Tiga Tahun Meniti Asa di Tol Trans-Jawa
Keberadaan Jalan Tol Trans-Jawa memacu pertumbuhan ekonomi di sejumlah daerah yang dilalui. Meski demikian, pembenahan perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas tol.

Lansekap jalan Tol Trans-Jawa ruang Solo-Ngawi KM 544, Sragen, Jawa Tengah dengan latar belakang Gunung Lawu, Kamis (16/4/2021).
JAKARTA, KOMPAS--Jalan Tol Trans-Jawa menghadirkan harapan adanya efisiensi mobilitas, konektivitas yang lebih baik, dan dapat mendongkrak perekonomian. Tiga tahun terhubung, pemanfaatan jalan tol untuk mengungkit perekonomian perlu dioptimalkan.
Pembangunan Jalan Tol Trans-Jawa dirintis sekitar 40 tahun silam dan dinyatakan resmi terhubung pada 20 Desember 2018. Jalan tol itu membentang sepanjang 1.023 kilometer (km) dari Merak di Banten hingga Probolinggo di Jawa Timur.
Keberadaan Tol Trans-Jawa membuka keran investasi dan mendorong berkembangnya industri di wilayah yang dilalui jalur tol. Di Jawa Tengah, berkembang kawasan industri di Batang dan Kendal, serta di Brebes yang masih dalam tahap pembebasan lahan.
”Dari penelitian, sejak tol tersambung, ada peningkatan investasi sekitar 11 persen di Jateng,” kata Peni Rahayu, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretaris Daerah Jateng, di Semarang, Jumat (17/12/2021).

Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Majalengka, Jawa Barat, Senin (13/12/2021). Sejak pandemi Covid-19, bandara ini tidak lagi melayani penerbangan penumpang komersial. Pengoperasian jalan tol langsung ke Bandara Kertajati yang terhubung dengan Jalan Tol Cikopo-Palimanan diharapkan akan memudahkan warga yang akan menuju bandara.
Sebanyak 13 kota baru berbasis industri juga bakal dibangun dalam 10-30 tahun mendatang di wilayah Jawa Barat, tepatnya di kawasan Rebana (Cirebon-Patimban-Kertajati). Kawasan itu didukung keberadaan Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati, Majalengka; serta Pelabuhan Patimban di Subang.
”Jika berhasil, akan ada 13 kota baru yang menghadirkan sekitar lima juta lapangan pekerjaan dan memberikan bonus 2-3 persen pertumbuhan ekonomi,” kata Gubernur Jabar Ridwan Kamil.
Baca juga:
Selain sektor industri, pariwisata di sejumlah daerah yang dilalui tol juga berkembang. Kota Cirebon di Jabar, Kota Semarang dan Surakarta di Jateng, serta Kota Surabaya di Jawa Timur termasuk yang mendapat berkah peningkatan kunjungan wisatawan.

Logistik
Usaha angkutan logistik merasakan manfaat dari tol. Wakil Ketua Bidang Angkutan Distribusi dan Logistik DPD Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia Jateng-DIY Agus Pratiknyo mengatakan, biaya tol memang tidak murah, tetapi waktu tempuhnya lebih singkat. ”Maka, kalau dihitung-hitung, ada peningkatan kinerja 25-30 persen,” katanya.
Sebelum tol tersambung, perjalanan truk dari Semarang ke Jakarta membutuhkan 36- 40 jam atau 1,5 hari. Sekarang hanya sekitar 15 jam. Yang paling terlihat, keberadaan truk-truk ekspedisi yang membawa paket-paket, terutama dengan layanan ekspres. Apabila dulu mengandalkan pesawat yang cenderung lebih mahal, layanan itu kini benar- benar memanfaatkan Tol Trans-Jawa.

Pembangunan proyek Junction Dawuan di Tol Cikopo-Palimanan KM 152, Majalengka, Jawa Barat, Senin (13/12/2021). Junction Dawuan ini akan menjadi penghubung antara jalan tol Cileunyi - Sumedang - Dawuan (Cisumdawu) dengan tol Cikopo-Palimanan. Tol Cisumdawu yang sedang dikerjakan nantinya akan membuat akses dari Bandung ke Bandara Kertajati menjadi lebih pendek.
Walakin, sebagian besar pelaku usaha di Jatim masih memilih menggunakan jalur nontol. Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Jawa Timur Hengky Pratoko mengatakan, jumlah angkutan logistik barang dari Jatim yang memanfaatkan Tol Trans-Jawa baru sekitar 30 persen. Mayoritas masih memanfaatkan jalur nontol pantai utara (pantura).
”Bagi angkutan logistik barang, jalur nontol tetap menjadi tulang punggung utama. Hal itu karena biaya tambahan yang harus dikeluarkan tinggi mengingat tarif tol yang mahal. Sebagai gambaran, biaya tol dari Surabaya-Semarang sekitar Rp 600.000 sekali jalan,” ujar Hengky, Sabtu (11/12).
Diwawancarai secara terpisah, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengakui perubahan pola transportasi angkutan logistik yang menggunakan tol belum maksimal, baru 30 persen. ”Kami terus berupaya agar angkutan logistik bisa berpindah ke tol,” katanya.
Peralihan sebagian angkutan logistik untuk menggunakan tol telah menghemat anggaran negara untuk pemeliharaan jalur nontol di pantura Jawa. Menurut Basuki, penghematan anggaran pemeliharaan jalan di pantura bisa 20 persen atau berkisar Rp 200 miliar-Rp 300 miliar per tahun.
”Kami juga lebih punya ruang dan waktu untuk menata jalur pantura. Selain itu, manajemen lalu lintas juga lebih mudah. Jika ada kemacetan di jalur pantura, orang berpindah ke tol,” katanya.
Dari sisi lalu lintas di Tol Trans-Jawa, Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Hedy Rahadian menyatakan, pandemi Covid-19 telah berdampak pada penurunan jumlah pengguna. Akan tetapi, ia memprediksi tingkat lalu lintas di Tol Trans-Jawa pada akhir tahun 2021 sudah akan kembali seperti sebelum pandemi.
”Sebelum pandemi, tahun 2019, tingkat lalu lintas harian di Jalan Tol Trans-Jawa sebanyak 1,5 juta kendaraan. Adapun Januari-Oktober 2021 lalu lintas harian sudah menembus 1,36 juta kendaraan sehingga sampai akhir tahun diperkirakan 1,5 juta kendaraan,” katanya.

Alat berat digunakan dalam perbaikan jalan rusak di jalan tol Cikampek Km 24, Cibitung, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (15/3/2021).
Konektivitas daerah
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, pembangunan jalan tol mendorong pertumbuhan ekonomi di sepanjang jaringan tol. Konektivitas daerah-daerah yang dilalui tol juga menjadi lebih baik. Untuk itu, ia menyarankan, daerah-daerah membuat kawasan ekonomi khusus yang berbeda satu sama lain, tetapi saling bergantung.
(Keterisian penumpang pesawat) Solo-Surabaya, misalnya, tidak sebanyak dulu. Namun, hal itu tidak masalah, nantinya pasti ada keseimbangan baru.(Budi Karya Sumadi)
Di sisi lain, Budi mengakui, pertumbuhan jaringan jalan tol yang memangkas waktu tempuh bakal menimbulkan kompetisi dengan angkutan udara. ”(Keterisian penumpang pesawat) Solo-Surabaya, misalnya, tidak sebanyak dulu. Namun, hal itu tidak masalah, nantinya pasti ada keseimbangan baru,” ujarnya.
Peneliti transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, menilai, secara umum, tersambungnya Tol Trans-Jawa memberi dampak positif dan negatif. Dari sisi positif, perjalanan darat menjadi lebih cepat karena waktu tempuh terpangkas hingga 50 persen. Pariwisata di daerah juga terungkit.

Di sisi lain, sejumlah bus antarkota antarprovinsi (AKAP) yang sebelumnya melayani perjalanan lewat jalan nasional menjadi berkurang atau bahkan menghilang. Kondisi itu, menurut dia, perlu juga dipikirkan.
Pembangunannya terlalu cepat (dikebut) sehingga tiga bulan langsung rusak. Padahal, seharusnya ada daya dukung tanah dulu baru bisa dilakukan pekerjaan di atasnya. (Djoko Setijowarno)
Adapun angkutan pelat hitam atau tidak resmi dari sejumlah daerah menuju Jakarta dan sekitarnya, serta sebaliknya, justru meningkat. Hal itu merugikan sistem transportasi di Indonesia.
Djoko menyikapi secara kritis sejumlah ruas di Tol Trans- Jawa relatif cepat rusak karena proses konsolidasi tanah belum sempurna. ”Pembangunannya terlalu cepat (dikebut) sehingga tiga bulan langsung rusak. Padahal, seharusnya ada daya dukung tanah dulu baru bisa dilakukan pekerjaan di atasnya,” katanya.
Ditambah lagi keberadaan truk-truk dengan dimensi dan muatan berlebih (overdimension overload/ODOL) di jalan tol yang menimbulkan kerusakan struktur jalan. Untuk itu, Djoko berharap aparat penegak hukum tidak membiarkan truk ODOL.
”Kalau tidak bisa maksimal, maka percepat electronic traffic law enforcement di jalan tol,” katanya.(DIT/LKT/RYO/IKI/NIK/ETA/TAM)

Lanskap jalan tol Transjawa ruas Solo-Ngawi KM 544 di Sragen, Jawa Tengah, Kamis (16/4/2021).