memaksakan agar semua murid mengikuti metode pembelajaran tersebut. Orangtua murid diberikan keleluasaan menentukan proses pembelajaran bagi anaknya.
”Seminggu ini sudah kami evaluasi. Kenaikan sudah kami pantau. Yang jelas, kami tidak ingin memaksa orangtua murid. Kalau mau datang ke sekolah silakan, kalau masih takut bisa PJJ. Yang PJJ tidak dianggap absen (tidak masuk),” kata Gibran di SD Negeri Kleco 1, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (11/2/2022).
Gibran menyampaikan, agar orangtua tidak perlu khawatir dengan PTM. Ia menjamin protokol kesehatan diterapkan dengan baik selama di sekolah. Anak-anak juga sudah banyak yang terbiasa mengikuti pembelajaran dengan protokol kesehatan ketat.
”Kami kawal anak-anaknya. Saya yakin lebih banyak anak-anak yang suka PTM. Saya lihat protokol kesehatan di sekolah sudah baik. Guru dan siswa tertib. Mereka terbiasa belajar dengan masker. Kami ingin membiasakan itu,” kata Gibran.
Meski diklaim aman, kerentanan munculnya kasus baru masih tinggi. Penambahan kasus Covid-19, di Kota Surakarta menembus angka 1.000 kasus dalam 10 hari terakhir. Periode 2-11 Februari 2022, total kasus harian mencapai 1.297 kasus. Rata-rata kasus melebihi 100 kasus per hari.
Tidak efektif
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surakarta Etty Retnowati menyampaikan, mekanisme PTM dilakukan dengan kapasitas 50 persen dari kelas. PTM, kata Etty, hanya bisa dilaksanakan bagi sekolah yang tidak ada temuan kasus Covid-19 di dalamnya. Jika ada temuan, PTM harus dihentikan sementara untuk penelusuran kontak erat.
Etty menambahkan, menurut laporan yang diterimanya, banyak orangtua murid yang meminta agar diadakan PTM. Para murid disebut kesulitan mencerna materi pelajaran lewat PJJ. Orangtua juga kesulitan membagi waktu, khususnya bagi mereka yang punya anak lebih dari satu.
”PJJ dianggap tak efektif. Anak-anak kesulitan mencerna, sedangkan orangtua kesulitan menunggu anaknya belajar. Terlebih lagi, kalau anaknya lebih dari satu. Keluhannya seperti itu,” kata Etty.
Dalam pelaksanaan PTM, Etty juga memohon kerja sama orangtua untuk memantau penerapan protokol kesehatan anak-anaknya setelah rampung aktivitas belajar di sekolah. Alasannya, pelaksanaan protokol kesehatan sudah dijalankan ketat di sekolah. Terdapat juga pengawas sekolah yang menjamin protokol kesehatan dijalankan benar-benar ketat.
Queen Kyla (10), murid dari SD Negeri 1 Kleco Surakarta, mengatakan, lebih senang mengikuti PTM. Sebab, selama PJJ, ia lebih sering mendapat tugas daripada penjelasan langsung dari gurunya. Ia juga kerap kebingungan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan karena tidak tahu cara mengerjakannya.
”Jadi lebih baik PTM. Kalau ada yang membingungkan, bisa tanya-tanya langsung. Bisa bertemu juga dengan teman-teman jadi lebih menyenangkan,” kata Kyla.