Berkah Trans-Papua yang Meringankan Beban Warga
Dampak terbesar jalan Trans-Papua adalah mengatasi disparitas harga yang dialami masyarakat selama ini, khususnya di kawasan pegunungan Papua.
Jalan Trans-Papua di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat sepanjang 3.421,34 kilometer bukan hanya mewujudkan konektivitas antardaerah. Infrastruktur vital itu juga menjadi tumpuan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Namun, sejumlah kendala menghambat optimalisasi pemanfaatan urat nadi Papua itu.

Jalan Trans-Papua di Kampung Wembi, Distrik Arso Timur, Kabupaten Keerom pada 3 Desember 2021. Jalan ini temasuk bagian jalur Trans-Papua ruas Jayapura-Wamena sepanjang 575,14 kilometer.
Marthen Tangalele (41), pedagang di Distrik Elelim, Kabupaten Yalimo, Papua, sibuk melayani pembeli di kiosnya pada Senin (13/12/2021). Lokasi kios yang menjual berbagai barang kebutuhan pokok itu berada di pinggir jalur Trans-Papua ruas Jayapura-Wamena.
Marthen membuka kiosnya dari pukul 07.00 hingga 22.00 WIT. Sejak ruas Jayapura-Wamena terhubung pada 2018, harga barang kebutuhan pokok yang dibelinya dari Jayapura turun drastis hingga 50 persen. Barang-barang yang dulunya hanya bisa diangkut lewat pesawat kini dapat diakses jalur darat. Hal itu sudah tentu menekan biaya logistik.
“Dulu sebelum ada Trans-Papua, pengiriman barang biasanya menggunakan pesawat. Ongkos angkut mencapai Rp 12.000 per kg. Kini, ongkos angkut menggunakan truk yang melintasi Trans-Papua hanya dikenakan Rp 6.000 per kg,” ungkap Marthen.

Marthen Tangalele (kiri), sedang melayani pembeli di kiosnya di Distrik Elelim, Kabupaten Yalimo, Papua, Senin (13/12/2021).
Dampaknya pun langsung terasa. Harga beras, misalnya, turun dari Rp 30.000 per kilogram (kg) jadi Rp 18.000 per kg, begitu pula gula dari Rp 30.000 per kg jadi Rp 15.000 per kg. Sementara, material bangunan seperti semen turun dari Rp 800.000 per zak jadi Rp 350.000 per zak.
Ruas Jayapura-Wamena membentang sepanjang 575,14 kilometer. Ruas ini melintasi empat daerah, yakni Kota Jayapura, Kabupaten Keerom, Yalimo, dan terakhir di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya.
Baca juga: 29 Jam Melintasi Pegunungan Papua
Biasanya, dalam sepekan, sebanyak 200-400 kendaraan jenis dump truck hingga mobil double kabin membawa aneka barang melintasi jalur itu dari Jayapura. Jalan Trans-Papua Jayapura-Wamena menyambungkan daerah pesisir dengan pegunungan Papua. Jayapura merupakan ibu kota provinsi yang terletak di pesisir, sedangkan Wamena merupakan pusat distribusi di kawasan Pegunungan Tengah.
Yustinus Kosay (31), warga di Wamena, mengatakan, dirinya tak lagi mengeluarkan biaya belanja bulanan yang besar sejak hadirnya jalan Trans-Papua. “Barang kebutuhan pokok yang dipasok dari Jayapura melalui jalur darat lebih murah bila dibandingan dengan harga beberapa tahun yang lalu,” tuturnya.

Warga berjalalan kaki melewati Jalan Trans-Papua di Distrik Benawa, Kabupaten Yalimo, pada 8 September 2018.
Manfaat lain dari Trans-Papua ruas Jayapura-Wamena yang berdampak besar bagi masyarakat yakni menghemat waktu perjalanan. Hal inilah yang dirasakan Ketua Dewan Adat Kabupaten Keerom Servo Tuamis, saat ditemui di Distrik Arso.
Warga dari sejumlah distrik (wilayah setingkat kecamatan) di pedalaman yang hendak berpergian kini tidak lagi kesulitan. Banyak kendaraan umum yang sering melintasi rute dari Waris ke Arso, pusat pemerintahan dan pelayanan publik di Keerom.
“Sebelum kehadiran jalan Trans-Papua, perjalanan dari Distrik Waris ke Arso yang berjarak 90 kilometer ditempuh sekitar 5 jam. Kini, warga hanya membutuhkan waktu 2,5 jam saja karena kondisi jalan yang semakin baik,” tutur Servo.
Terdapat tujuh kabupaten yang terdampak langsung dengan kehadiran Trans-Papua.
Hal senada disampaikan Evang Karmang (30), sopir yang biasanya mengangkut warga dan barang kebutuhan pokok dari Wamena ke Elelim, ibu kota Yalimo. Perjalanan dari Wamena ke Elelim yang biasanya memakan waktu hingga enam jam kini hanya membutuhkan 3-4 jam saja.
“Hal ini membuat biaya penggunaan mobil untuk rute ke Elelim pun turun dari Rp 6 juta menjadi Rp 4 juta,” tutur pria yang bermukim di Wamena ini.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Provinsi Papua Ronald Antonio Bonai mengaku, para pelaku usaha sangat terbantu dengan kehadiran Trans-Papua. Fungsi utama infrastruktur ini untuk menekan tingginya biaya pengangkutan logistik ke daerah pegunungan bisa terwujud.

Ia menilai, Trans-Papua dapat membantu perekonomian masyarakat di kawasan pegunungan Papua. Jalan tersebut menyokong Wamena sebagai pusat transit barang kebutuhan pokok untuk kawasan Pegunungan Tengah Papua. Dari Wamena, barang kebutuhan pokok didistribusikan ke sejumlah kabupaten di kawasan itu, seperti Tolikara, Lanny Jaya, Mamberamo Tengah, Puncak, Puncak Jaya, Yalimo, dan Nduga.
“Terdapat tujuh kabupaten yang terdampak langsung dengan kehadiran Trans-Papua. Kami sebagai pelaku usaha tidak lagi terbebani dengan biaya pengangkutan barang ke daerah pegunungan yang mencapai Rp 12.000-Rp 14.000 per kg,” tutur Ronald.
Baca juga: Jembatan Ambruk, Akses Jayawijaya-Yalimo Terputus
Ia berharap, pembangunan Trans-Papua ruas Jayapura-Wamena terus diprioritaskan. Banyak jalan yang rawan longsor dan belum beraspal sehingga sering kali menghambat distribusi barang kebutuhan pokok dan material bangunan dari Jayapura ke Wamena.
“Ketika jalan rusak karena longsor, kendaraan yang membawa barang akan tertahan dalam waktu yang lama. Jalan ini harus dalam kondisi yang layak pakai sehingga manfaat yang dirasakan masyarakat semakin besar,” ujar Ronald.

Pengerjaan jalan Trans-Papua di Kabupaten Yalimo, Papua, pada September 2018.
Hal senada disampaikan Wakil Ketua Gabungan Pelaksana Kontruksi Nasional (Gapensi) Kabupaten Jayawijaya Anthon Wetipo. Jalan Trans-Papua berdampak besar menurunkan harga material bahan bangunan di Wamena, seperti semen yang kini Rp 400.000 per zak. Beberapa tahun sebelumnya, harga semen di wilayah pegunungan Papua bisa mencapai Rp 700.000 hingga Rp 1 juta per zak.
Ia menduga, kondisi jalan yang kerap rusak karena beban angkutan kendaraan telah melewati ambang batas beban jalan. Perlu ada fasilitas jembatan timbang di sejumlah lokasi sebelum memasuki Yalimo dan Wamena.
“Idealnya ada jembatan timbang di Keerom dan daerah pintu masuk Yalimo untuk mengetahui besar muatan yang dibawa dari Jayapura. Biasanya para sopir membawa barang muatan yang melebihi beban jalan agar bisa mendapatkan pemasukan lebih besar,” kata Anthon.
Banyak kendaraan yang mengangkut barang mencapai enam hingga tujuh ton.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Hedy Rahadian mengatakan, hingga akhir 2021, jalan Trans-Papua di Provinsi Papua Barat memiliki total panjang 1.107,81 km. Dari jumlah itu, kondisi jalan berupa tanah sepanjang (269,315 km) dan perkerasan aspal (802,5 km). Rencana alokasi anggaran untuk tahun 2022-2024 sebesar Rp 946,89 miliar.
Adapun jalan Trans-Papua di Provinsi Papua total panjangnya 2.350,72 km. Kondisi jalan berupa hutan sepanjang 10 km, tanah (249,47 km), dan perkerasan aspal (1.091,25 km). Rencana alokasi anggaran untuk tahun 2022-2024 sebesar Rp 946,89 miliar.
Hedy mengemukakan, hingga tahun 2024, pihaknya fokus menyelesaikan jalur Wamena-Jayapura dengan tujuan menekan biaya logistik di Papua. Selama ini, sebagian angkutan barang melalui udara sehingga menimbulkan biaya sangat tinggi. “Jalur itu dapat ditembus, tetapi selama ini bukan untuk angkutan barang normal,” katanya.

Kepala BPJN Wamena Sefnat Kambu saat meninjau ruas jalan Trans Papua Jayapura-Wamena di Kabupaten Yalimo pada tahun 2021.
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Wamena Sefnat Kambu mengatakan, ruas Jayapura-Wamena termasuk salah satu jalan strategis yang berhasil memberikan dampak menurunkan harga barang kebutuhan pokok dan bahan bangunan. Total panjang jalan yang masuk dalam wilayah kerja BPJN Wamena mencapai 1.700,62 kilometer.
Pengerjaan jalan Trans-Papua oleh BPJN Wamena melintasi sebanyak 14 kabupaten. Daerah-daerah ini meliputi Jayawijaya, Yalimo, Pegunungan Bintang, Yahukimo, Mimika, Deiyai, Paniai, Intan Jaya, Puncak, Puncak Jaya, Tolikara, Lanny Jaya, Nduga, dan Mamberamo Tengah.
Baca juga:
- Tiga Tahun Meniti Asa di Tol Trans-Jawa
- Membangun dan Menjaga Nadi Sumatera
- Urat Rapuh Pulau Sulawesi
Sefnat mengakui, ruas Jayapura-Wamena rawan mengalami kerusakan, terutama saat hujan. Hal ini disebabkan sejumlah faktor, antara lain, kondisi jenis tanah lempung yang tidak padat dan beban muatan barang yang melebihi beban jalan sekitar lima ton. “Kami telah berkoordinasi dengan lembaga terkait untuk mengupayakan fasilitas jembatan timbang. Banyak kendaraan yang mengangkut barang mencapai enam hingga tujuh ton,” ucapnya.

Ia pun mengungkapkan, terdapat jalan sepanjang 75 kilometer dalam kondisi belum teraspal. Akibatnya, saat musim hujan, kondisi itu dapat menyebabkan kendaraan tertahan selama berminggu-minggu karena jalan menjadi sulit dilewati.
“Kementerian PUPR telah menganggarkan untuk pengaspalan jalan sepanjang 75 kilometer ini pada tahun depan. Kami juga telah menyiapkan upaya pencegahan jalan longsor saat musim hujan,” tutur Sefnat.
Ia pun berharap adanya dukungan dari pemda setempat, tokoh masyarakat, dan aparat keamanan agar pembangunan jalan Trans-Papua berjalan lancar. Sebab selain tantangan kondisi geografis, gangguan keamanan sering kali mengintai pekerja Trans-Papua.

Jenazah korban pembunuhan kelompok kriminal bersenjata di Yahukimo tiba di Bandara Moses Kilangin Timika, Senin (23/8/2021). Dua pekerja jalan Trans-Papua tewas dibunuh kelompok kriminal bersenjata pada Minggu (22/8/2021).
Kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Tenius Gwijangge membunuh dua pekerja PT Indo Mulia Baru pada 22 Agustus 2021 di sekitar Kali Yegi, Yahukimo. Kedua pekerja kontraktor yang membangun jalan Trans-Papua ruas Distrik Deikai ke Distrik Seredala itu ialah Rionaldo Raturoma dan Dedi Imam Pamungkas.
KKB pimpinan Lamek Taplo pun mengganggu pembangunan jalan Trans-Papua ruas Oksibil-Towe di Pegunungan Bintang. Kelompok ini membakar dua alat berat dan satu truk yang biasanya digunakan para pekerja pada 9 September 2021.
“Hingga kini pembangunan jalan Trans-Papua di tiga daerah masih terhenti karena gangguan keamanan. Tiga daerah ini adalah Nduga, Yahukimo, dan Pegunungan Bintang. Kami sangat membutuhkan dukungan berbagai pihak untuk menyukseskan pembangunan jalan ini,” ucap Sefnat.
Baca juga: 11 Pekerja Trans-Papua di Yahukimo Dievakuasi Selama Tujuh Jam